Bab Tiga puluh Tujuh

265 36 4
                                    

Apakah kamu yang berubah? Atau aku yang berubah? Kurasa kitalah yang berubah.

Typo? Tolong ingatkan ya!

Happy Reading guys!!

| EPIPHANY |

Empat tahun kemudian.....

"Sayang, bangun! Ini sudah pagi, bukanya kamu ada janji ya?" Teriak seorang wanita paruh baya dengan tanganya mengetuk pintu.

"Iyah Bun, aku udah bangun." teriak seseorang dari dalam kamar tersebut.

"Baik, bunda tunggu di meja makan ya sama ayah"

"Oke!"

Wanita paruh baya itu menatap sebentar pintu anaknya, lalu melangkahkan kakinya menuju meja makan.

"Dimana kakak bun?" Tanya pria paruh baya kepada istrinya, yang baru saja bergabung denganya.

Bunda menghampiri suaminya, lalu menyiapkan makanan untuk suaminya itu. "Masih di kamar," jawabnya.

Tak lama kemudian, orang yang di bicarakan oleh mereka datang.

"Guten Morgen, Mutter Vater ( selamat pagi, ayah bunda )" sapanya dengan mencium pipi kedua orangtuanya.

"Pagi juga sayang" balas Bunda,

"Bisa tidak kalau sama ayah bunda, bicaranya jangan pakai bahasa German?" Sinisnya yang jengah akan anaknya,

Park Jimin hanya terkekeh saja mendengar perkataan sang ayah yang terdengar sinis itu. "Vater kann nicht, Jimin ist hier an die Umwelt gewöhnt (tidak bisa ayah, Jimin sudah terbiasa dengan lingkungan di sini)" ucapnya dengan santai.

Ayah hanya bisa mendecak sebal, sang bunda hanya tersenyum melihat interaksi keduanya.

Terimakasih Ya Tuhan. Telah mengembalikan anaku Jimin.

"Kak, kakak mau sarapan apa?" Tanya bunda kepada Jimin yang sedang asyik memainkan ponselnya.

Jimin menengadahkan kepalanya, "hemm, Jimin sarapan roti sama susus saja" jawabnya.

"Janjian sama siapa?"

Jimin mengalihkan pandanganya, "sama Sekertarisku yah"

Ayah mengerutkan dahinya, "emang ada apa? Ada masalah di kantor?"

Jimin menggelengkan kepalanya "tidak, kami hanya ingin liburan sejenak ayah."

"Kalau mau liburan, kamu ikut kita ke korea ajah?" Timpal bunda sambil meletakan roti yang telah di olesi selai kacang, "Danke Mutter (terimakasih bunda)" bunda tersenyum membalasnya.

"Bagaimana? Mau ikut kita pulang kan?" Tanya ayah untuk meyakinkan kembali. "Lagian kamu udah empat tahun belum pulang ke korea, apa kamu tidak merindukan mereka?" Lanjut ayah.

Jimin menghentikan makanya lalu menatap sang ayah dengan serius. "Vater, bukanya jimin tidak mau pulang. Tapi pekerjaan jimin di sini sangat padat, bahkan untuk liburan pun tidak bisa. Baru bisa sekarang, jadi jimin belum bisa ikut kalian pulang, maaf." Ucapnya dengan nada yang serius.

Ayah dan bunda menghembuskan napasnya, mereka sudah mengeluarkan seribu ide untuk membujuk jimin agar ikut bersamanya.

Bunda menghampiri jimin, "sayang. Bunda mohon ikutlah kami pulang ke korea, apa kamu tidak ingin menghadiri pernikahan adikmu Joy?"

Jimin menatap bunda yang berada di sampingnya, lalu menggelengkan kepalanya yang membuat sang bunda menatap kecewa kepadanya. "Kenapa?" Tanyanya dengan kecewa.

Epiphany | Park Jimin ( Completed )✔Where stories live. Discover now