Another - 3

102 21 23
                                    

Happy Reading ❤

-💃-

Aku mengikuti langkah laki-laki asing itu. Ini pertama kalinya aku pulang dengan orang asing. Aku mengembuskan napas, memikirkan akan seperti apa nasibku selama di perjalanan. Kulihat dia mempercepat langkahnya memasuki area parkiran. Aku menghentikan langkahku, berpikir sejenak.

Kalau aku ikut ke dalam, pasti masih rame. Ujung-ujungnya jadi gosip. Tunggu di sini ajalah, ya? Eh, tapi kelihatan nggak tau diri banget. Udah numpang, malah kayak ratu.

Aku menggesekkan kakiku merasa bosan. Apakah dia main-main denganku? Sudah sepuluh menit, namun tidak ada tanda-tanda kedatangannya. Kualihkan pandanganku ke arah parkiran karena suara motor sport yang menganggu indra pendengaranku.

Ingin sekali aku berteriak kesal saat ini. Mengapa laki-laki ini terlihat begitu menyebalkan? Dari awal mengikuti langkahnya, perasaanku sudah tidak enak. Jujur saja, aku tidak begitu suka naik sepeda motor. Kutepis pikiranku yang terlalu negatif, berharap sepeda motornya seperti punya Amara. Tapi, ketakutan benar-benar terjadi saat ini.

Laki-laki itu tersenyum lebar ke arahku. Jika dia adalah Amara, maka sudah kujitak kepalanya. Aku mencoba membalasnya dengan senyuman tipis karena merasa tidak enak terus-terusan berdebat dengannya.

"Aku pulang naik ojek online aja, deh, Kak." Kuakhiri ucapanku dengan terkekeh. Aku mengenggam tali ranselku kuat, lalu melangkah pergi. Aku tidak tahu akan ke mana, tapi setidaknya aku selamat dari orang aneh dan sepeda motornya yang menyebalkan.

Aku semakin mempercepat langkahku ketika mendengar suara motor itu mendekat. Bodohnya aku karena berusaha bersaing dengan sepeda motor. Aku mengusap wajahku kasar, tidak tahu berbuat apa. Harusnya aku sedikit sabar menunggu Amara hingga dijemput dan yang pasti, aku tidak akan terjebak di situasi seperti ini.

Dia menghentikan sepeda motornya di sampingku, lalu menepuk pelan bahuku. Aku memutar badanku ke arahnya.

"Kenapa nggak mau pulang sama aku? Bukannya tadi setuju?" tanya laki-laki itu dengan raut wajah tenangnya, sama sekali tidak menunjukkan kekesalan melihat tingkah anehku.

Aku tidak menjawabnya karena aku sendiri pun bingung harus menjelaskannya seperti apa. Aku menunduk, memperhatikan rokku yang di atas luntut. Aku tidak mungkin naik ke sepeda motornya dengan kondisiku sekarang. Entahlah, aku juga tidak peduli dia akan mengerti atau tidak. Dalam hitungan detik, aku kembali melangkahkan kaki.

Dia tidak mengejarku menggunakan sepeda motornya, tapi tanpa sepeda motornya. Tangannya yang dua kali lebih besar tiba-tiba menggandeng tanganku kembali ke tempat tadi. Dia tidak mengatakan apa pun melainkan membuka tasnya. Aku sempat memperhatikannya, namun seperti biasa. Aku kembali mengalihkan pandanganku ketika orang yang kutatap sadar.

Laki-laki itu mengeluarkan jaket dari dalam tasnya. Dia menyodorkannya di hadapanku, aku yang begitu polos atau dianya yang tidak sabaran. Dia memutar badanku hingga aku membelakanginya. Dia mengikat lengan jaket itu di pinggangku. Buru-buru kutepis tangannya yang tidak sopan.

"Aku bisa sendiri."

Dia terkekeh, lalu naik ke atas sepeda motornya dan membiarkanku membenarkan jaket di pinggangku. Lagi dan lagi aku harus bingung. Aku tidak mengerti caranya naik dengan benar karena aku tidak ingin jatuh di hadapan orang asing.

Another YouWhere stories live. Discover now