Another - 4

100 17 16
                                    

Happy Reading ❤

-💃-

Aku melangkahkan kakiku masuk. Suasananya tidak pernah berubah. Aku tentu tidak terkejut dengan pemandangan yang sudah kutemui setiap kali kubuka pintu berwarna cokelat itu. Jika ada pilihan lain, aku tidak ingin lahir di tengah-tengah keluarga seperti ini. Mengapa aku bisa berani bilang begitu? Sadar atau tidaknya, mereka telah membiarkanku sendirian, membiarkanku mengetahui hal-hal baru dari orang lain, dan mereka sudah membiarkanku tumbuh sendirian.

Aku memilih duduk di sofa. Tatapanku tertuju pada foto keluarga yang berukuran cukup besar. Hanya ada tiga orang di dalamnya. Di sana mungkin terlihat seperti keluarga bahagia, tapi sebenarnya tidak begitu. Apalah arti nominal, jika tidak ada kehangatan di dalamnya? Apalah arti memiliki rumah besar, mobil banyak, uang, dan kekayaan lainnya. Namun, sama sekali tidak ada perbincangan antara anggota keluarga?

Aku mengembuskan napas pelan, lalu kembali melangkah menuju kamarku yang berada di lantai dua. Entah mengapa aku tiba-tiba mengingat tentang laki-laki yang kutahu namanya Zafran. Mungkin karena dia mengantarku pulang? Aku bukan tipe orang yang mudah membawa siapa saja masuk ke dalam pikiranku ataupun hatiku, jadi kurasa itu hanya sekadar rasa respect.

Kubuka pintu kamarku dan segera berjalan ke tempat yang selalu menjadi favoritku, meja belajar. Tidak, aku tidak termasuk siswi terpintar di sekolah, bukan siswi olimpiade, dan bukan juga siswi yang sering mengikuti lomba-lomba di luar sekolah. Aku hanya murid biasa saja, aku juga bukan tipe orang ambisius.

Aku mengambil buku berwarna pink soft yang selalu berada di rak bukuku. Buku itu berisi cerita yang kujalani setiap harinya. Aku tidak mempunyai maksud tersendiri menulisnya, aku hanya sekadar ingin menuliskannya agar nantinya bisa kembali kubaca dan menjadi lebih bersyukur karena hidupku mengalami perubahan.

Aku mengambil pulpen berwarna biru lalu menuliskan kalimat yang sebenarnya juga tidak kumengerti. Kalimat itu tiba-tiba muncul dalam benakku.

Dia aneh, tapi lucu.

Aku memelotot memperhatikan buku berwarna pink soft. Tangan kananku dengan cepat menutup buku itu, aku berlari ke kamar mandi karena mengetahui otakku sedang tidak berfungsi dengan benar. Seorang Alena Namira belum pernah menuliskan kalimat aneh seperti itu, apalagi tentang seorang laki-laki. Mungkin jika kepalaku sudah terkena air, pikiranku akan kembali normal.

-💃-

Aku memasuki gerbang sekolah dengan malas. Aku berdecak kesal mengingat mata pelajaran jam pertama yang tidak begitu kusukai. Sebenarnya bukan perkara mata pelajaran, melainkan gurunya yang tidak kusukai. Bagiku, dia datang ataupun tidak tetap saja membuatku kesal. Menghabiskan waktu dua jam hanya mendengarkan penjelasan materi sejarah yang sama sekali tidak pernah menjadi minatku.

Aku menunduk saat melewati koridor. Aku malas jika melihat wajah-wajah orang yang menggodaku. Entah aku yang terlambat menyadari atau dia yang baru datang, tapi tangannya sudah menggandeng tanganku. Apa yang dia lakukan? Apa tidak cukup masalah di kantin yang dia ciptakan? Mengapa dia kembali datang di tengah keramaian? Wajahnya terlihat sangat menyebalkan.

Aku menarik tanganku yang berada dalam genggamannya. Dia tersenyum jahil, sedangkan aku memilih kembali melanjutkan aktivitasku seolah tidak terjadi apa-apa. Dia kembali menarik tanganku, hal itu membuat beberapa siswa dan siswi yang berada di koridor mengalihkan pandangannya ke arah kami berdua.

Another YouWhere stories live. Discover now