Epilog

7.9K 772 164
                                    

Mungkin story ini agak aneh, dan mungkin akan sangat bertentangan dengan keyakinan kalian. Gue hanya mengingatkan kalau story ini hanya fiksi dan tidak ada hubunganya dengan mitos atau apapun yang ada di real life. kalaupun ada kemiripan atau bahkan kesamaan dengan story gue ini, itu hanya kebetulan.

Vote dulu ya...

So, Happy Reading
.
.
.

"Papa! Apa aku bisa memelihara Kucing lucu ini?"

Seorang gadis kecil berlari menghampiri Admon sembari menggendong seekor hewan yang ia anggap seekor kucing, hewan itu berukuran sedikit besar berwarna hitam dengan bermata kuning keemasan.

"Adora, itu bukan seekor Kucing" Admon melihat makhluk yang digendong oleh Putrinya.

Kepalanya menyerupai seekor kucing, tapi tubuhnya tidak, dan ekornya bergerak tidak biasa selayaknya sebuah ekor.

"Bukankah ini anak kucing?" Adora menelisik hewan yang ada di gendonganya.

"Itu bayi Chimera sayang" Admon memberi tahu makhluk jenis apa yang berada di gendongan Adora "...kau boleh memeliharanya, tapi kau harus berhati-hati" mendengarnya Adora hanya mengangguk.

Adora terlihat senang dan berlari meninggalkan Papanya yang hanya menggeleng dengan tingkah lucunya. Ia tersenyum melihatnya, ia tidak menyangka jika ia bisa kembali ke tempat ini setelah ratusan tahun. Dahulu, ia berpikir jika ia perlahan akan musnah di dalam ruangan tempatnya dibelenggu. Bahkan ia tidak lagi bisa berpikir akan ada seseorang keturunan manusia yang bisa membebaskanya, karena sekalipun ia makhluk abadi, ia tidak tahu kapan ia akan musnah dan ia terlahir seperti apa.

Ia bahkan tidak membayangkan jika memiliku anak-anak itu menyenangkan. Ia sendiri yang menamai putri kecilnya Adora, berbeda dengan Putranya Nuhes yang terlahir karena ambisinya juga dendamnya, Adora lahir dalam keadaan berbeda. Nuhes masihlah Putra kesayanganya, terlepas bagaimana kondisinya saat terlahir, juga perangainya saat tumbuh, karena kenyataanya saat ini Nuhes sudah berubah banyak. Bukan karena keadaan saat ia lahir yang mempengaruhi semuanya, nyatanya Nuhes juga memiliki sifatnya yang pemarah.

"Jangan mengingat masa kelam itu"

Admon mendengar suara itu berbisik. Ia juga merasakan sepasang tangan yang menutup kedua matanya.

"Aurora" Admon sangat mengenal suara itu.

Wanita yang ia panggil Aurora itu melepaskan tanganya yang menutupi mata Admon dan berjalan ke hadapan Admon.

Ia semakin cantik dan menggoda setiap harinya. Wanita itu berdiri dengan tatapanya yang selalu membuat Iblis terkuat seperti Admon selalu bertekuk lutut di depan wanita itu. Aurora mengenakan gaun Lace berwarna merah pendek dan ketat. Rambutnya yang berwarna hitam pekat membuat kulit putihnya semakin terang.

"Kenapa kau selalu memanggilku Aurora?" wanita itu menutup mata Admon dengan sebelah tanganya.

"Karena kau--"

Kalimat Admon terhenti saat tangan Aurora yang menutupi matanya mulai turun dan membekap bibirnya. Admon memejamkan matanya dan menahan geramanya saat wanita itu mengecup lehernya, menghisap dan menjilati jakunnya. Wanita itu selalu melakukanya dan membuatnya gila. Aurora menyukainya, menggoda Admon dan mempermainkan nafsunya, ia tidak perduli jika keduanya masih berada di lorong yang menghubungkan Istana Lust dan kastilnya.

Rêd : When The Devil Choose His Bride (Chanbaek gs)✅Where stories live. Discover now