Chapter 1.2 - Entrance ceremony

951 108 7
                                    

Sesampai di aula cermin, banyak murid berkumpul sambil berbincang bincang. Mereka semua memakai seragam sekolah yang aneh.

' Tunggu dulu, kenapa aku memakai celana bukannya rok?, Apa disini semua harus memakai celana?'

Pikiranku teralihkan pada beberapa orang yang memakai tudung berbicara pada murid baru, sampai aku mendengar ada yang mencari kepala sekolah.

" Selain itu, kemana kepala sekolah pergi? Dia keluar di tengah tengah upacara." Ucap salah satu yang bertudung.

" Mungkin dia sakit perut atau semacamnya."

" Itu tidak benar," ucap kepala sekolah saat memasuki ruangan. " Ah.. dia datang." Jawab salah satu siswa yang bertudung.

" Aku tidak percaya, Kita kehilangan satu murid jadi aku pergi mencarinya. Baiklah, hanya kau yang belum mendapatkan asrama, aku akan menjaga rakunmu. Majulah ke depan cermin." Ucap kepala sekolah.

Aku memberanikan diri berjalan mendekati cermin,

" Sebutkan namamu." Ucap topeng yang melayang di dalam cermin.

" Ren.. Ren Navulia." Jawabku.

" Ren Navulia, bentuk dari jiwamu adalah.... Aku tidak tahu." Jawab cermin itu. Setelah melihat cermin itu dengan seksama Aku menyadari sesuatu.

' Tunggu, bukannya cermin ini yang membawaku kesini?!'

" Apa maksudmu?" Tanya kepala sekolah bingung.

" Aku tidak merasakan sihir dari anak ini. Warnanya, bentuknya, semuanya tidak ada. Oleh karena itu dia tidak layak di asrama manapun." Jelas cermin itu.

" Kasihan sekali anak itu." " Kalau dia tidak seharusnya disini kenapa kereta kuda hitam membawanya kesini?" Tanpa sengaja aku mendengar murid yang berkumpul dibelakang membicarakanku. Aku terbiasa dengan orang lain yang mengejek diriku.

" Kereta kuda hitam tidak mungkin melakukan kesalahan. Dalam 100 tahun ini tidak pernah ada kesalahan seperti ini. Kenapa ini terjadi ?" Tanya kepala sekolah sambil memegang keningnya.

" Aku tidak tahu kenapa aku berada di sini, aku hanya mengikuti kucingku yang masuk kedalam toko antik. Lalu aku menemukan cermin yang mirip denganmu, aku hanya ingin menemukannya lalu pulang. " ucapku datar.

" Kalau begitu, aku akan mengambil tempatmu ." kata Grim sambil melepaskan diri dari kepala sekolah.

" Tetap disana rakun!" perintah kepala sekolah yang diabaikan oleh Grim.

" Tidak seperti manusia bodoh disana, aku bisa menggunakan sihir, sebagai gantinya masukkan lah aku. Jika kau butuh bukti akan kutunjukkan sekarang juga." ucap Grim sambil mengeluarkan kekuatan api birunya.

" Semuanya tiarap!" seru salah satu murid.

" Ah!... Panas!... Pantatku terbakar!" kulihat salah satu murid ada yang terkena api milik Grim.

" Kalau tetap seperti ini, sekolah akan menjadi lautan api! seseorang tolong tangkap rakun itu!" perintah kepala sekolah.

" Tsk... Menyebalkan." " Hmm? bukannya kau sangat pintar dalam berburu?" " Kenapa harus aku ? kau saja yang lakukan" dua siswa yang memakai tudung berdebat.

" Kepala sekolah, serahkan saja kepadaku." " Umm, Hey, siapa saja tolong padamkan api yang ada padaku." semua orang terlihat panik.

" Semuanya, apa kalian tidak mendengar perkataanku?!" ucap kepala sekolah.

" Kalau hanya menangkap rakun bodoh, tidak bisakah kau melakukannya sendiri." ucap salah satu yang tadi berdebat.

" Sudah kubilang Aku. Bukan. Rakun! Gelar penyihir terhebat akan menjadi milikku, Grim"

" Peliharaan yang terlalu banyak bicara. Bisa tolong bantu aku, Riddle?"

" Aku tidak toleran terhadap siapa saja yang melanggar peraturan. Mari kita selesaikan ini."kata Riddle sambil mengeluarkan sihirnya dan mengucapkan mantra 'OFF WITH HIS HEAD' Tiba tiba dileher Grim terdapat kalung aneh.

" Kau baru saja melanggar peraturan nomor 23 'Jangan pernah membawa kucing saat festival.' Kau harus pergi!" ucap Riddle.

" Aku bukan kucing! Aku akan membakar kalung kalung ini dan... EH?? aku tidak bisa menggunakan kekuatanku."

"Hmph! kau tidak bisa menggunakan kekuatanmu sampai aku melepaskan kalung itu. sekarang kau hanyalah hewan peliharaan biasa." jelas Riddle sambil menyeringai.

" A.. Apa!? Aku bukan peliharaan!"
" Tenang saja, aku juga tidak ingin peliharaan sepertimu. aku akan melepaskannya saat kau keluar dari sini." Kata Riddle.

" Wow, sangat luar biasa, Riddle. Segala sihir bisa kau kunci dengan sihir unikmu."

" Kau harus melakukan sesuatu. Dia itu kan peliharaanmu! Kalau kau mengajarinya dengan baik maka..." " Maaf pak, tapi dia bukan peliharaanku." potongku.

"Ehh?? bukan punyamu?" tanya kepala sekolah bingung. " Sejak awal aku ingin mengatakannya, tapi selalu saja disela." jawabku. " Apa iya ya?" tanyanya sambil memegang dagunya terlihat sedang mengingatnya.

" Kalau begitu keluarkan dia dari sekolah ini. aku tidak akan mengubahmu menjadi sup, karena aku sangat baik hati." jelas kepala sekolah.

" Lepaskan aku, AKU.. AKAN.. MENJADI.. PENYIHIR.. TERHEBAT.." Ucap Grim sebelum dia dibawa keluar. " Kita ada sedikit masalah, tapi semua sudah selesai. upacara akan segera ditutup. Kepala asrama tunjukkan murid baru asrama mereka" ucap kepala sekolah. " Tunggu dulu, sepertinya aku tidak melihat Draconia, kepala asrama Diasomnia." lanjut kepala sekolah.

" Itu bukannya sudah biasa terjadi? " " Apa tidak ada seorangpun yang memberitahunya?" " Kalau kau mengeluh, kenapa tidak kau saja yang memberitahunya ?" " He.. aku tidak terlalu dekat dengannya, lagipula auranya itu mengintimidasi." Debat para kepala asrama.

" Draconia, itu bukannya Malleus Draconia" " Jadi rumornya memang benar dia sekolah disini." Aku mendengar percakapan para murid baru.

" Sudah kuduga, kukira dia ada disini." Tiba tiba datang murid yang sama sama menggunakan tudung. " Sepertinya kali ini undangannya juga tidak sampai kepadanya" lanjutnya.

" Aku sungguh minta maaf, bukan maksud kami melupakannya" kata orang yang meminta bantuan Riddle saat menangani Grim.

" Tidak apa, murid baru Diasomnia ikuti aku" lalu para kepala asrama pergi membawa murid baru bersama mereka. Sisanya tinggal diriku dan kepala sekolah.

" Navulia, Karena kau tidak memiliki sihir maka kau tidak boleh berada disini." Ucapnya. Aku hanya diam tertunduk " Tapi tenang saja, aku akan mengirimmu pulang kerumah dengan selamat." Lanjutnya.

" Walaupun aku pulang, tidak ada seorangpun disana yang menungguku di rumah." Ucapku pelan hampir tidak terdengar.

" Sekarang bayangkan tempat tinggalmu." Aku memejamkan mataku sambil membayangkan rumahku." Cermin, jika dia tidak seharusnya disini, maka pulangkanlah dia ketempat asalnya." Hening tidak ada jawaban. " Aneh sekali, akan kucoba lagi. Jika dia tidak seharusnya disini, maka pulangkanlah dia ketempat asalnya." Ucap kepala sekolah kedua kalinya.

" Tempat dia berasal, tidak ada didunia ini." Jawab cermin itu. " Apa maksudmu tidak ada di dunia ini? Itu tidak mungkin. Navulia tempat asalmu ada dimana? Sebutkan namanya! "

" Tempatku? Kota Tokyo, negara Jepang." Jawabku dengan nada datar. " Aku tidak pernah mendengar Kota dan negara itu di dunia ini" ucap kepala sekolah sambil berpikir keras.

" Mari kita pergi ke perpustakaan, mungkin disana ada petunjuk tentang kotamu itu." Ajak kepala sekolah.

Twisted wonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang