Dua

1.5K 168 4
                                    

Ethan Pascal terlihat tidak nyaman sedari tadi, Remi, asisten dan manager pribadi Ethan menyadarinya. Ketika ia menjemput Ethan di apartemennya siang ini, Remi melihat ruang ganti Ethan berantakan, penuh dengan baju-baju yang sudah Ethan coba. Remi tidak mengerti, karena biasanya Ethan hanya mengambil baju dan celana paling atas di lemarinya tanpa berpikir apapun lagi. Tapi tadi, Ethan malah terlihat seperti ABG yang baru jatuh cinta. Padahal, apapun yang dipakai Ethan pasti akan terlihat bagus di badannya.

Setelah Remi menegurnya, barulah Ethan menentukan pilihan dengan menggunakan jas kasual dan celana bahan pendek berwarna coklat muda dengan kaus biru muda sebagai baju dasarnya, pakaian yang pertama kali ia coba. Dalam perjalanan, Ethan tidak berhenti mengecek waktu di jam tangannya, dan dia bahkan terlihat gugup. Gugup, seperti pertama kali Ethan harus manggung, pikirnya.

Ketika mereka berdua sampai di The Isaac, mereka dibawa ke ruang rapat. Sementara mereka menunggu, ia memutuskan untuk bicara pada Ethan.

Melihat Ethan yang malah menjadi semakin gugup, Remi baru sadar jika hari ini, adalah hari yang Ethan tunggu. "Dia pasti dateng," bisiknya.

Ethan hanya mengangguk pelan. "We'll see."

"Lo kenapa sih hari ini?" tanya Riyanto, perwakilan dari Waikiki, label yang menaungi Ethan sejak ia debut.

"Gue kenapa?" Ethan balas bertanya.

"Lo keliatan gugup," jawab Riyanto.

Ethan mengangkat kedua bahunya. Tapi pertanyaan Riyanto membuatnya sadar jika bahasa tubuhnya benar-benar menunjukkan kalau dia sedang gugup.

Tiba-tiba, pintu ruangan rapat terbuka, tubuh Ethan menegang, tapi secepat itu juga kekecewaan dirasakannya. Bukan Val yang muncul dari balik pintu itu, tapi James dan Belle, dua orang yang sudah ia kenal sebelumnya.

James dan Belle tersenyum sambil menjabat tangan ketiga orang itu. Mereka berbasa-basi sebentar sebelum duduk di kursi dan membuka rapat.

"Kemarin saya sudah mengirimkan pakaian yang sudah di fitting tempo hari untuk pemotretan. Apa ukurannya sudah sesuai?" tanya Belle.

Remi mengangguk, "produk yang dikirimkan akan dipakai juga untuk pembuatan teaser di sosial media Ethan, kan?"

"Iya. Saya juga sudah mengirimkan jadwal promosi dalam tiga bulan ke depan. Apa ada..." suara James terhenti ketika pintu ruang rapat terbuka. Meski pelan, semua orang langsung menoleh ke arah pintu. Val berdiri di balik pintu dan perlahan masuk ke ruangan rapat sambil tersenyum kecil.

"Maaf saya terlambat," katanya. Val bermaksud melangkah pelan-pelan ke arah James dan Belle, tapi ia mengenalkan dirinya pada Ethan, Remi dan Riyanto bergantian.

"Valerie Isaac," katanya sambil bergantian menyalami Remi dan Riyanto. Ethan adalah orang terakhir yang ia jabat tangannya, dan tangannya terasa sangat dingin ketika kedua tangan itu saling menjabat.

"Terima kasih sudah datang," tambah Val pada Ethan. Setelah itu Val duduk di samping Belle dan James sambil meminta mereka untuk melanjutkan rapat.

Sejak ia melihat Val masuk ke ruangan rapat, Ethan tidak bisa melepaskan pandangannya dari Val. Dia datang, Ethan bernapas lega. Rasa gugupnya seketika menguap, digantikan dengan perasaan rindu yang meluap-luap. Val terlihat luar biasa dengan terusan abu-abunya, Ethan juga menyukai gaya Val sekarang. Ethan ingin sekali memeluk wanita itu untuk mengobati rasa rindunya selama enam tahun. Sekarang, melihat Val, in flesh, sudah mengobati setengahnya.

"Apa ada masukan dari kalian?" lanjut James.

"Untuk jadwal, akan ada beberapa perubahan. Ada Ethan harus menghadiri beberapa mini konser dan wawancara radio. Dia juga akan tampil di Anugerah Musik Indonesia." jawab Remi.

Unworthy [COMPLETE]Where stories live. Discover now