Sembilan Belas

836 90 0
                                    


Suasana gladi resik Anugerah Musik Indonesia bisa terbilang sepi saat Ethan selesai check sound. Kebanyakan penyanyi sudah melakukan tes suara, dan Ethan masuk batch akhir melakukan tes suara. Malam ini merupakan malam Anugerah Musik Indonesia. Dia sendiri akan menyanyikan dua lagu medley, dan mendapat nominasi Artis Solo Pria Pop Terbaik, Album Pop Terbaik, dan Karya Produksi Original Soundtrack Terbaik.

Meski menantikan malam ini, Ethan tidak terlalu bersemangat seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal yang membuatnya semangat ada di tempat lain. Entah apa yang Val sedang lakukan, tapi ia merindukan wanita itu. Memikirkan jika sebentar lagi ia bisa menggandeng tangan Val kemanapun ia pergi, lebih membuatnya semangat dibandingkan memenangkan tiga penghargaan sekaligus malam ini.

Beberapa jam lagi, acara akan dimulai. Ethan dan Remi menunggu di ruang ganti, sementara Remi sibuk melihat jadwal acara malam ini, Ethan mengamati ruang gantinya, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Tapi sekarang, ia menyadari kalau semua waktunya berharga. Terlebih sekarang, ketika ia tau, ia tidak bisa selamanya ada di industri hiburan yang sudah membesarkan namanya.

Ruangan itu berukuran tidak terlalu besar, tapi ditata serapih mungkin. Dua setel jas yang akan ia pakai malam ini, yang dibuat oleh desainer kondang tanah air tergantung dengan rapi di sisi kanannya. Ada sofa berukuran sedang, tempat Remi duduk ada di belakangnya dan meja rias yang kursinya sedang ia duduki ada di depannya. Ia bersyukur di dalam hatinya. Tidak semua penyanyi diperlakukan sama. Beberapa penyanyi lain bahkan harus membagi ruang gantinya.

"Rem," panggi Ethan, tetapi pria itu tidak menyahut. Ethan mencoba memanggilnya sekali lagi dengan volume lebih tinggi, "Rem!!"

Baru ketika itu, Remi menoleh, "kenapa?" tanyanya bingung.

"Lo ngapain ngeliatin susunan acara sampe fokus gitu? Nggak pernah ada yang baca seserius lo karena jelas-jelas nggak ada yang menarik dari susunan acara."

"Bosen tau," jawabnya tak acuh.

"I did it," jawab Ethan.

Remi mengerutkan keningnya, berusaha berpikir apa yang diraih Ethan padahal AMi masih nanti malam. "Gimana?" tanya Remi.

"Gue dan Val."

"Oh!" Remi bersemangat, ia tersenyum lebar, "congrats, man! Gimana ceritanya?"

"Singkat cerita, kemarin kita akhirnya ketemu, ngomong panjang lebar, make everything clear, dan kita balikan lagi."

Senyum lebar merekah di wajah Remi, "akhirnya, ya! Perjuangan bucin lo membuahkan hasil juga. Congrats!"

"Rem."

"Kenapa?"

"Lo udah susun agenda kerja gue sampe berapa bulan ke depan?"

"Kok perasaan gue nggak enak ya lo nanya-nanya gini."

Ethan menghela napas berat, "gue mau kosongin jadwal beberapa bulan."

Kalimat itu bagaikan petir yang menyambar di siang bolong, seperti palu godam yang tiba-tiba memukul kepala Remi. Remi tidak bersuara, ia hanya menatap Ethan meminta penjelasan.

Remi adalah "manajer, sekaligus asisten pribadinya selama bertahun-tahun. Karena itu, jika Ethan vakum, Remi adalah orang pertama yang terkena imbasnya.

"Gue udah pikirin ini baik-baik. Untuk sekarang, gue ingin menghabiskan waktu gue dengan Val. Val dan karir sama pentingnya buat gue. Tapi gue udah terlalu lama kehilangan Val. Now that I get her back... gue mau memaksimalkan waktu gue dengan Val. "

Unworthy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang