Enam Belas

908 99 1
                                    


Enam Belas

From: +62811845****

Still up for lunch?

Ia baru bangun ketika mendapatkan pesan itu. Pesan itu ia terima setengah jam lalu, dikirim dengan nomor yang tidak ia kenal, dan ia tidak ingat telah berjanji makan siang dengan siapapun hari ini. Karena itu, ia menutup teleponnya dan memejamkan matanya sampai Remi meneleponnya.

"Rem, ada apa?" tanya Ethan masih dengan posisi telentang di atas kasurnya.

"Val nyariin lo."

Kalimat itu membuatnya terbangun, ia merasa segar seketika. "Serius?"

"Iya. Katanya dia udah coba contact lo dari tadi, tapi lo nggak bales. Lo baru bangun tidur ya?"

"Nggak ada yang contact dari tadi."

"Well...." Remi kebingungan, "cek lagi. Kayanya dia mau ketemu lo deh."

Tiba-tiba ia teringat pesan yang ia dapat tadi pagi. Seseorang memang mengajaknya makan siang, dengan nomor yang tidak terdaftar di kontaknya. Kemungkinan pesan nyasar atau orang yang tidak terlalu penting sampai Ethan tidak merasa perlu menyimpan nomornya. Tentu saja, ia langsung mengacuhkannya karena menurutnya, itu adalah pesan paling corny yang pernah ia baca. Pesan yang menyiratkan kalau ialah yang membutuhkan janji makan siang, posisi yang jarang sekali ia tempati. Tapi ternyata, ia memang membutuhkannya kali ini.

Makan siang, pikirnya. Pasti Val menyambung percakapan mereka tempo hari. "Hari ini gue kosong?" nadanya berubah excited.

"Enggak, tapi udah gue kosongin. Tapi whatever you do today, inget besok lo ada di AMI ya! Gue nggak peduli mood lo bagus atau jelek, besok lo tetap harus profesional! "

"Iya. Thank's!" balasnya, terdengar bersemangat.

Setelah menutup teleponnya, Ethan membuka pesan Val dan menghubunginya. Pada dering ketiga, Val mengangkat teleponnya.

"Hey, Ethan," suara Val.

"Hey," balasnya. Ia tersenyum, mendengar suara Val menyapanya juga membuat jantung dan adrenalinnya terpacu. "Aku nggak tau nomor kamu, so I kinda ignore it."

"Kamu nggak harus menjelaskannya. Aku ngerti."

"Soo... lunch?"

"Iya. Aku... kita," koreksinya dengan penekanan, "harus bicara. Tentang segala hal. Apa kamu ada waktu?"

"Understood. Ada. Mau jam berapa? Aku jemput kamu di kantor?"

"Aku nggak ngantor hari ini," jawab Val. "Kamu punya rekomendasi tempat? Kita langsung ketemu di sana aja."

"Kamu nggak ngantor?" tanya Ethan. Ia melihat jam dinding, pukul setengah sepuluh. "Gimana kalau kita pergi minum teh? Kita ketemu satu jam lagi. Aku tau tempat yang nyaman untuk bicara."

Ethan mendengar Val menahan tawanya, "oke. Share location, I'll meet you there."

"Aku bisa jemput kamu."

"Ethan," suara Val berubah memperingatkan, "we haven't come to any terms and agreement. Also we haven't consolidated yet. Kalau terjadi apa-apa hari ini, aku nggak ingin ada momen awkward saat kamu anterin aku kembali ke apartemen aku. So, I'll meet you there."

Ethan tersenyum masam, "oke."

Setelah menutup telepon dan menyimpan nomor Val, ia mengirim lokasi Pascali. Kemudian, ia secepat kilat menyiapkan dirinya.

Unworthy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang