Enam

991 108 1
                                    

"Rem, apa lo sudah mengganti jadwal gue?" tanya Ethan. Ia dan Remi bertemu di Pascali. Ethan sudah meminta izin Matt untuk memakai ruangan di lantai tiga sebelum ia meminta Remi datang.

"Sudah," jawab Remi santai. Kemudian ia mengeluarkan tabletnya, yang menampilkan kegiatan Ethan dalam beberapa bulan ke depan.

Sejak Ethan setuju dengan penawaran Aaron, ia sudah meminta Remi untuk meminimalisir kegiatan di luar kota. Setelah launching album, sebenarnya banyak sekali yang harus ia lakukan di luar kota untuk menaikkan penjualan albumnya. Tapi kali ini, ia tidak mau membiarkan Val seorang diri. Ia ingin menghabiskan waktunya untuk Val, untuk sekali lagi meyakinkan wanita itu kalau mereka berdua masih saling membutuhkan dan mencintai.

"Lo gila, lo tau itu kan?" Remi menyerahkan tablet itu pada Ethan untuk dilihat. Sebenarnya, Remi merasa keberatan dengan banyaknya kegiatan yang harus mereka korbankan agar Ethan bisa mendapatkan kontrak dengan The Isaac. Pasalnya, Ethan sudah melanggar kontrak dengan Polar--yang mengakibatkan Ethan harus mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk mengganti kerugiannya. Sekarang, Ethan juga harus kehilangan pendapatannya dari kegiatan off air dan on air.

Riyanto sudah marah besar pada mereka berdua. Dia bahkan mengancam akan memecatnya. Tapi tentu saja, sekeras apapun Riyanto mengancam, nyatanya value Ethan untuk Waikiki masih jauh lebih besar daripada pengaruh Riyanto. Ancaman tinggal ancaman, dan Riyanto kehilangan muka pada mereka berdua.

"Ini udah termasuk jadwal yang lo kasih ke James?"

"Udah."

Ethan mengangguk puas. Ia hanya harus pergi ke luar kota selama dua minggu, setelah itu semua kegiatannya difokuskan di Jakarta dan sekitarnya, persis seperti yang ia inginkan.

"Ketika gue bilang gue akan membantu lo, gue nggak tau kalau lo akan melangkah sejauh ini. Membatalkan kontrak dengan Polar adalah satu hal. Tapi ketika lo membatalkan sebagian acara lo juga, voila, you got a whole package to destroy your career."

"You'll understand when you fall in love."

Kengerian terpancar di mata Remi ketika ia menatap Ethan. "Nggak salah sih... tapi kategori lo ini udah termasuk bucin. Gue nggak tau charm apa yang Val punya sampe lo berani mengambil keputusan se risky ini."

"Have you heard about King Henry VIII and Catherine of Aragon?"

Remi menggeleng, ia tidak pernah mendengar kedua nama tersebut. Tapi dia juga menggeleng karena ia tidak mengerti relasi antara Raja Henry dengan situasi percintaan Ethan.

"Raja Henry, the King of England, literally membuat aturan baru agar dia bisa bercerai dari istrinya saat itu, Catherine of Aragon, dan menikah lagi dengan wanita lain. He had six wives in fact."

"Dan poinnya adalah..." jawab Remi dengan nada menggantung.

"Woman always make us do crazy things, right? The King did that because he could. Gue juga melakukan yang gue bisa untuk mendapatkan Val kembali."

Remi menangguk, meski ia tidak mengerti tujuan Ethan menceritakan kisah Raja Henry padanya. Apakah untuk menunjukkan kalau usaha Ethan masih belum seberapa dibanding Raja Henry, atau malah membenarkan pernyataan Remi tentang bucin itu sendiri.

"Gue nggak pernah benar-benar mengerti kenapa lo selingkuh dengan Emily, did you love her too?"

Tiba-tiba, suasana hati Ethan menjadi lebih gelap. "I like the way she made me feel."

"And what was that?"

"To feel superior, and I can prove to everybody that I can do better," Ethan mengingat masa itu, ketika ia bisa berdiri satu panggung dengan banyak musisi ternama, dikenali, dan yang terpenting, dia bisa menjadi dirinya sendiri.

"Dan Val nggak bisa melakukan itu untuk lo?"

"You know who she is, dan keluarganya. Jeremy Isaac, ayahnya, punya banyak sekali lini bisnis kelas dunia, belum lagi dia juga mendanai sebuah tim F1. The Isaac hanya satu dari sedikit perusahaan yang mereka punya. Her future is bright, sedangkan gue hanya anak SMA yang masih meniti karir."

"And it frightened you?"

"It's more like moral responsibility. Apa gue akan sanggup catch up dengan gaya hidup dan kekayaannya? Apa gue bisa menghidupi Val dan menjadi tempat dia bersandar ketika dia jauh lebih mapan dan mandiri dari gue? Gue nggak akan bisa bersanding dengannya kalau gue belum membuktikan diri. Gue merasa nggak worthy of her."

"Bahkan dengan Sound of Pascali?" seingatnya, Ethan memang berasal dari keluarga musisi, terkecuali kakaknya, Matt. Ayah dan ibunya punya orkestra bernama Sound of Pascali, dan sudah sangat terkenal di dunia musik. Mereka pernah tampil di The O2 Area, Opera House Sydney, Times Square, diundang ke Gedung Putih saat Natal, dan menginstrumen beberapa lagu untuk film animasi Disney. Singkatnya, portofolio mereka sangat banyak. Remi dengar, untuk masuk ke grup orkestra itu sangatlah sulit, dan haruslah orang yang benar-benar bertalenta.

Tidak hanya itu, tiket konser tahunan yang diadakan Sound of Pascali selalu habis terjual bahkan sebelum tiket itu dijual untuk umum. Kebanyakan penggemar orkestra membelinya dengan harga tinggi sebelum dijual. Mereka sudah booking jauh-jauh hari hanya untuk mendengar lantunan nada dengan harmoni yang indah.

"Sound of Pascali punya bokap nyokap gue, not mine."

"Tapi kan lo juga baru meniti karir lo ketika lo memutuskan untuk jadian sama dia. Apa yang membuat lo berubah pikiran?"

Sebelum menjawab, Ethan mengambil napas dalam-dalam, "because I was on the edge of losing her. Waktu itu, kalau aja gue nggak memintanya untuk jadi pacar gue, hubungan kami nggak akan pernah mulai sama sekali."

Remi mengangguk mengerti, "dan dengan Emily, lo merasa sama. Lo nggak harus berjuang mati-matian untuk membuktikan diri, untuk merasa worthy for somebody."

Kali ini giliran Ethan yang mengangguk, "yeah, kind of."

"Apa lo pernah menyesal nggak tinggal lebih lama di US? You could become somebody if you stay there longer."

Ethan menggeleng. Kesuksesan lagu duetnya dengan Emily membuka banyak pintu untuk Ethan untuk berkarir di Amerika Serikat, sesuatu yang diinginkannya. Tapi jika ia mengambil kesempatan itu, maka ia benar-benar mengkhianati Val dan harus menanggung perasaan bersalah seumur hidupnya. "It was a great chapter, but I closed it already. Lagipula, rasanya gue belum benar-benar siap untuk berkarir di US waktu itu."

"Lo tau jalan di depan lo nggak akan mudah. Dan rasanya setelah lo mendapatkan Val, akan ada lebih banyak tantangan untuk karir lo. I wish you luck."

"Thank you."

-----

Don't forget to vote ⭐⭐⭐

Unworthy [COMPLETE]Onde histórias criam vida. Descubra agora