Lima

1.1K 111 1
                                    

Apartemen Valerie Isaac terletak di daerah SCBD, tidak terlalu jauh dari kantor The Isaac. Apartemen itu dulunya ditempati Aaron, karena itu apartemennya terkesan maskulin dengan perabot dan cat yang dipilih.

Meski begitu, Val tidak repot-repot mengubahnya. Dia hanya sebentar di Jakarta. Satu-satunya yang ia ubah adalah letak sofanya, ia menghadapkannya tepat ke arah jendela. Val bersyukur Aaron membeli apartemen ini, karena ia bisa melihat langit kota Jakarta dari jendela yang sangat besar di salah satu sisi apartemennya.

Val sudah hampir tertidur di sofanya ketika ponselnya bergetar, nama Aaron Isaac muncul di ponselnya.

"Ya?" jawab Val malas. Ia meletakkan teleponnya tepat di atas telinganya sementara tangannya memeluk guling.

"Hey, lil' sis. Apa kabar?" tanya Aaron dari sebrang sana. Aaron terdengar ceria seperti biasa. Tidak ada perasaan bersalah sama sekali dari suaranya meski Aaron tau betul ia sudah menjebak Val.

"It's almost 12. Apa kamu nggak bisa cari waktu yang lebih proper untuk telepon?" gerutu Val.

Aaron tertawa geli, ia tidak peduli, "jadi, apa kabar?" ulangnya.

"Kalau kamu bertanya tentang campaign yang sedang berjalan, semuanya baik-baik aja."

"Dan kamu sendiri?"

Val menarik napas dalam kemudian mengeluarkannya, "fine."

"Met him already?" tanyanya, dan 'him' yang Aaron maksud pastilah Ethan Pascal.

Meski ia kesal setengah mati pada kakaknya karena tidak memberitahukan apapun mengenai Ethan, Val juga tidak bisa menyalahkan Aaron sepenuhnya. Aaron pasti hanya memikirkan yang terbaik untuk The Isaac, dan Val tidak ingin terlihat seperti anak kecil yang marah. Lagi pula, ia harus membuktikan pada orang-orang kalau ia mampu menangani kampanye The Isaac, dan yang terpenting, membuktikan pada dirinya sendiri jika ia sudah melupakan Ethan Pascal.

"Udah."

"Are you mad at me?"

"Maunya sih begitu, but I can't," ada jeda sebentar sebelum Val menambahkan, "why did you do this to me?"

"Apa yang salah dengan membuat keputusan yang menguntungkan kedua belah pihak ketika berbisnis?"

"Dengan mengorbankan aku?"

"Bukan," sanggahnya, "aku nggak tau benar-benar apa yang terjadi dengan kalian berdua. Di samping kesempatan ini memang benar-benar menguntungkan, aku juga tau kalian sama-sama tersakiti, and none of you can get over it... yet. Lagipula, Ethan butuh kesempatan kedua."

"I believe it's not you who decides if he deserves a second chance or not," jawab Val, nadanya berubah sinis.

"Apa kamu nggak tertarik mendengar deal yang kami buat?"

"Apa?"

Ethan Pascal adalah satu dari sekian banyak nama yang diberikan tim James padanya ketika Aaron sedang mencari brand ambassador The Isaac untuk Indonesia. Nama itu bahkan menjadi salah satu kandidat terkuat. Bukan karena Ethan super terkenal, tapi profilnya juga sangat cocok dengan kriteria yang dicari The Isaac.

Secara pribadi, Aaron juga ingin mengambil Ethan, tapi mengingat nama itu juga yang membuat adiknya berubah, ia tidak yakin jika keputusannya akan diterima keluarganya. Disisi lain, jika ia ingin mengambil pasar Asia, ia bisa mencoba lewat Ethan. Ethan sedikit banyak bisa dikatakan sebagai penyanyi internasional sejak ia berduet dengan Emily Garcia.

Meski dalam dilema, Aaron tetap meminta timnya mendekati Ethan. Tetapi dalam satu bulan, ia mendapat kabar jika Ethan sudah menandatangani kontrak dengan Polar, salah satu kompetitor head to head The Isaac. Saat itu, Aaron pikir, ia memang tidak berjodoh dengan Ethan. Tapi semuanya berubah ketika ia mendapati Remi di ruang kerjanya.

Unworthy [COMPLETE]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt