uts

9.6K 1.2K 64
                                    

Warning! Typos.

👽


Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, sudah tiga bulan empat sejoli saling kenal yang berarti sudah tiga bulan juga mereka menjalani perkuliahan.

UTS sudah di depan mata. Banyak mahasiswa lain yang sibuk mencari pencerahan dari senior-senior, banyak juga yang mem-fotocopy catatan yang belum lengkap dari temannya yang sudah lengkap dan banyak pula yang melobby dosen untuk memberikan kisi-kisi.

Namanya juga masih maba, masih di kondisi sedang semangat-semangatnya.

Tapi, berbeda dengan empat sejoli, mereka terlihat tenang-tenang saja. Jeffrey tidak perlu khawatir karna ia adalah tipe yang tenang, ia tidak suka belajar terlalu keras, ia tidak menghapal tapi dia memahami apa yang dia pelajari, Jeffrey tau apa yang harus ia lakukan, ia belajar dengan caranya sendiri.

Sedangkan Minggu memang pada dasarnya anak yang cerdas, ia mendapat beasiswa di kampus ini bukan tanpa alasan, Minggu tidak akan mengalami kesulitan karna sehari-hari selama perkuliahan ia belajar giat untuk mempertahankan beasiswanya.

Jeremy tidak terlalu khawatir selama ada Minggu atau Jeffrey. Ia tidak suka belajar tapi melihat giatnya Minggu atau betapa luasnya wawasan Jeffrey kadang memberinya motivasi untuk belajar dari mereka atau terkadang bertanya hal yang ia tidak mengerti pada mereka. Intinya, Jeremy belajar banyak dari Minggu dan Jeffrey.

Sedangkan Bram, anak ini memang benar-benar tidak peduli.

Mereka berempat bersahabat baik, tapi dalam hal ini mereka memiliki tujuan dan prinsip masing-masing, tidak ada yang salah dari itu, mereka saling memahami.

Tapi jika ada contekan, mereka tidak menolak.

Sejak beberapa puluh menit yang lalu Bram menjadi pendengar setia dua makhluk di depannya, Jeremy masih saja bertanya pada Minggu soal kisi-kisi yang di berikan dosen.

Anak itu terus saja bertanya tanpa mencatat jawaban Minggu, Bram memutar bola matanya.

"Jer, lo niat nanya ngga sih? Kalo lo nanya buat belajar seengganya catet kek" Ucap Bram kesal pada Jeremy.

"Gue cuma nanya gambarannya aja" Jawab Jeremy.

"Sama aja dong goblok, bentar lagi juga ilang dari otak lo" Sanggah Bram.

"Ye masih mending gue masih ada usaha daripada lo" Balas Jeremy.

"Pusing gue belajar, bodo amat" Ucap Bram sambil menghisap rokoknya.

"Udah tinggal senin besok uts pertama bege" Ujar Jeremy.

"Ntar gue sharing kebetan sama Dika, selow"

Jeremy mebelakan mata "Seriusan? Bagi lah gue nanti"

"Liat kondisi, katanya kalo ketauan ngebet auto E anjir"

"Udahlah kalo gabisa ngarang bebas aja, baru uts" Sambar Minggu.

Bram memandang Minggu dengan pandangan mengejek "Orang pinter mah kalo ngomong gampang ye"

"Salah lu kenapa ngga pinter, biar idup lu gampangan dikit" Jawab Minggu sarkas.

Jeremy ketawa ngakak.

"Sialan lo anjing, gua bukannya ngga pinter, cuman-"

"-Cuman?"

"Emang ngga pinter sih, tapi kalo belajar mah bisa pinter gue" Ucap Bram mengelak.

"Yaudah belajar" Jawab Minggu.

Bram menatap Minggu sambil menghela nafas "Skip, sumpah"

Bersamaan dengan itu, Jeffrey datang menghampiri mereka, langsung duduk di samping Bram.

COWOK TEKNIK - '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang