be there

9.1K 1K 100
                                    




Warning.
Typos!




•••

Jam menunjukan hampir pukul dua belas tengah malam, Jeremy baru saja pulang dari mang Asep untuk berkumpul dengan seniornya.

Minggu dan Bram absen karna ada urusan lain. Hanya ia dan Jeffrey yang ikut berkumpul, tapi sayangnya mereka memilih pulang lebih awal karena sudah lelah setelah kuliah seharian.

Baru saja Jeremy hendak masuk dari pintu depan tiba-tiba–

Plak

Sebuah tamparan mampir di pipinya dengan lumayan keras. Tubuh Jeremy hampir terhempas kalau saja ia tidak menahan tangannya pada gagang pintu.

Jeremy meraba pipinya yang terasa ngilu dan panas. Seperti sudah biasa ia hanya memutar bola matanya melihat sosok lelaki paruh baya yang biasa ia panggil Papa di depannya.

'Oh udah pulang' dalam hati Jeremy mencibir, ia penasaran kali ini ada apa lagi.

"Mau jadi anak seperti apa kau ini?!!" Teriak ayahnya di depan wajahnya.

"Bibi bilang dia dapat banyak botol alkohol di kamarmu, mau jadi preman kau?!"

Jeremy terkekeh, oh jadi sekarang karna botol alkohol, ingatkan Jeremy besok untuk membeli lebih banyak lagi.

Tanpa membalas ucapan ayahnya sedikitpun Jeremy melengos pergi.

Ia melirik wanita tua yang sedang menunduk dekat tangga tak berani menatapnya.

"Heh anak tak tau diuntung! Pergi sana kau bersama ibumu yang kurang ajar! Sudah ku urus kau dari kecil bukannya jadi anak baik malah jadi hancur" Teriak ayahnya lagi, Jeremy bisa mendengar dari tangga menuju kamarnya.

Jeremy acuh, seperti sudah kebal dengan semua ucapan ayahnya itu. Ia terus naik ke kamarnya tanpa ada sedikit niatpun membalas tiap ucapan ayahnya yang masih bisa ia dengar hingga ia masuk ke kamarnya.

Jeremy menjatuhkan tubuhnya di kasur, ia mengerang pelan saat meraba pipinya yang bengkak dan terasa ngilu.

Ia mengambil tissue basah di nakas samping kasur, mengusap luka yang ada di bibirnya.

Sudah biasa seperti ini, ia sangat sangat sudah terbiasa.

Tiba-tiba ia mendengar suara pintu kamarnya diketuk.

Tok Tok

"Adek, ini bibi bawa teh anget" Ucap seseorang dari balik pintu, yang ia ketahui adalah si Bibi, asisten rumah tangga di rumahnya.

"Taro depan aja Bi, nanti adek ambil" Sahutnya, masih membersihkan sisa darah di ujung bibirnya.

"Maafin Bibi dek, tadi Tuan yang mau periksa sampah dari kamar adek, Bibi bingung harus gimana" Ucapnya.

"Gapapa Bi, ngga usah minta maaf" Jawab Jeremy, ia sama sekali tidak menyalahkan wanita tua yang sudah merawatnya sejak kecil itu, sama sekali tidak.

"Adek udah makan?"

"Udah, Bi"

"Yaudah ini tehnya di meja depan kamar ya"

"Iya Bi, makasih"

Setelah mendengar langkah menjauh Jeremy membuka pintu kamar dan mengambil teh yang tadi dibawakan.

Teh hangat itu membuatnya kembali rileks, mungkin si bibi berpikir kalau ia mabuk makannya wanita itu membuatkanya teh hangat, padahal malam ini ia tidak minum sama sekali.

COWOK TEKNIK - '97Where stories live. Discover now