3. Ada Satu Alasan

1.2K 196 38
                                    


بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

  📗Takdir📗
-Mereka yang terlihat lebih beruntung, atau kita yang kurang bersyukur?-

🌹🌹🌹

Selipkan sedikit rasa rindu itu, di sela hati dan jiwamu, itu pun jika kau berkenan, rasakan rindu itu walau hanya sedikit. Aku pun ingin tahu, bagaimana angin menyampaikan rindu seseorang.

🌹🌹🌹

Hafshah mengemas pakaian ke dalam koper berukuran besar. Tidak terasa, besok pagi ia sudah harus meninggalkan rumah ini dan menetap di pesantren yang akan menjadi tempat tinggalnya yang kedua.

Pandangan Hafshah beralih kesamping. Hafshah mengambil bingkai foto yang ada di atas nakas di samping tempat tidur. Di sana ada fotonya bersama Adrian. Saat itu Hafshah berada di atas punggung Adrian, sementara Adrian sedikit membungkuk ke depan karena sedang menggendong adik perempuannya.

Hafshah sedikit tersenyum melihat foto masa kecilnya, rambutnya dikucir dua tidak lupa dengan poni yang menutupi kening yang nyaris menutupi mata, begitupun dengan Adrian, yang memang sudah terlihat tampan sejak dari kecil. Hidungnya mancung, pipinya gembul dan warna kulitnya juga tat kala putih dari kulit sang adik.

"Kak Ian, semoga nanti Kakak nggak kecewa ya sama aku. Aku janji, aku bakal jadi adik seperti yang kakak mau. Semoga lewat jalan ini, aku bisa buktiin ke mama dan papa kalau aku juga bisa jadi anak yang bisa dibanggakan."

Hafshah mengusap foto Adrian kecil. Perkataan Adrian di telfon kemarin masih terniang jelas di telinganya.

"Kamu mau nggak dengerin Kak Ian??"

"Apa, Kak?"

"Sejak dulu Kakak nggak pernah kan bikin kamu nangis atau marah?"

Hafshah hanya menganggukkan kepala. Karena apa yang dikatakan Adrian itu memang benar. Adrian memang berhasil menjadi kakak terbaiknya.

"Sekarang penuhi permintaan Kak Ian, ya. Kamu harus mau untuk masuk ke Pesantren itu. Jangan bikin Kakak kecewa."

Jantung Hafshah berdetak abnormal, entah kenapa perkataan Adrian sangat mengerikan. Sangat takut jika harus memberikan kekecewaan kepada Adrian.

Apakah ia tega membuat Adrian kecewa? Kakak kesayangannya itu?

"Iya, aku akan masuk ke sana."

"Nah, gitu dong. Itu baru adiknya Kak Ian, adik yang nggak mungkin tega bikin kakaknya kecewa."

Hafshah meletakkan lembali foto itu, kemudian ia  mengambil ponselnya yang terletak di atas tempat tidur. Diusapnya layar ponsel itu dan membuka aplikasi galeri. Di sana, ada beberapa foto-fotonya bersama Afnan. Mungkin ini udah saatnya Hafshah belajar move on melupakan segala kisah saat bersama Afnan. Merindukan orang yang sama sekali tidak merindukan kita itu hanya pekerjaan yang sia-sia. Seperti air dan minyak, dua hal yang saling berdekatan namun mustahil untuk menyatu. Seperti itulah takdirnya dengan Afnan.

Mungkin Afnan pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya, memberikan kebahagiaan yang hanya bersifat sementara. Namun Hafshah pun sadar, bahwa hubungan mereka yang berawal manis itu hanya mengundang bencana. Seperti yang Hafshah rasakan saat ini, hatinya hancur berkeping, menghentikan laju cinta yang sedang tumbuh mekar ternyata membutuhkan energi yang begitu besar.

Mungkin ini saatnya ia harus melupakan Afnan. Pasti ada alasanya mengapa takdir memisahkannya dengan lelaki itu. Ada sebab ada kejadian, ada luka ada penawarnya, ada derita tentu ada pula bahagia.

Dihapusnya foto-foto bersama Afnan. Walau berat, dia harus melangkah maju, menjemput masadepan yang lebih baik lagi. Dan Hafsha pun berjanji tidak akan ada magnet yang bisa menariknya kembali untuk ke masalalu itu.

Namun saat foto terakhir, jantung Hafshah serasa ditusuk berjuta-juta anak panah nan tajam. Sakit sekali melihatnya. Bahkan kedua tangan Hafshah sampai bergetar karena melihat foto ini.

"Udah cukup satu tahun, Af. Aku udah capek, ternyata cinta monyet yang dikatakan orang biasa saja, begitu menyakitkan buat aku. Semoga aku nggak pernah bertemu lagi sana kamu, Af. Selamanya."

Setelah Hafshah berhasil menghapus semua foto-foto kebersamaannya bersama Afnan, Hafshah pun mengekuarkan sim card yang ada di dalam ponselnya. Baik Clara atau pun Bella juga tidak mungkin bisa berkomunikasi dulu saat ini dengannya. Hafshah benar-benar harus melupakan semuanya, termasuk orang-orang yang mengingatkannya tentang Afnan.

"Bella, Clara, maafin aku. Aku janji, suatu saat nanti, aku akan cari kalian. Bagaimanapun, kalian tetap sahabatku. Semoga kalian nggak berpikiran yang macam-macam yang bisa ngebenci aku."

Hafshah tersenyum kembali saat melihat fotonya bertiga bersama Clara dan Bella. Hafshah mengerucutkan bibir ke depan, sementara Clara memamerkan deretan giginya yang rapi, tak lupa dengan Bella yang memasang wajah konyol, memajukan bibir ke dapan dengan mata melotot tanpa arah yang menentu. Walau pun demikian, wajah mereka tetap terlihat begitu lucu.

"Aku pasti akan kangen banget sama kalian."

🌹🌹🌹

Hafshah memandang gedung bertingkat yang bernama Darul Akhyar. Di luar prediksinya. Ternyata udara di sini serasa sangat sejuk dihirup. Entah bagaimana, rasanya seperti ada ketenangan di tempat ini. Sulit dijelaskan tapi kentara dirasa.

"Seperti ini tempatnyan." Gumam Hafshah pelan.

"Kamu suka, kan?"

Hafshah menganggukkan kepala.

"Mama udah duga hal itu. Mama nggak mungkin pilih sembarangan untuk pendidikan kamu."

"Makasih, Ma."

"Mama bersyukur, Adrian berhasil bujuk kamu."

Hafshah hanya bisa tersenyum tipis.

"Sebenarnya bukan hanya Kak Ian, Ma. Tapi ada hal lain yang nggak mungkin pernah bisa aku katakan."

Tidak lama setelah itu Tristan kembali, membuka jok belakang mengambil koper milik Hafshah.

"Siap untuk tinggal di sjni?"

"Siap dong, Pa."

Hafshah tertawa kecil, diikuti oleh Tiara yang mengusap pelan kepala putrinya.

🌹🌹🌹

Bersambung

Selamat bertemu dengan Hafshah dan kawan-kawannya barunya 🤗🤗
Darul Akhyar, semoga Hafshah mendaoat cerita manis di sini.

Tinggalkan jejaknya. Kasih semangat, jujur ini adalah yang kedua kali aku nulis di sini, pasti pada tau kan. Dan ini ada kesan tersendiri juga dan pasti beda banget gimana rasanya saat aku nulis cerita yang dulunya Air Mata Surga.

Ada yang siap menemani hari-hari Hafshah di Darul Akhyar? Ada yang siap menjadi teman Hafshah?
Yaps. kalau siap, selalu ikutin ya 💚💚💚
Dan satu lagi, mohon maaf kalau aku kebanyakan Typo. Semoga di bab ini gak ada typonya 😁😁

Peluk jauh Dimchellers_17

Merekalah Hafshah, Clara dan Bella

Merekalah Hafshah, Clara dan Bella

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
TAKDIRWhere stories live. Discover now