5. Masker Habanana-Scrub Oat

919 163 44
                                    


بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

  📗Takdir📗
-Mereka yang terlihat lebih beruntung, atau kita yang kurang bersyukur?-

🌹🌹🌹

Hafshah berdiri di depan cermin sambil mencubit hidungnya yang sudah memerah. Jerawat yang baru saja tumbuh itu membuat Hafshah merasa tersiksa. Wajahnya yang jarang di singgahi jerawat membuat Hafshah sedikit risih dengan benjolan yang tumbuh menganggu itu.

"Ihh gimana sih ini, nggak mau pecah, sakit." Gerutu Hafshah kesal. Rasanya sakit, tapi tangan itu terasa gatal mematikan jerawat agar tidak semakin tumbuh besar.

"Kenapa, Haf?" Meda yang berada di atas kasur melihat ke bawah. Memandang aneh pada Hafshah yang berdiri di depan cermin.

"Ini."

"Ya ampun, Haf. Itu kok jerawat gede banget sih? Perasaan kemarin nggak ada deh."

"Nggak tau juga nih, mana merah lagi."

"Tunggu sebentar." Meda turun dari atas tempat tidur bertingkat dua itu. Setelah sampai di bawah cepat-cepat ia membuka lemari.

Hafshah hanya bisa meihat Meda dengan aneh, gadis itu mengeluarkan tas berukuran sedang.

"Aku punya solisinya, ini ada masker Habanana - scrub oat. Ini cocok buat kulit kamu, 2 sampai 3 hari ini jerawat langsung kempes."

Hafshah mengambil masker yang Meda berikan.
Jujur sejak dulu Hafshah tidak pernah menggunakan masker apa pun. Ia selalu takut jika wajahnya alergi dan ujung-ujungnya rusak.

"Kamu bisa pake dulu, bayarannya nanti aja, yang penting kamu sembuh dulu dan jerawatnya ilang deh."

"Tapi, aman, kan?"

"Dijamin, aman kok."

"Yaudah. Aku pake deh nanti. Makasih, ya."

Meda mengangguk dan memasukkan membali tasnya ke dalam lemari.

🌹🌹🌹

Hafshah melipatkan sebelah tangan di atas meja, kepalanya juga menumpu di atas tangan. Sementara satu tangan lagi memengang perut dan meremasnya sesekali.

"Haf, kamu kenapa?" tanya Aini---teman sebangkunya--

"Nggak tau, Aini. Perut aku sakit banget."

"Kamu telat makan atau gimana?"

"Nggak tau."

Aini juga kebingungan, ia bisa melihat wajah Hafshah yang sudah pucat-pasi. Belum lagi keringat Hafshah yang keluar di area hidung dan kening.

"Kamu mau aku antar ke UKS?"

Hafshah hanya bisa mengangukkan kepala. Sebab tubuhnya benar-benar terasa tidak enak.

Saat Hafshah berdiri, tanpa sengaja Aini melihat bercak darah yang ada di rok Hafshah.

"Haf, kamu datang bulan?"

Hafshah melihat rok bagian belakang, dan benar saja, bercak darah terlihat kentara di sana. Beruntung saat itu suasana kelas sepi. Hanya ada dia dan Aini.

"Aduh, gimana dong. Kalau kita keluar dan jalan ke UKS, bisa ketauan dong, aku malu."

"Yaudah, tutupin pake jaket aku aja." Aini mengambil kajet yang dilipat di dalam laci.

"Makasih, ya."

Hafshah melingkarkan jaket itu di area pinggang hingga menutupi roknya yang terkena darah.

"Ini pertama kali kamu datang bulan?"

"Enggak sebelumnya udah pernah."

"Tapi kok biasanya nggak pernah absen salat?"

"Iya, ini baru datang lagi setelah lima bulan. Aku nggak pernah teratur."

"Apa nggak diperikasain? Takutnya kenapa-napa lho."

Hafshah hanya menggelengkan kepala. Tidak lama setelah itu mereka sampai di ruangan UKS.

"Lho, ini kenapa?"

"Hafshah sakit, Bu. Lagi menstruasi."

"Yaudah, nanti dikasih obat pereda sakitnya, ya. Habis itu kamu istirahat ke kamar. Aini, kamu antar Hafshah ke kamarnya ya?"

Aini menganggukkan kepala sebagai respon.

🌹🌹🌹

Saat sampai di dalam kamar, Hafshah tanpa sengaja melihat Mely yang juga ada di dalam kamar. Ia berbaring di atas tempat tidur Nadiya. Di sampingnya banyak tisu yang berserakan, ada juga bercak darah di sana.

"Mely, kamu sakit lagi?"

"Iya kak."

"Ya ampun, mimisan kamu banyak banget."

"Udah berenti kok Kak, ini tadi."

"Terus ayah sama ibu kamu gimana? Udah tau?"

Mely menganggukkan kepala.

"Udah, Kak. Mereka juga udah jalan ke sini, buat ngejemput aku."

"Masih ada yang sakit?"

"Udah enggak kok kak. Kakak sendiri ngapain?"

"Lagi nggak enak badan. Lagi datang bulan."

"Pantesan muka kakak pucat."

Hafshah tersenyum tipis

"Aku ganti baju dulu ya."

Mely menganggukkan kepala. Jujur, ia pun lelah sering sakit seperti ini. Ia hanya ingin hidup normal dan menjalankan pendidikan dengan damai seperti anak-anak seusianya.

Apalagi sekarang ia harus pulang, padahal suasana ramai dalam satu kamar bersama teman-teman sangat menghibur. Semalam mereka juga melakukan hal aneh, merendam mie instan dengan air dingin, tapi rasanya dimakan saat bersama-sama tetap terasa nikmat.

"Aku pasti akan kangen banget sama kalian. Aku janji bakal cepat sembuh dan bakal balik lagi ke sini. Ketemu sama kalian."

🌹🌹🌹

Bersambung

Peluk jauh Dimchellers_17

Cerita masih sellow 😁😁😁
Tapi tetap setia ya 🤗🤗




TAKDIRWhere stories live. Discover now