10. Meda?

792 137 60
                                    

بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

  📗Takdir📗
-Mereka yang terlihat lebih beruntung, atau kita yang kurang bersyukur

🌹🌹🌹
Tidak perlu menjelaskan dirimu pada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak akan percaya itu.

-Ali bin Abi Thalib-
🌹🌹🌹

Hafshah mengerutkan kening saat melewati beberapa kerumunan santri. Mereka berbisik dan memperhatikannya seakan ada yang aneh pada dirinya. Hafshah memeriksa pakaian dan sepatunya. Tidak ada yang salah, lalu kenapa mereka bersikap seperti itu?

Saat Hafshah sampai di kelas, semua orang juga menatapnya aneh. Telinganya bisa mendengar suara tapi tidak terlalu jelas. Tidak lama setelah itu Aini tiba di meja Hafshah. Napasnya tidak berarturan akibat lari-larian.

"Ada apa, Ai?"

"Aduh Haf..."

"Kenapa?"

Aini berjongkok, kemudian membisikkan sesuatu di telinga Hafshah.

"Apa?!" Kedua bola mata Hafshah terbuka lebar.

Aini menganggukkan kepala.

Kedua tangan Hafshah terkepal kuat. Bagaimana mungkin rahasia itu bisa terbongkar sementara yang tahu hanya Meda. Apa itu artinya Meda yang membocorkan rahasianya itu? Kenapa? Apa salahnya?

Hafshah berdiri dan memukul meja dengan kuat. Matanya berair, akhirnya sekarang sudah banyak yang tahu. Pantas saja orang-orang sejak tadi berbisik sambil menatapnya.

"Aku mau cari Meda!"

Hafshah keluar dari kelas dengan emosi yang sudah mendidih. Aini yang tidak tahu apa-apa memilih untuk mengikuti Hafshah.

"Nggak nyangka ya. Pendiam itu belum ngejamin kalau kita orang baik. Sama kayak penampilan, ketutup belum tentu mahal. Kayak permen. Ketutup tapi harganya murah."

Langkah Hafshah terhenti di depan mereka.

"Kalian nyindir aku? Kalian nggak tau apa yang terjadi sebenarnya! Kamu, kamu bilang penampilan belum tentu ngejamin dia baik. Kamu pikir dengan mulut kamu kayak gini kamu lebih baik dari aku?!"

Telunjuk Hafshah terangkat tepat di depan gadis itu.

"Ihsss. Apaan sih."

"Sikap kamu seperti ini belum tentu kamu lebih baik dari aku. Seperti kita beli jeruk di pasar. Jeruk yang kita beli belum tentu semanis jeruk yang dibuka sebagai pencoba."

"Huu gak jelas banget, sih."

Setelah mendapatkan makian balik dari Hafshah, gadis itu malah pergi begitu saja.

Pandangan Hafshah beralih pada Aini yang berdiri di samoingnya. Kali ini, ia sudah tidak bisa lagi menahan air mata. Malu dan sangat kecewa pada Meda.

Tanpa sengaja mata Hafshah melihat Meda yang sedang berjalan keluar dari perpustakaan. Dengan cepat, Hafshah berjalan mendekatinya.

"Meda!" Hafshah menarik tangan Meda. Saat posisinya tepat, Hafshah langsung menampar keras pipi gadis itu hingga ia membuang muka kesamping.

Meda memegang pipinya yang terasa panas.

"Hafshah! Kamu apa-apaan sih?!"

"Aku nggak nyangka ya Meda. Kamu bisa setega ini sama aku. Apa maksud kamu bocorin rahasia aku sampai-sampai semua santri di sini pada tau!"

TAKDIRWhere stories live. Discover now