4. Allah Maha Melihat

1K 174 56
                                    


بـــــــسم اللّـــــــه الرّحمن الرّحيـــــــم

📗Takdir📗
-Mereka yang terlihat lebih beruntung, atau kita yang kurang bersyukur?-

🌹🌹🌹

Apa pun yang kita lakukan semunya kembali ke niat. Tidak perlu cemas, sebab jika kamu merasa pilihanmu sudah tepat maka terus lakukanlah. Karena Allah pasti akan melihat usahamu.

🌹🌹🌹

Hafshah masuk ke dalam kamarnya yang berada di lantai dua. Dengan jantung berdebar, ini kali pertamanya Hafshah harus bergaul dengan banyak orang asing. Tidur satu kamar dan menjalani hidup bersama untuk beberapa tahun ke depan.

Jantung itu masih berdebar sangat kencang. Terlebih saat sudah berada di kamar Rufaida. Di sana ia melihat dua gadis yang masih asing. Yang satu sedang membaca buku yang satu lagi berada di atas kasur tingkat atas. Entah dia sedang bercerita dengan si gadis yang membaca buku, atau sengaja memperhatikan kehadiran Hafshah yang masuk ke dalam kamar.

Diantar oleh ustadzah Windy, perempuan cantik dengan gamis berwarna hijau yang senada dengan kulitnya yang putih. Dia salah satu orang yang ikut mengurus pesantren Darul Akhyar.

"Hafshah, ini adalah kamar kamu, ya. Kamu tidur di bawah gak apa-apa kan?"

"Nggak apa-apa, Kak. Saya emang suka di bawah, saya takut manjat."

Perempuan itu tersenyum sambil mengusap pelan bahu Hafshah.

"Meda. Ini teman baru kamu, ya. Yang akan satu kamar sama kamu dan adik-adik."

Meda yang berada di atas tempat tidur bertingkat dua itu mengangguk serta tersenyum. Menandakan bahwa dia paham dengan apa yang dikatakan ustadzah Windy.

Hafshah berjalan pelan menjutu tempat tidur setelah ustadzah Windy pamit keluar, tak lupa dengan koper yang sedang digenggam di tangan kiri.

Perlahan Hafshah mendudukkan tubuhnya di atas kasur bermotif boneka doraemon. Hafshah yakin, in syaa Allah dia akan betah berada di tempat nyaman seperti ini.

Tidak lama setelah itu Hafshah merasa tempat tidur bergerak, disusul dengan kaki Meda yang melangkah turun ke bawah.

"Hai, tadi kalau nggak salah dengar, namamu Hafshah, ya?"

"Iya..." Hafshah menjawab penuh kekikukan. Tubuhnya kaku, tidak bisa dijelaskan bagaimaba perasannya saat ini.

"Aku Ganeeta Andromeda. Kamu bisa panggil Aku Meda."

"Aku Hafshah, Hafshah Alhudaibiyyah."

"Wah perjannian Alhudaibiyyah itu, ya."

"Hehe, iya."

"Itu namanya Nadiya. Dia adik kelas kita"

Pandangan Hafshah beralih pada gadis yang disebut bernama Nadiya.

"Hai?"

"Hai, Kak." Gadis itu menyapa dengan ramah. Ia tampak senang dengan lehadiran teman baru yang sudah dipastikan akan membuat kamarnya menjadi lebih ramai lagi.

"Sebenarnya ada satu lagi, namanya Mely. Cuma dia lagi sakit. Jadi belum balik ke sini lagi, deh."

Hafshah mengangguk mengerti. Pantas saja ranjang tikat yang berada di atas Nadiya kosong.

"Kalian udah lama ada di sini?"

"Udah, Kak. Tapi lebih lama kak Meda. Dia udah sejak SMP ada di sini."

Untuk kesekian kalinya Hafshah menganggukkan kepala. Ada rasa kagum yang Hafshah rasakan pada Meda dan Nadiya. Saat mereka kecil, mereka sudah harus berada di pondok ini, hidup terpisah dengan keluarga. Lantas kenapa ia harus mengeluh? Bukankah ia juga seharusnya bisa belajar?

"Aku tau kamu pasti masih ngerasa asing kan? Sama kok, dulu aku juga gitu."

"Hehe, sedikit. Cuma aku senang. Aku pikir di sini aku nggak bakal punya teman. Ternyata aku satu kamar sama orang baik kayak kalian."

"Nggak semenyeramkan itu kok, Haf. Di sini kita belajar untuk memperlakuka siapa pun dengan baik, nggak membeda-bedakan gitu. Jadi, kamu nggak perlu khawatir kalau kamu nggak bakal punya teman."

"Nah itu, Kak. Apalagi kak Meda itu orangnya baik. Pasti seneng deh temenan sama dia. Apalagi kalau lagi jualan masker, kadang suka dikasih diskon sama aku. Itu kan termasuk sedekah, ya kan, Kak." Pandangan Nadiya beralih pada Meda.

Keda tertawa kecil sambil menyipitkan setengah matanya.

🌹🌹🌹

Sesekali Hafshah melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Dilihatnya Nadiya yang sudah tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Pun dengan Meda, karena Hafshah sama sekali tidak merasakan atau mendengar suara Meda yang menandakan bahwa dia masih terbangun.

Sampai saat ini pun Hafshah masih belum bisa melupakan bayangan Afnan sepenuhnya. Kadang dia merasa berdosa, membohongi diri sendiri, dan merasa yakin sanggup untuk melupakan Afnan. Mungkin menerima laki-laki itu adalah kesalahan fatal baginya.

Hafshah duduk dari atas pembaringan.

"Belum tidur, Haf?"

Hafshah melotot, Meda yang disangka tidur ternyata belum benar-benar tidur.

"Aku pikir kamu udah tidur."

"Belum. Aku pikir kamu yang udah tidur. Kenapa?"

"Aku ... Aku lapar."

"Sama, aku juya. Ikut aku yuk?" Meda mengintip kebawah, dengan kepala sedikit menggantung.

"Kemana?"

"Ke Matbah. Biasanya ada sisa makanan."

"Apa nggak apa-apa? Ini udah tengah malam, nanti kalau di marahin gimana?"

"Nggak bakal, orang di sini baik-baik, kok."

"Yaudah deh. Etapi Nadiya gimana?"

"Udah tidur kan? Biarin aja, kasian kala dibangunin."

"Hmm yaudah, deh."

Hafshah dan Meda pun keluar dari dalam kamar. Gedung bertingkat itu nampak sepi saat tengah malam seperti ini, yaa wajar saja, mungkin para sanrti pun sudah istirahat.

Saat sampai di Matbah Meda bisa menemukan sebungkus mi instan dan sebutir telur.

"Cuma ada satu, nanti kita bagi dua, ya. Kita bikin yuk."

"Kamu yang bikin ya."

"Siap itu, mah."

"Lho kalian belum tidur?"

"Eh kak Wind. Belum, kita kelaparan soalnya."

Ustadzah Windy hanya menggelengkan kepala sambil tersenyun gemas.

"Nanti jangan lupa matiin kompor, kalau nanti kebakaran, gosong kita semua."

"Hahah enggak dong kak. Aku nggak bakal mungkin ngebakar pondok ini."

"Iya-iya, Kakak percaya."

"Kak Windy ngapain?"

"Mau ambil air minum, air minum di kamar habis coba." Windy mengangkat tangannta dan memperlihatkan tupperware bottle yang ia bawa.

"Kak Windy mau makan juga nggak?"

"Enggak. Kalian aja. Yaudah, kakak ke kamar dulu, ya."

Hafshah dan Meda serentak menganggukkan kepala.

🌹🌹🌹

Bersambung

Makasih buay yang udah mau baca.
Jangan lupa tinggalkan jejak yaa 🤗🤗
Peluk jauh Dimchellers_17

TAKDIRWhere stories live. Discover now