C = Ciee

1.1K 214 82
                                    


Yeonjun jadi anak penurut sedari tadi. Bukan penurut sebenarnya, dia hanya malas membantah. Jadilah dia hanya mengiyakan ucapan Soobin sedari tadi.

Kini Yeonjun sedang mengerjakan soal matematika yang baru saja diberikan Soobin padanya. Sekali lagi tanpa protes.

Soobin sampai heran dibuatnya.

“Kesambet setan mana kamu?” tanya Soobin.

Yeonjun hanya mendongakkan wajah menatap Soobin, “Nggak.” balas Yeonjun singkat.

“Ada kesulitan?” tanya Soobin lagi.
Yeonjun hanya menggeleng.

Niat Soobin itu ingin memancing Yeonjun untuk bicara panjang lebar seperti biasa. Tapi, sekarang tak berhasil.

Aneh sumpah melihat Yeonjun yang irit bicara seperti ini.

Soobin menghela napas, “Kamu sedang tidak mood, ya? Ya sudah, saya akan pulang sekarang.”

Yeonjun panik, dengan cepat dia menahan tangan Soobin, “Di sini aja.”

“Sebenarnya kamu kenapa?” tanya Soobin merasa aneh dengan tingkah Yeonjun.

“Nggak papa.” jawab Yeonjun singkat.

“Sana kamu lanjutkan mengerjakan soalnya.” ucap Soobin.

“Iya.” jawab Yeonjun singkat. Lagi.

Hening beberapa saat dengan Soobin yang membaca materi dan Yeonjun yang mengerjakan soal.

“Ciee.” celetuk Yeonjun memecah keheningan.

Soobin mengerutkan kening bingung, “Kamu bicara apa?”

Yeonjun mengangkat bahu, “Ciee aja.”

“Kenapa kamu jadi tidak jelas seperti ini, sih?” tanya Soobin malas.

“Tau ah, ciee aja.” jawab Yeonjun dengan nada menyebalkan.

Soobin yang malas menyahuti lagi hanya diam dan melanjutkan membaca buku modulnya.

Yeonjun meletakkan pensilnya, lalu memasang wajah menyebalkan.

“Kiw kiw, tadi pulang bareng siapa tuuuuuuhh?” ucap Yeonjun entah tertuju kepada siapa.

Soobin hanya diam saja karena ia tau Yeonjun sedang menyindirnya.

“Si kelas sepuluh ya, siapa namanya? Memble? Dower? Hyunjin?” tanya Yeonjun mendecih.

(Yeonjun dan Soobin itu kelas 12 dan Hyunjin kelas 10)

Soobin diam.

“Ciee, nggak nyangka aja sih. Lo seleranya yang kek gitu. Ya meskipun muka lo muda banget sih. Tapi kan nggak pantes aja gitu.”

Soobin masih diam.

“Gila sih pake acara meluk pinggang segala. Kalo sama gue aja udah kayak orang alergi.”

Soobin masih dan tetap diam.

“Padahal juga gua yang nungguin sampe beres rapat. Emang, nggak tau diri banget itu orang yang namanya Choi Soobin.”

Kali ini Soobin mengernyitkan alis, meskipun masih diam.

Soobin balas menatap Yeonjun sebelum mulutnya bersuara, “Kamu tidak suka saya pulang dengan Hyunjin? Bukannya kamu bilang dengan mengantar saya boros bensin, ya?”

Yeonjun menatap Soobin kesal, “Ya liat situasinya dong! Itu gua udah nungguin, eh lo nya malah bareng tuh bocah! Bilangin mama tau rasa lu. Biar gaji lo dipotong.”

Bukannya takut, Soobin malah tersenyum. Bukan senyum yang manis. Tapi, senyum singkat sebelum dia kembali ke wajah datarnya lagi.

“Bilang saja, dipecat juga tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, tadi Hyunjin meminta saya untuk menjadi guru privatnya. Jadi, besok tidak perlu menunggu saya lagi ya, Yeonjun?” ucap Soobin datar.

Yeonjun langsung melotot. Menampakkan wajah garangnya.

“JANGAN SAMA HYUNJIN! BESOK GUA TUNGGUIN, SAMPE MAGHRIB JUGA GUA JABANIN.” teriak Yeonjun panik.

•••

AlphabetWhere stories live. Discover now