M = Meanwhile.....

873 158 11
                                    


“Udah?”

Soobin mengangguk, matanya menatap sekeliling. Sekolah sudah sepi dan sekarang sudah pukul 8 malam.

Baik hati sekali Yeonjun yang telah menunggunya.

“Nih..”

Yeonjun mengangsurkan helm, yang langsung saja dipakai oleh Soobin. Sementara itu Yeonjun mengamati Soobin dari atas sampai bawah dan berdecak setelahnya.

“Udah tau pulang malem, kenapa nggak pake jaket sih.”

Soobin hanya mengangkat alis, Yeonjun juga hanya memakai seragamnya. Kenapa menasehati Soobin.

“Sudah malam, Yeonjun. Ayo pulang.”

Yeonjun hanya bisa menghela napas mengiyakan, lalu men-starter sepeda motornya.

Sepanjang perjalanan, tak banyak percakapan yang dilakukan keduanya, meskipun biasanya juga seperti itu sih.

“Kalo dingin, peluk gue nggak papa kok heheh. Nggak usah kayak orang alergi gitu, Bin.” Yeonjun cengengesan.

Dibelakangnya, Soobin hanya memutar bola matanya, “Ya.” ucap Soobin namun tak dilakukannya.

Ketika sampai di jalan yang cukup sepi, mata Yeonjun bergerak gelisah sambil berulang kali melihat ke kaca spion.

Beberapa kali, hingga tanpa aba-aba Yeonjun menambah kecepatannya secara drastis.

Membuat Soobin tersentak kaget dan refleks menggenggam erat seragam orang di depannya.

Yeonjun masih melaju dengan kesetanan, matanya tak lepas dari spion, bukan hanya kecepatannya yang gila-gilaan. Ia juga mengambil jalan berbelok-belok secara tiba-tiba.

Soobin memejamkan mata erat, kepalanya sudah bersandar penuh di bahu Yeonjun. Ia ingin memaki namun suaranya seolah tertelan.

Soobin takut.

Soobin berteriak tertahan ketika Yeonjun dengan nekatnya menerobos lampu merah sampai hampir menabrak mobil yang melaju.

Mengabaikan dentuman keras dibelakang, Yeonjun semakin menarik gasnya.

Yeonjun baru mengendarai dengan normal ketika sudah lebih jauh dari lampu merah sebelumnya.

Yeonjun merasakan kepala Soobin yang bersandar di bahunya. Tangannya menggenggam pelan tangan Soobin.

Tangan itu bergetar hebat. Yeonjun tahu situasi ini. Ia semakin memperlambat laju motornya dan berhenti di tempat yang dirasa aman.

Yeonjun telah melakukan hal yang luar biasa fatal.

"Minum dulu nih.”

Yeonjun meletakkan botol minuman dingin yang baru saja dibelinya di minimarket. Soobin masih menatap kosong sembari menetralkan deru napasnya yang memburu.

“Minum dulu elaaah biar tenang.” bujuk Yeonjun. Soobin kini menurut.

Yeonjun tersenyum geli, “Lo takut banget, ya?”

Soobin mendelik kesal, “Kamu ingin mengajak saya mati?”

“Ya nggak lah, maafin gue ya?”

Soobin hanya mengangguk pelan tangannya masih berkeringat, “Kalau kamu mau ngebut seperti tadi, saya jalan kaki saja.”

“Eh nggak-nggak, janji deh 20 km per jam.”

Soobin dengan berat hati kembali naik ke motor Yeonjun.

“Bin.” panggil Yeonjun.

“Hmm?” hanya dibalas deheman oleh Soobin.

“Lo tau suara dentuman dibelakang kita tadi?” tanya Yeonjun.

“Setelah lampu merah?” tebak Soobin.

Yeonjun mengangguk, “He'em.”

“Apa?" tanya Soobin.

“Anak-anak yang dulu ngeroyok lo nabrak truk.”






•••

AlphabetWhere stories live. Discover now