U = Udah?

837 150 42
                                    

Soobin terpaksa menghentikan kegiatan membacanya ketika suara ketukan pintu terdengar. Ia hanya memandang sekilas dan kembali membaca bukunya.

“Pacar kamu ya, bukain sana.”

Soobin menoleh kearah Ayahnya yang berada disampingnya.

Soobin mengangkat bahu malas, “Biasanya kan dia mah masuk sendiri. Ayah seperti tidak tau dia saja.”

“Lagipula siapa yang pacaran?”

Ayahnya hanya mencibir lalu bangkit untuk membukakan pintu, “Kamu lah, ya masa Ayah.”

Cklek

Suara pintu terbuka, lalu disusul dengan suara berisik Yeonjun di depan.

“Temboooookkkk!!!”

Yeonjun kini berdiri dihadapannya setelah berlari dari ruang depan. Anak itu masih memakai seragam sekolahnya.

“Kenapa? Sudah selesai marah dengan saya, hm?”

Yeonjun terdiam sejenak, mencerna ucapan Soobin.
























Fucek, gue lupa kalo kemaren gue ngambek. Gubluq elaah!’ ucap Yeonjun dalam hati.

Soobin mengangkat alis menunggu jawaban dari Yeonjun. Sedangkan yang ditatap sedang menahan diri untuk tidak berbalik pulang ke rumah.

Yeonjun tersenyum paksa. Lalu berjalan mendekat ke arah Soobin yang duduk di sofa ruang tengah. Bodo amat dengan malu. Toh, sudah nanggung.

Yeonjun mendudukkan diri disamping Soobin. Ia menjadi pendiam, malu mungkin. Hal itu lantas membuat Soobin tertawa kecil.

“Kenapa kesini, Jun? Saya pikir kamu sedang menenangkan diri. Sudah selesai, ya?” memang dasarnya Soobin itu jahil, ia malah semakin mengungkit perkataan Yeonjun kemarin.

“Diaaaam kamu!”

Soobin semakin tersenyum jahil.

“Kemarin bilang, ‘Jangan ikutin gue, Bin. Gue mau nenangin diri dulu.’ Terus kenapa kesini?”

“Heh diam kamu. Malu tau!”

“Iya, iya maaf hehe. Oh ya Jun, sebenarnya ada yang ingin saya sampaikan ke kamu.” ucap Soobin.

“Apaan, Bin?” tanya Yeonjun.

Soobin memberikan ponselnya pada Yeonjun, memperlihatkan sesuatu.

“TUH KAN GUE NGGAK SALAH, BIN. BUKAN GUE PENYEBAB MENINGGALNYA SI HAECHAN. HAH? TAPI KOK BISA DI WEBSITE SEKOLAH ADA KLARIFIKASI MASALAH INI? KENAPA TIBA-TIBA GUE GA BERSALAH?” teriak Yeonjun dalam sekali tarikan napas.

“Jadi sebenarnya saya yang mencari bukti-buktinya, Jun. Saya merasa ada yang aneh dengan rekaman cctv itu. Setelah saya pelajari, ternyata rekaman itu palsu, pelakunya pasti memiliki kekuasaan yang besar disekolah sehingga bisa menutupi kesalahannya dengan menyebarkan rekaman yang sudah dimanipulasi.” ucap Soobin.

“Dan dengan kemampuan hacker saya, saya carilah rekaman aslinya. Meskipun sedikit susah melacaknya, tapi akhirnya saya mendapatkannya dan yang mendorong Haechan ternyata Renjun. Renjun itu anak dari pemilik sekolah ini, maka dari itu dia bisa playing victim.” lanjut Soobin lagi.

Yeonjun masih diam, mempersilahkan Soobin menyelesaikan ceritanya.

“Tapi kamu tenang saja. Saya sudah menemukan kebenarannya dan membebaskan kamu dari segala tuduhan. Dan saya sudah meng-upload rekaman yang asli ke website sekolah, dan menulis artikel tentang kejadian sebenarnya dan menuliskan bahwa kamu tidak bersalah.” Soobin tersenyum mengakhiri ceritanya.

Yeonjun terharu sekali, bagaimana bisa Soobin begitu bekerja keras membantunya?

“Tapi lo bisa dikeluarin dari sekolah karena ngelakuin hal ini, Bin.”

Soobin menggeleng, “Tidak, Jun. Saya sudah bicara baik-baik dengan direktur sekolah dan beliau menyesal telah menutupi hal ini. Beliau tak masalah jika kebenarannya terungkap, meskipun anaknya sendiri akan masuk penjara. Toh, memang ini kesalahan anaknya.”

Yeonjun berhambur memeluk Soobin erat, “Makasih banget, Bin. Gue nggak ngerti lagi kalo nggak ada lo.”

“Iya sama-sama. Lepas, Yeonjun. Kamu bau!”

Yeonjun nyengir lalu kembali ke posisinya. Ia gemas sebenarnya melihat Soobin yang mengerucutkan bibirnya seperti sekarang.

Yeonjun yakin kalau Soobin tanpa sadar melakukan hal seperti ini. Lihat saja kalau Soobin sadar, pasti akan langsung merubah ke wajah datar seperti biasa.

“Ke rumah gue yuk, ajarin matematika.”

Soobin disampingnya mencibir.

“Beneran lho, gue besok ulangan. Dan gue harus dapet nilai di atas KKM.” ucap Yeonjun dengan wajah serius.

‘Pasti Yeonjun abis terbentur sesuatu makanya otaknya geser.’ batin Soobin.

“Sebenarnya saya tidak bisa kemana-mana, Jun.”

“Lah, kenapa?”

Soobin menunjuk kakinya, “Keseleo.”

“KOK BISA?!”

Tangan Soobin refleks menutup telinganya yang berdengung.

“Jatuh, Yeonjun. Biasa aja dong!”

“Ck, kayak bocah aja deh lo, lari-larian.” Yeonjun berdecak.

“Bukan goblok!”

“Ntaps ngegas, lanjutkan Bin, gue bangga.”

“Apaan sih, Jun!”

Soobin berdecak kesal. Yeonjun disebelahnya cengengesan.

“Saya mau cerita, tapi kamu jangan tertawa.”

“Iyaaa.”

Soobin menghela napas.

“Tadi ada yang bolos, saya kejar. Lalu saya bertemu dengan Jungkook. Saya dan dia mengejarnya naik motor.”
















“Terus jatuh karena bonceng tiga sama Taehyung dan Taehyungnya tertawa terus.”

Wajah Yeonjun memerah. Ia menggigit bibirnya sekuat tenaga menahan agar tawanya tak lepas. Tapi—

“Pfttt—“

“KAMU BILANG TIDAK AKAN TERTAWA!”

Yeonjun dengan cepat langsung merangkul Soobin mengucapkan maaf berkali-kali sambil menahan agar tak berlanjut tertawa.

“Duh maaf deh, makanya lo tadi pulang duluan gitu?”

“Iya, diantar Hyunjin.”

“HYUNJIN TEROOOOOS”

Yeonjun kemusuhan.

“Udah deh, gue mau belajar di sini aja. Entar kalo gue nggak ngerti lo ajarin, ya?”

Soobin mengangguk, membiarkan Yeonjun yang membuka ransel mengeluarkan buku matematika.

“Sebenarnya kamu kenapa sih? Tumben sekali.”

Yeonjun berhenti, lalu menatap Soobin dengan senyum kecil, “Soalnya kalo nilai gue di atas KKM mama bakal nurutin semua yang gue minta.”

Kan, Soobin sudah menduga. Yeonjun waras tanpa sebab itu ibarat menguras air laut. Tak mungkin.

“Bin, lo masih pengen gitar yang waktu itu nggak?”

Soobin tersentak kecil, Yeonjun masih menatapnya dengan senyum tipis terukir di bibirnya.

“Gue bakal dapetin buat lo!”

Soobin misuh lagi dalam hati.






Iya mereka itu gemas. Tapi, sayang—










Statusnya nggak ada :(







Yhaaaaaa....




•••

AlphabetWhere stories live. Discover now