P = Please?

870 149 17
                                    

Yeonjun duduk diam di kursi reot yang terletak di halaman belakang sekolahnya.

Mulutnya menghisap sebatang rokok dan menghembuskan asapnya pelan. Hari masih pagi, tak akan ada yang mengetahui ia merokok—yang sudah dipastikan melanggar aturan.

Kalaupun ketauan, Yeonjun bisa mencari cara untuk mengatasinya. Ia sudah profesional.

Masalah Soobin mah mudah.

Iya dalam hati saja Yeonjun berkata seperti itu, kenyataannya mah Yeonjun takut setengah mati.

Yeonjun segera membuang batang rokoknya yang tersisa ketika melihat Soobin dan salah satu anggota kedisiplinan berjalan dari arah toilet.

“Patroli kali, ya?” gumam Yeonjun.

Setelahnya Yeonjun meninggalkan tempatnya, berjalan memutar melewati ruang musik sehingga seolah-olah ia keluar dari sana, bukannya dari halaman belakang yang notabenenya tempat merokok bagi siswa sejenis Yeonjun.

“Soobinnn he..he..he...” ucap Yeonjun cengengesan, ia tiba-tiba muncul, menghadang jalan Soobin dan anggota kedisiplinan yang bersama Soobin.

Soobin menautkan alis, “Dari mana kamu?”

“Dari ruang musik nih hehe rajin banget gue bantuin piket.” ucap Yeonjun yang sama sekali tidak masuk akal.

Soobin semakin menampilkan wajah curiga.

“Kamu..........”

Soobin maju beberapa langkah, hingga ia dan Yeonjun berhadapan dengan jarak yang sangat dekat.

Yeonjun hanya bisa terdiam kaku, tak bisa menebak apa yang akan dilakukan si tembok ini.

Tengkuk Yeonjun meremang ketika Soobin meletakan kedua tangannya masing-masing di bahunya.

Soobin meremas bahu Yeonjun erat, hingga wajahnya hanya berjarak beberapa senti saja dari wajah Yeonjun.

Jantung Yeonjun berdetak kencang tak tertata, mata Soobin menatap tepat pada bola mata Yeonjun.

Dalam jarak yang seperti ini Yeonjun dapat secara jelas melihat wajah serius dari Soobin.

Soobin masih menatapnya, dengan posisi tak berubah. Jantung Yeonjun semakin tak karuan ketika Soobin memajukan wajahnya.

Mengabaikan tatapan terkejut tak percaya dari anggota kedisiplinan yang tadi bersama Soobin.

Soobin bergerak semakin dekat.

Semakin dekat.

Dekat.

Dekat.

Dekat.

Dekat.



























“Mulutmu bau rokok.” ucap Soobin datar, lalu detik berikutnya Soobin beranjak dari posisinya.

Dan Yeonjun yang masih kesulitan untuk mengambil napas.

“Berikan.” ucap Soobin, ia menodongkan telapak tangannya.

“A..a..apa?” ucap Yeonjun masih setengah tak bernyawa.

“Berikan rokok yang kamu bawa. Akan saya sita!”

Dengan ragu Yeonjun merogoh sakunya, memberikan satu kotak rokok yang baru saja dibelinya tadi pagi.

“Bagus.” Soobin tersenyum dengan tangan menepuk-nepuk pundak Yeonjun.

“Kali ini saya tak akan menambahi poin kamu, jadi jangan membawa benda seperti ini lagi ya, Yeonjun?”

“Please?” pinta Soobin.

Yeonjun hanya mengangguk kaku. Ia bahkan masih tak bergerak hingga Soobin telah berjalan melaluinya.

Beberapa menit Yeonjun terdiam hingga...































“GILA! GILA! SOOBIN TADI—ASDFGHJKL!!! KENAPA... KENAPA NGGAK DITERUSIN!!! BANGSAT JANTUNG GUE!!!”

“ATURAN LANGSUNG GUE SOSOR AJA TADI!”

PLEASE HELP JANTUNG GUE DEG-DEGAN KAYAK GINI RASANYA MAU MATI GUE!!”



•••

AlphabetWhere stories live. Discover now