S = Sick

942 157 26
                                    

“CIEEEEE YANG SAKIIIIIIIITT!!!!!”

Soobin ingin mengumpat.

Penyesalan terbesarnya hari ini, mengangkat panggilan dari Yeonjun. Kapan anak itu tidak sialan sih?

Soobin berdehem, menyesuaikan suaranya agar terdengar lebih baik.

“Dasar tidak penting.” ucap Soobin kesal, suaranya terdengar serak parah. Ia yakin Yeonjun pasti tertawa di sana.

“Buset suara lo dah kayak nenek-nenek aja ahahahaha.”

Tuh kan.

“Bacot kamu,”

Soobin melepaskan ponselnya saat serangan bersin mendatanginya. Ia ingin mematikan panggilan sebenarnya, tapi membuang-buang pulsa Yeonjun juga bukan ide yang buruk.

“Mau dijenguk pangeran nggak?”

“Tidak!”

Soobin bisa mendengar suara tawa Yeonjun diseberang. Ia yakin dengan tidak adanya Soobin disekolah pasti Yeonjun bebas bertingkah di sana.

“Lo yang lama ya Bin nggak masuknya, seneng banget dah gue. Telat nggak ada yang hukum, bolos nggak ada yang larang hahahah.”

“Setelah ini, habis kamu sama saya!” ucap Soobin ketus, ingin memaki jarak antara mereka, kalau saja Yeonjun ada dihadapannya ia akan memukul kepalanya.

Buseet, ngeri. Ngomong-ngomong gue bolos nih, lagi di kantin. Beli susu almond sama roti kesukaan lo.”

Soobin mendengus mendengarnya. Memang hanya Yeonjun yang kalau berbuat jelek itu bilang-bilang.

“Lo mau nggak? Gue beli banyak banget nih sumpah.”

“Tidak terima kasih.”

“Lah? Kesukaan lo nih, ditolak? Beneran?”

“Ya.”

“Yakin? By the way, bukain pintu dong. Capek gue berdiri.”

“Hah?”

Soobin melongo, lalu buru-buru turun dari ranjangnya menghampiri jendela dan benar saja, motor Yeonjun terlihat di dekat pagar.

Soobin mendengus, apa maunya sih anak itu. Dengan malas ia berjalan keluar, tapi sebelum itu Soobin sadar sesuatu. Ia berbalik kembali.

Soobin menatap bayangan tubuhnya sendiri di cermin lemari. Hoodie hitam dengan celana rumah berwarna putih selutut. Jangan lupakan wajahnya yang memerah karena demam dan rambutnya yang acak-acakan.

Kenapa buruk sekali sih.

Tangannya bergerak ingin membenahi penampilannya. Tapi, kemudian ia sadar, kenapa harus serepot itu? Toh, hanya Yeonjun yang datang. Tidak penting.

Soobin kini berjalan menuju pintu utama, hal pertama yang ia lihat adalah wajah menyebalkan Yeonjun yang masih memakai seragam sekolah.

“Gue bolos demi lo heheh.”

Mbuh lah.

•••

“Gue pikir karena lo sakit bakalan rebahan doang. Nah, ini kenapa laptop  nyala, terus kertas bertebaran gini?”

Soobin tak menjawab, kembali menyandarkan punggung dengan memangku laptop.

“Tugas kelas 12 itu banyak.”

Soobin berdehem lagi. Ah, sial. Suaranya sangat menyedihkan.

“Gue juga kelas 12 tapi nyantai aja tuuuh.”

AlphabetWhere stories live. Discover now