J = Just.....

949 174 29
                                    

Akhir-akhir ini ada satu pertanyaan yang sering orang-orang lontarkan kepada Yeonjun dan Soobin.

Yaitu...

Sebenarnya mereka berdua apa?

Pertanyaan yang sama, namun akan berbeda jawabannya antara Yeonjun maupun Soobin.

Jika Soobin yang ditanya, ia pasti akan menjawab...

“We just friend.”

Atau...

“Saya kenal Yeonjun sudah lama karena Yeonjun sering berurusan dengan saya, dan entah mengapa takdir sial datang hingga saya harus menjadi tutornya.”

Itu adalah jawaban normal oleh Soobin.

Akan lain lagi jika Yeonjun yang ditanya, ia akan menjawab...

“Lo nanya gue sama Soobin apa? YA MANUSIA LAH BEGO AWOKAWOKAWOK.”

Jawaban yang sebenarnya normal jika dipikir kembali, namun sangat mengundang lemparan batako bagi yang mendengar.

“Gue sama Soobin nggak ada apa-apa kok, ya kalau mau ada apa-apa paling dia jadi babu gue wkwkwkwkwk.”

“Eh itu kak Soobin lucu banget duduk sambil bawa-bawa surat pengunduran diri gitu hahah.” ucap seseorang yang bertanya pada Yeonjun yang melihat Soobin mengeluarkan surat pengunduran diri.

“TEMBOK GUE BERCANDAAAA, IYA IYA LO TEMEN GUE, TUTOR GUE YANG PALING PINTER, GUE MAH CUMA SERBUK MARIMAS!!” ucap Yeonjun panik.

+×+

Tapi, meskipun keduanya sudah memberikan klarifikasinya. Namun, masih banyak orang-orang yang tidak percaya.

Baiklah, dalam bayangan mereka pun sosok Choi Yeonjun dan Choi Soobin sama sekali tidak cocok untuk sekedar menyandang hubungan TEMAN.

Keduanya seakan saling bertolak belakang.

Mengingat Yeonjun dan Soobin seolah sedang perang dingin setiap saat.

Dibilang tidak punya hubungan, tapi selalu pergi dan pulang bareng. Yeonjun juga semakin menempel pada Soobin.

Kan membingungkan.

-We just friend-

Kalimat itu juga mau tidak mau membuat Yeonjun kepikiran juga.

“Gue sama si tembok apaan, ya?” ucap Yeonjun menatap ke langit-langit kamarnya. Lalu, berguling-guling ke kanan dan kiri ranjangnya.

“Temen bukan, sih? Apa musuh? Eh, tapi nggak juga.”

“Sahabat kali, ya.”

“Eh anjaay, gue merinding disko gini ngebayanginnya. Bisa jantungan tiap hari gue liat surat pengunduran diri.” ucap Yeonjun bergidik ngeri.

Karena lelah berbicara sendiri, Yeonjun pun memilih untuk mengambil ponselnya, menyalakan layarnya dan menelpon seseorang.

Lama panggilan belum terhubung, lalu terdengar suara seseorang di seberang sana.

“SELAMAT MALAAAAAM TEMBOOOOKK.” Ucap Yeonjun spontan.

(Saya matikan, ya.)

“JANGAAAN DOONG.”

(Ada apa? Tidak lihat jam, sekarang pukul 1 dini hari, Yeonjun.)

Yeonjun cengengesan sambil melihat kearah jam dinding.

“Guenya insom, Bin. Gabut, terus telfon lo. Padahal nggak ngarep diangkat lhoo, eh ternyata....... Hm hm hm hm.”

(............)

“Bin?”

(Apa?)

“Sebenernya gue pengen nanya.”

(Apa?)

“Kita sekarang sebenarnya apa, sih?”

(Maksudmu?)

“Gue mau serius dulu nih, jujur aja dulu gue selalu anggap lo musuh gue, Bin.  Kalo sekarang? Gue ga bisa bilang ini apa tapi gue nyaman aja dengan kita yang sekarang.” ucap Yeonjun.

(Kenapa tiba-tiba?)

Soobin merasa heran. Tumben sekali Yeonjun ini.

“Gue bingung, Bin. Kalo buat lo sendiri kita ini apa?” tanya Yeonjun harap-harap cemas.

(Huft, apa itu penting? Itu hanya sebuah status, Jun. Bagi saya yang terpenting adalah antara saya dan kamu baik-baik saja, cukup.)

Soobin menjawab dengan tenang.

Tanpa sadar Yeonjun tersenyum mendengar ucapan Soobin. Ya, benar. Kenapa Yeonjun harus bingung?

(Dan juga, Jun.. Saya juga merasa nyaman dengan kamu.)

Tut tut tut~

Yeonjun melongo, menatap layar ponselnya yang kini mati, lalu jarinya mengorek telinganya berulang kali. Senyumnya semakin lebar hingga mungkin jika ada yang melihat akan khawatir mulutnya akan robek.

“SIALAN GEMES BANGET DONG YAAMPOOON.” teriak Yeonjun.



•••

AlphabetWhere stories live. Discover now