X = X

839 150 28
                                    

“Apa sih, Yeonjun!”

Soobin menatap sosok dengan senyuman lebar di depannya itu dengan tatapan sengit.

Ia berusaha mendorong Yeonjun dari hadapannya. Sungguh, ia kesal Yeonjun sedari tadi menghalangi jalannya.

“Jalan ama gue ke kelas doang elaaah, kenapa sih sensi amat dari tadi?”

Soobin tak menjawab, Yeonjun di depannya memasang seringai jahil.

“Padahal juga baru kemaren lo nyipok gue.”

Wajah Soobin panas, entah karena malu atau emosi. Mungkin juga keduanya.

Dengan kesal ia mendorong lengan Yeonjun yang menghalangi jalannya.

“Saya pergi, ada rapat setelah ini.”

Tapi Yeonjun membuatnya kesal lagi saat anak itu berdiri di depannya dan menghalangi jalannya lagi.

“Saya buru-buru, Yeonjun.”

“Rapat apaan coba, tadi aja gue liat si Hyunjin lagi cengengesan sama Ayen di kantin. Ngomong-ngomong, kok tumbenan tuh anak nggak nempel ke lo?”

“Mana saya tau.” ucap Soobin dengan sebal.

Yeonjun terlihat terdiam sebentar—berpikir, melihat kesempatan itu, Soobin dengan cepat berlari meninggalkannya.

“Ishh! Soobiiinn!!! Kok lo gituuuuu.”

+×+

Soobin berhenti di ujung tangga, menengok ke belakang memastikan bahwa anak berandalan itu tak mengikutinya.

Karena sungguh! Soobin sangat malu untuk menampakan wajahnya. Rasanya ia ingin mengubur diri hidup-hidup.

Jadi, kemarin mereka benar-benar kencan, menghabiskan waktu dengan semua hal yang Soobin inginkan.

Sampai tengah malam.

Soobin menghabiskan seluruh hari itu dengan bahagia dan menahan tangis, apalagi Yeonjun sama sekali tidak bertingkah menyebalkan kemarin.

Lalu, ketika jam sudah menunjukkan pukul 00:00 lebih, Soobin tampak kebingungan. Ia dengan teliti mengecek napasnya sendiri, menekan-nekan nadinya dan hal aneh lainnya.

“Kenapa sih, Bin?” Yeonjun bertanya saat itu.

“Jun, kok saya belum meninggal?”




“LO DIGOBLOKIN BEOMGYU MAU AJA AWOKWOKWOK.”

Jadi seperti itulah akhir dari kencan sehari mereka.

+×+

Keesokan harinya Soobin berangkat lebih pagi dari biasanya, sengaja untuk menghindari Yeonjun sebenarnya. Jadi ia berangkat dengan bus di pagi buta.

Soobin melangkah dengan tenang, menaiki tangga dan berhenti di lokernya. Dibukanya loker yang tak pernah dikuncinya itu.

Soobin mengeryitkan dahi heran kala sebuah kotak makan berada di sana dan juga sebuah sticky note tertempel di atasnya.

Soobin tersenyum.

“Soobin!”

Bahunya ditepuk pelan. Ia terlalu asik memandangi benda di tangannya sampai tak sadar seseorang telah berdiri disampingnya.

Soobin menoleh, Beomgyu yang memanggilnya tadi.

“Ada apa?”

Beomgyu terlihat gusar, “Bin, yang kemaren—“

“Tak apa.” balas Soobin sambil tersenyum.

Beomgyu sontak melongo, menatap si Ketua Kedisiplinan dengan ragu. Ia bahkan sudah berpikir jika Soobin akan marah besar padanya dan mencatat namanya di poin pelanggaran sekolah.

AlphabetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang