T = Trust Me Bin!

916 147 15
                                    

Yeonjun tak mengerti mengapa atmosfer di sekitarnya menjadi seperti ini lagi.

Di mana semua orang memandangnya dengan tatapan nyalang dari ujung ke ujung.

Yeonjun hanya menghela napasnya pelan, lalu lanjut berjalan. Tak mempedulikan semua tatapan itu.

Hingga langkahnya harus terhenti ketika melihat seseorang berdiri tepat 5 meter di depannya. Orang itu hanya diam lalu berjalan menghampirinya.

Yeonjun tau apa yang akan terjadi setelah ini.

“Apa mau lo?” ucap Yeonjun singkat, matanya menatap lurus ke depan.

Orang di depannya masih terdiam.

“Semua terbongkar, Jun. Lo nggak bisa ngelak lagi sekarang.”

Yeonjun menarik napasnya kasar, jengah dengan semua ini, “Udah gue bilang bukan gue! Ngerti nggak sih lo?”

Yeonjun melangkah kasar, menjauhi pemuda itu. Hatinya berkecamuk.

“Di website sekolah, tersebar video malam itu, ketika dia jatuh. Dan lo ada di sana.”

Yeonjun kembali menghentikan langkahnya.

“Gue cuma berharap, kalau pun itu lo, lo mau ngakuin itu Jun. Gak lebih, karena dia berharga buat gue.”

Setelahnya Yeonjun hanya mendengar langkah kaki menjauh yang menggema di koridor yang sepi ini.

Yeonjun mengacak rambutnya kasar, matanya menjadi sendu.

“Tapi itu bukan gue, Mark.”

+×+

Y

eonjun tak masuk kelas setelahnya, ia memilih membolos di atap sekolah. Duduk di sofa lusuh dengan puntung rokok yang bertebaran.

Entah sudah berapa batang rokok yang dihisapnya. Ia hanya ingin menenangkan pikirannya.

Pikirannya melayang pada kenangan satu tahun yang lalu. Masa itu sangat berat untuknya.

Ia bahkan masih ingat tatapan benci dan cacian yang orang-orang layangkan padanya.

“Bukan gue, kenapa mereka semua nggak percaya?”

Yeonjun menghempaskan kepalanya ke sofa, memejamkan mata sembari mengepulkan asap dari mulutnya.

Sebuah tangan mengelus pipinya yang sontak membuatnya membuka mata. Wajah tersenyum Soobin lah yang Yeonjun lihat.

“Bolos, hm?”

Yeonjun tak menjawab, memilih untuk menyandarkan kepalanya ke bahu Soobin. Tak lupa membuang rokoknya yang tersisa setengah. Karena Yeonjun tau, Soobin tak kuat dengan asap rokok.

“Bukan gue, Bin.”

Soobin hanya diam, ia kini menggerakkan tangannya untuk mengusap pelan bahu Yeonjun.

“Iya.”

Yeonjun memejamkan matanya meresapi perasaan nyaman yang dirasakannya, dan menghalau segala keresahan.

“Saya percaya sama kamu, Jun. Tapi, boleh saya tanya sesuatu?”

Yeonjun mendongak, menatap Soobin yang kini menatapnya, “Apa?”

“Apa yang kamu lakukan di sekolah pada malam itu?”

Mendengar itu Yeonjun langsung duduk tegak, ia menatap Soobin dengan tatapan sendu.

“Ternyata lo juga nggak percaya sama gue.” suara Yeonjun terdengar sangat pelan.

Soobin buru-buru meralat ucapannya, “Bukan begitu, Jun! Saya hanya tanya kebenarannya, karena jelas sekali kamu ada di sana.”

“Dengan kata lain lo juga nuduh gue kan, Bin? Karena gue ada di sana?”

“Bukan begitu, Yeonjun.”

“TERUS APA?” suara Yeonjun meninggi, detik berikutnya ia menghela napasnya dalam.

“Lo juga nggak percaya kan sama gue, Bin? Meskipun berkali-kali gue bilang kalau itu bukan gue juga nggak akan berarti sama sekali.”

Yeonjun menunduk membuat Soobin meruntuki kata-katanya tadi, perlahan ia memberanikan diri menggenggam tangan Yeonjun.

Namun, ditepis halus oleh sang pemilik.

“Siapa lagi yang bakal gue percaya, Bin. Kalo lo sekarang aja ragu.” ucap Yeonjun pelan, lalu di barengi dengan beranjaknya Yeonjun dari tempat itu.

“Jun.”

“Gue mau nenangin diri dulu, Bin. Jangan ikutin gue.”

Lalu setelahnya tubuh Yeonjun menghilang dibalik pintu.




















‘Saya tau kamu tidak bersalah, Jun. Bukan kamu penyebab meninggalnya Haechan, bukan kamu yang mendorong Haechan dari atap sekolah dan saya akan mencari tau kebenarannya, saya akan mencari buktinya dan akan membuat kamu terbebas dari segala tuduhan itu. Saya janji, tunggu sebentar lagi.’ ucap Soobin dalam hati sambil menatap kepergian Yeonjun dari tempat ini.





•••

AlphabetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang