21 - A Plan

3K 281 37
                                    

.
.

.
.

.
.


Bagaimana jika bunga yang kau impikan itu hanya menimbulkan duri yang tumbuh. Duri yang tumbuh bukan untuk menyakiti orang lain namun kau sebagai pemiliknya akan lebih tersakiti. Bagaimana
Bisa jika kau membuang duri akan menyakiti batang pohon itu sendiri. Yeseul tak pernah berharap hal itu akan terjadi. Apalah daya jika mawar tak berbunga itu hanya menumbuhkan duri dan menghadirkan beberapa helai daun sahaja.


Pasti akan sakit jika kau berada dalam posisi sepertinya, apa kau akan menyerah atau tetap melanjutkan. Ia tak tahu harus singgah dimana karena tak satupun gubuk yang mampu menampung langkah lungai sang hawa ini. Ketika fakta yang ia temui adalah jalan tandus di padang gurun gersang ini.



Mata mata Yoongi menajam menatap layar ponselnya. Seakan tatapannya dapat menembus dan menghancurkan ponselnya tersebut.
Ia menggeretakkan giginya berulang kali sembari mengepalkan tangan.

Hanya satu alasannya.

Jimin.


Pria itu seperti menantang Yoongi terang-terangan. Jika Jimin tidak menahan Yeseul mungkin masalah tidak akan serumit ini.
Ia yakin bahwa pria itu benar-benar tidak main-main dengan ucapan di telpon sebulan yang lalu. Dimana ia akan tetap memaksa Yoongi bagaimanapun caranya agar Yoongi menyerahkan apa yang ia mau.

"Brengsek kau Jimin." Ucap Yoongi dengan pelan namun tajam tangannya mengepal begitu kuat hingga ia tak sadar ia telah meninju meja kerja sehingga meninggalkan bekas disana.

Seorang wanita memasuki ruangan Yoongi dan hal itu bersamaan dengan bunyi hantaman tangan Yoongi di meja yang membuat wanita itu terperanjat. Joohyun begitu terkejut ketika melihat Yoongi seperti itu.

"Yoon! Apa yang kau lakukan?!" Joohyun sedikit berlari kecil kearah Yoongi disertai rasa panik. Karena ia tak pernah melihat Yoongi seperti ini. Ini baru pertama kalinya, ia melihat Yoongi begitu emosi. Bahkan wajahnya memerah akibat menahan untuk tidak mengamuk.

"Kau bisa terluka, Yoon!" Ucapnya kembali seraya mengecek apakah tangan Yoongi terluka. Yang ditemukan Joohyun hanya tangan Yoongi yang mulai memerah.

"Untuk apa kau kemari, Joohyun?" Tanya Yoongi tajam. Dan hanya melirik Joohyun. Wanita itu sadar bahwa Yoongi menatapnya sinis dan dari pertanyaan itu dapat Joohyun tangkap bahwa itu sama dengan Yoongi tidak mengharapkan kehadiran Joohyun disana.

Joohyun tersenyum, hangat.

"Tentu saja untuk melihat ayah dari anakku, dan juga aku rindu padamu Yoon." Kini Joohyun telah melepaskan tanganya dari tangan Yoongi dan meraih pria itu kedalam pelukannya. Yoongi hanya membiarkan Joohyun memeluknya sebentar kemudian sedikit memaksa agar Joohyun menjauh darinya.

"Pergilah, aku ingin sendiri saat ini." Perintah Yoongi pelan tapi menusuk. Joohyun hanya memasangkan wajah yang terlihat tidak apa-apa dengan tersenyum lembut pada Yoongi.

Tak lama Joohyun pun pergi, karena Yoongi bukan tipe orang yang suka mengulang kata-katanya. Ia paham akan hal itu. Maka setelah Yoongi mengusirnya tadi ia berpamitan pada Yoongi dan meninggakan ruangan.









Sudah berganti hari demi hari namun kondisi Yeseul masih saja belum menunjukan tanda baik.
Dokter Kim masih setia memeriksa keadaan Yeseul setiap 3 jam sekali. Sudah hari ke empat, tanda vital menandakan normal namun terkadang benda itu menunjukan penurunan yang begitu drastis. Sehingga harus di kontrol lebih sering.


[COMPLETE] The Way Of Life- MIN YOONGI×AHN YESEULWhere stories live. Discover now