02

718 90 16
                                    

LEGISLATIF

Rapat perdana Dies Natalis terjadi dengan cukup alot dan cukup menguras tenaga jiwa dan raga. Lebay? Memang. Kenyataanya begitu.

Tepat pukul 12 malam, rapat dipaksakan untuk selesai, padahal masih ada beberapa hal yang harus dibahas. Jam malam kampus membuat rapat ditunda sampai rapat selanjutnya dilakukan. Bukan karena itu saja sih, ditakutkan nanti akan terjadi hal-hal yang tidak sesuai keinginan, misalnya kesurupan. Hal-hal seperti itu rasanya sudah sangat lumrah terjadi di lingkungan kampus, apalagi jika melewati tengah malam seperti saat ini.

Pihak Legislatif pamit lebih dulu dibandingkan dengan panitia Dies Natalis lainnya. Setelah dipakai untuk rapat biasanya audit harus dikembalikan menjadi rapi seperti semula, tentu saja itu merupakan tugas panitia pelaksana Dies dan bukan tanggung jawab Legislatif lagi. Jadi, setelah bubaran anggota Legislatif berjalan beriringan menuju sekretariatan bersama karena saat pergi tadi mereka memutuskan untuk berjalan kaki.

"Kak, itu tadi siapa sih? Marah-marah mulu, heran gue yang kayak gitu kok keterima open recuitment." Sungut Yeri begitu jarak dari auditorium sudah cukup jauh. Sepertinya, ia sudah memendam rasa kesalnya sedari tadi.

Davin yang berjalan paling depan bersamaan dengan Jefri berdeham, lalu melirik Jefri disebelahnya, mengisyaratkan agar menjawab pertanyaan Yeri barusan.

"Oh itu, anak BEM Fmipa kalo gak salah bukan oprec. Jurusan apa ya si Oci?" Tanya Jefri pada dirinya sendiri sambil mengingat-ingat.

"Matematika, Jef," Sahut Joy yang ternyata mendengar pertanyaan Jefri.

"Nah iya... anak BEM Fmipa emang kritis-kritis sih. Tahun lalu kita kena tegur juga bukannya ya, Vin?"

Davin mengangguk sekali. "Iya, pas Lanang gak sengaja negur panitia di depan maba."

"Tapi kak, tadi dia agak gak rasional gak sih nanyanya? Masa ujug-ujug nanyain biaya buat ngundang guest star? Yah, anak pengdannya aja kaget ditanya begitu. Nyari sponsor aja belom." Kali ini Brisia, anggota komisi 1 angkat bicara.

"Nggak juga, seharusnya malah BEM udah siap dengan pertanyaan kayak begitu. Harusnya udah ada ancang-ancang mau ngundang siapa, siapin dananya berapa, venue dimana dan lain-lain." Davin kembali menjawab. "Gue juga sebenernya kaget, rapat Dies sekarang itu menurut gue kecepetan, makanya persiapannya tadi kurang."

Yeri berdeham, memecah kesunyian yang tiba-tiba hadir. "Kak, oot dikit dong. Kak Tian udah ada pacar belom, ya? Gue penasaran.." Cewek itu nyengir begitu mendapati pelototan dari Yuta. Dasar Yeri gak bisa liat yang bening nganggur.

"Kenapa? Demen lo sama Bang Tian?" Dejun menoyor kepala Yeri dari belakang, yang langsung menerima pukulan dari Yeri di lengannya. 

"Kepo lo! Kenapa? Cemburu?!"

"Idiiih, ogah! Mendingan gue sama Nama kali." Dejun langsung merangkul Nama yang untungnya sedang jalan bersisian dengannya. Yang dirangkul hanya memutar matanya malas.

"Ribut mulu ni bocah dua, jadian aja baru tau rasa!" Omel Lukas, gemas. Beberapa detik berikutnya, ia memutar topik pembicaraan. "Pada mau ikut makan dulu, gak? Gue mau makan nih."

Nama melepas rangkulan Dejun di bahunya lalu berjalan mendekati Lukas. "Ikut dong, gue juga laper." Bisik Nama pada Lukas.

Yuta langsung mendelik begitu tahu Nama belum makan malam. Nama hanya menampilkan deretan giginya saat ditatap Yuta.

"Bisa-bisanya lo belom makan jam segini? Udah berasa paling sehat lo, hah?! Lupa punya maag?" Pertanyaan beruntun dari Yuta sukses membuat anggota-anggota lainnya hening bahkan ada yang sampai berhenti berjalan. Cengiran Nama hilang, ia kaget Yuta membentaknya di depan banyak orang.

LegislatifWhere stories live. Discover now