09

384 56 4
                                    

LEGISLATIF

Pagi-pagi sekali di lantai bawah tempat kamar perempuan berada sudah terdengar aktivitas seseorang membersihkan ruang tengah yang akan dipakai untuk acara PSTK nanti. Nama adalah orang pertama yang bangun dan menemukan ruang tengah kacau balau, terdapat beberapa botol kaca yang diyakini milik penghuni lantai atas yang tidak bertanggung jawab untuk merapikannya kembali. Botol-botol kaca itu tergeletak begitu saja di sekitaran sofa dan meja, begitu pula dengan beberapa bungkus makanan ringan. 

Nama menghembuskan napasnya saat melihat pemandangan tersebut. Kemudian melirik pada jam digital yang berada di meja ruang tengah menunjukan pukul 05.30, setelah itu Nama mulai mengumpulkan botol-botol kaca tersebut.

Satu per satu penghuni lantai bawah akhirnya bangun. Melihat Nama membersihkan kekacauan diruang tengah, Sekar dan Brisia langsung berinisiatif untuk membantu Nama dengan menyapu dan mengepel lantai.  Sedangkan, Momo, Joy dan Santi langsung melarikan diri ke dapur mencoba membuat sarapan dari sisa bahan tadi malam.

Indri menjadi orang yang terakhir bangun. Masih dengan keadaan setengah sadar, Indri berguman tidak jelas kemudian tersadar setelah melihat keadaan lantai bawah yang sibuk membersihkan ruang tengah.

"Sori, sini-sini giliran sama gue ngepelnya kak." Ucap Indri, mendekati Brisia yang sedang mengepel.

"Mending lo ke atas, terus bangunin tuh pejantan-pejantan gak tau diri!" Ucap Brisia agak kesal, setelah tau siapa biang kerok atas kekacauan di ruang tengah ini.

Indri mau tidak mau akhirnya menurut. Dengan langkah gontai, ia berjalan menaiki tangga menuju kamar para laki-laki.

Tok tok tok

Indri mengetuk pintu kamar pertama. Belum terdengar sahutan dari dalam, kembali Indri mengetuk pintu. Kali ini dengan sedikit teriakan.

"Kakak-kakak bangun udah jam tujuh!"

Masih tetap tidak terdengar sahutan dari dalam. Dengan pelan Indri membuka pintu kamar itu. Takut-takut melihat yang seharusnya tidak ia lihat, justru yang pertama kali ia lihat adalah sosok Dejun dan Lukas yang berpelukan di atas kasur, disampingnya terdapat Gilang dan Adit. Sedangkan Herman, Julian dan Reza lebih memilih tidur dilantai beralaskan karpet bulu. Dengan ragu Indri masuk, tidak sampai ke dalam hanya di ambang pintu sebelahan dengan lemari besar.

Posisi Reza yang dekat dengan pintu masuk langsung meringkuk merapatkan selimutnya. "Dingin...tutup pintunya lagi Man.." Gumam Reza.

Herman berdecak pelan namun menurut untuk menutup pintu walaupun masih dengan keadaan menutup mata. Baru saja akan berdiri, Herman terkaget melihat Indri berdiri di sebelah lemari.

"HEH..."

Indri menampilkan senyum kikuknya. "Sori ya, tolong bangunin yang lain dong udah jam tujuh, gue disuruh kak Bri bangunin kalian."

Refleks, Herman menendang kaki Julian dan Reza bergantian.

"BANGUN BANGUN."

Setelah itu Indri keluar dari kamar meninggalkan mereka yang masih sibuk mengumpulkan nyawa. Pergi ke kamar sebelah, lagi-lagi ia mengetuk pintu. Masih tidak terdengar sahutan dari dalam. Baru saja ia akan mengetuk kembali, pintu di depannya sudah terbuka.

"ASTAGA!"

Indri cepat-cepat menutup matanya dan berbalik memunggungi cowok yang membukakan pintu. Cowok gondrong yang masih setengah sadar itu, langsung sadar sepenuhnya setelah menemukan sosok Indri di balik pintu kamar. Menyadari bahwa dirinya tidak memakai apapun menutupi tubuh bagian atasnya, Yuta segera berlari kedalam mengambil bajunya dengan cepat.

LegislatifWhere stories live. Discover now