Tujuh

14.5K 1.3K 95
                                    

Acara pernikahan Hinata dan Sasuke yang dilangsungkan di kuil kediaman Hyuuga sudah berakhir. Malam sudah cukup larut, dan Hinata masih terjaga. Rasa lelah yang mendera tubuhnya tidak bisa berbohong, ia perlu istirahat sekarang.

Tubuhnya yang lelah berbanding terbalik dengan pikirannya yang berkecamuk, memaksa matanya untuk terus terjaga. Bayangan Sakura dan Naruto yang tetap datang ke acara pernikahannya terus menerus berkeliaran dalam kepala cantiknya.

Bagaimana pucat dan mengkhawatirkannya kondisi Sakura dan diamnya Naruto sudah cukup menjelaskan bahwa kondisi dua orang sahabat dekat suaminya itu tidaklah baik-baik saja. Kendati demikian, mereka tetap mengucapkan selamat padanya.

Ah, suami ya.

Benar, sekarang ia sudah memiliki suami. Bukan lagi seorang gadis lajang. Hyuuga Hinata, atau perlukah mulai saat ini disebut sebagai Uchiha Hinata?

Pakaian pengantinnya kini sudah berganti dengan yukata tidur yang tipis, cukup nyaman untuk tidur. Riasan wajahnya sudah dibersihkan dengan sempurna. Benar-benar siap untuk malam pertama, eh?

Hinata memilih duduk di atas futon, terdiam. Entah apa yang harus dilakukannya. Terasa sangat canggung dan asing. Meskipun ia masih sendirian di kamar pengantinnya ini.

Benar, Hinata memang sendirian di kamarnya. Sasuke belum menunjukkan tanda-tanda kedatangannya. Apa suaminya itu memilih untuk tidur di kamar terpisah?

Tidak mungkin.

Malam ini mereka bermalam di kediaman Hyuuga. Artinya Sasuke memanglah akan tidur bersamanya malam ini. Mungkin Sasuke masih menyambut tamu diacara perjamuan. Relasi Hyuuga cukup banyak dan tersebar ke berbagai wilayah, bukan tidak mungkin masih ada tamu hingga larut malam, atau bahkan hingga pagi menjelang. Mengingat ini adalah pernikahan besar mantan pewaris Hyuuga dan Uchiha tunggal.

Hinata memutuskan untuk mematikan lampu dan tidur lebih dulu. Biarkan saja apa yang orang-orang katakan, tubuhnya sudah sangat lelah. Tapi sepertinya keinginan Hinata harus dikubur dalam-dalam, karena baru saja ia hendak masuk dan bergelung dengan selimut lembutnya, Sasuke menggeser pintu kamar Hinata.

Hinata yang sudah setengah berbaring secara reflek duduk dan menatap Sasuke. Meskipun gelap, Hinata masih bisa melihat sosok suaminya yang melepaskan pakaiannya dengan bantuan cahaya bulan yang masuk melalui celah jendela. Hinata memang sengaja membiarkan jendelanya terbuka, kebiasaannya sejak dulu.

Sasuke yang sudah bertelanjang dada duduk menghadap Hinata. Matanya yang tajam memandang Hinata dengan tatapan yang tidak bisa Hinata artikan. Seperti ada sesuatu yang ingin disampaikan.

"Sasuke-kun.."

Tubuh Hinata kaku saat dirasanya tubuh Sasuke semakin mendekat, menipiskan jarak diantara mereka berdua. Hinata bisa merasakan hembusan napas Sasuke yang terasa panas menerpa wajahnya.

Tangan Sasuke bergerak menyentuh sisi wajah Hinata. Jarinya mengusap pipi Hinata dengan lembut dan membuat pipinya merona begitu manisnya. Tatapan Sasuke tertuju pada bibir penuh Hinata yang terbuka, bibir itu seolah menjerit meminta Sasuke untuk melumatnya.

Hinata yang terbuai dengan usapan Sasuke memejamkan matanya, menunggu. Melihat respon Hinata, Sasuke tanpa membuang waktu menyibakkan poni yang menutup kening Hinata perlahan dan mengecup keningnya terlebih dahulu, kemudian turun ke kedua kelopak matanya yang tertutup, ke hidungnya yang mungil, kemudian kedua pipinya yang menggemaskan. Setelah itu Sasuke menjauhkan wajahnya, menatap wajah Hinata dengan mata berkabut.

Mata Hinata terbuka dan menatap Sasuke dengan bingung karena tiba-tiba menjauh darinya.

"Bolehkah?" Sasuke bertanya dengan suaranya yang menjadi sangat serak. Nafasnya sedikit memburu, seolah menahan sesuatu yang memuncak. Seandainya Hinata tidak mengizinkan, Sasuke tidak akan menyentuhnya malam ini. Meskipun penampilan Hinata luar biasa menggodanya bagi Sasuke.

Jangan mengatakannya mesum, karena memang benar penampilan Hinata malam ini begitu membahayakan akal sehatnya. Kulitnya yang putih dan lembut hanya dilapisi dengan yukata tipis, bahkan Sasuke dapat melihat sesuatu dibaliknya.

Hinata menyentuh tangan Sasuke dan mengusapnya lembut. Kepalanya mengangguk pelan mengizinkan Sasuke menyentuhnya. Karena ini memang kewajibannya, dan Sasuke pantas mendapatkan haknya. Jangan lupakan tujuan pernikahan ini, menghasilkan keturunan Uchiha.

Tanpa menunda waktu, Sasuke langsung melumat bibir menggoda Hinata. Sisi liarnya sebagai lekaki bangkit, dan tersalurkan pada orang yang tepat. Pada Hinata, istrinya. Malam ini terasa begitu panjang dan diramaikan dengan desahan lembut Hinata menyambut suaminya.

"S-sahhsukeh..."

.
.
.

Sinar matahari menerobos masuk ke dalam kamar, mengganggu tidur nyenyak seorang pria. Sasuke sang Uchiha terakhir. Atau saat ini tidak bisa disebut sebagai Uchiha terakhir lagi, karena kemarin baru saja bertambah satu orang Uchiha, dan malamnya calon Uchiha juga dibuat. Baiklah, tidak perlu kita bahas hal ini.

Sasuke merasa kosong pada sisi kanannya. Itu artinya istrinya sudah bangun. Mungkin saat ini sudah siang. Bisa saja saat ini ia sudah dicap sebagai menantu pemalas oleh Hiashi. Biarkanlah, tubuhnya masih lelah setelah pergulatannya semalam.

"Sasuke-kun"

Baiklah, mungkin sudah saatnya bangun. Hinata memanggilnya dengan suara lembutnya. Tidak berisik, tapi berhasil menghilangkan rasa kantuknya.

Sasuke membuka matanya perlahan, menampakkan mata hitamnya yang begitu tajam. Dilihatnya Hinata sudah duduk di sisi tubuhnya. Sejak kapan Sasuke kehilangan waspadanya sampai tak merasakan kehadiran Hinata yang masuk ke kamarnya. Maksudnya kamar Hinata.

"Kau sudah bangun? Ayo k-kita sarapan. Setelah itu kita pu-pulang." Suara Hinata seperti mencicit saat Sasuke memerhatikannya berbicara. Bahkan pipinya benar benar memerah saat ini. Padahal cuaca tidak terlalu panas. Apa Hinata demam?

Sasuke bangkit duduk. Tatapannya tertuju pada leher Hinata. Di sana terdapat banyak 'mahakarya' yang Sasuke ciptakan. Sepertinya Hinata tidak sadar jika warnanya benar-benar kontras dengan kulit, karena saat ini Hinata menggelung rambutnya.

Tangan Sasuke bergerak melepaskan gelungan rambut Hinata dan membiarkan rambutnya tergerai indah. Hinata sedikit terkejut dan bingung dengan tingkah Sasuke.

"Tutupi lehermu."

Hinata reflek memegang lehernya dengan wajah memerah sempurna sampai telinga. Sasuke yang melihat reaksi lucu Hinata hanya menyeringai dan berlalu menuju kamar mandi yang terdapat di dalam kamar Hinata.

"P-pakai celanamu, Sa-sasuke-kun!" Hinata menjerit melihat Sasuke yang berjalan tanpa celana dengan wajah tanpa dosa seperti tidak ada orang lain di kamar. Hinata mengira Sasuke sudah memakai celananya dibalik selimut.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Sasuke tertawa pelan karena kelakuan Hinata yang sangat menggemaskan. Sasuke merasa kebahagiaan perlahan-lahan akan menghampirinya.

.
.
.

TBC

Hai haaaai ^•^
Lama ga up, apa masih ada yg ingat sama fic ini? Mungkin udah ada yg lupa haha...
Semoga suka ya!
Silakan berikan kritik dan saran supaya aku bisa menulis dengan lebih baik lagi.
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen ya!💜
Bye-bye~

Secret Feeling (Lengkap)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora