END

15.6K 1.1K 231
                                    

Sasuke's PoV

Hari ini tepat sebelas tahun usia pernikahanku dengan Hinata. Waktu berlalu dengan begitu cepat, rasanya baru kemarin aku diberikan perintah oleh Kakashi untuk menikahi perempuan pilihan tetua Konoha.

Sekarang bahkan aku sudah menjadi ayah tiga orang anak. Itachi dan Nozomi sudah berusia sepuluh tahun. Mereka baru saja dilantik menjadi chunin dua bulan yang lalu. Sebenarnya kemampuan mereka setara dengan Jounin, namun aku merasa mereka tetap harus berada pada tingkatan yang sesuai dengan usia mereka.

Sementara Kazuo kecilku yang manis sudah berusia lima tahun, namun sikap manjanya padaku tidak pernah berubah. Pangeran manisku ini memang lebih dekat denganku ketimbang ibunya, berbeda dengan Nozomi dan Itachi yang memang pengikut setia ibu mereka.

Mungkin karena setelah Kazuo lahir, aku lebih sering berada di desa dan interaksi antara aku dan anak-anak jadi lebih sering, terutama Kazuo-ku yang menggemaskan. Aku hanya akan keluar desa satu minggu dalam sebulan. Ternyata tinggal bersama keluargaku jauh lebih nyaman ketimbang harus menjadi pengembara.

Begitu banyak hal yang sudah ku lewati bersama Hinata. Hinata mendampingiku dalam keadaan apapun, tidak pernah mengeluh. Seringkali aku melihat raut wajahnya yang lelah karena seharian mengurus anak-anak, kemudian malam harinya harus mengurusku.

Aku beruntung mendapatkan Hinata. Banyak para nakama yang iri, mereka ingin memiliki istri seperti Hinata. Namun, cinta tidak bisa memilih 'kan? Jadi mereka harus bisa menerima segala konsekuensi dengan menambatkan hati pada istri mereka.

"Otou-san, Kazu ingin meletakkan bunganya."

Suara manis Kazuo lengkap dengan tingkah malu-malunya yang persis seperti Hinata membuatku tidak bisa menolak permintaan pangeran uchiha satu ini. Aku menurunkannya dari gendonganku dan membiarkannya meletakkan bunga matahari yang dipilihnya sendiri di atas makam.

Mengenai Hinata, kalian tentu penasaran bagaimana perasaanku yang sesungguhnya pada Hinata, 'kan?

Baiklah, aku akan jujur. Meskipun ini sedikit memalukan.

Kesan pertamaku saat melihat Hinata adalah ia seorang gadis kikuk dan pemalu. Tidak ada yang spesial dari itu semua. Dia cantik, dan aku tidak akan menampik hal itu. Semua orang juga akan mengatakan hal yang sama. Namun cantik saja tidak cukup, kalian pasti setuju.

Aku bahkan sempat merasa jengkel padanya karena dia tidak menolak pinangan dari para tetua Konoha itu. Dan sekarang aku bersyukur Hinata tidak menolaknya.

Niat awalku menikahinya ku akui memang tidak baik. Namun ada sesuatu yang mengubahku dalam memandang seorang Hinata. Saat itu aku pulang dari kantor Hokage dan tak sengaja melihatnya berdiri sendiran di depan makam ibunya. Dia tidak menyadari ada aku yang mendekat dan berdiri di belakangnya. Aku mendengar semua keluh kesahnya dan ceritanya yang akan menikah denganku. Saat itu aku merasa sedikit bersalah karena berpikir hanya aku yang tertekan dalam situasi ini.

Sejak kejadian hari itu, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Rasa bersalah karena merenggut kebahagiaan seorang gadis muda membuatku sedikit tidak tenang. Dalam hati aku berjanji akan membahagiakannya, meskipun rumah tangga kami nanti diawali tanpa cinta. Ku lakukan untuk mengganti kebahagiannya yang harus disingkirkannya demi menghabiskan sisa hidupnya denganku.

Jika ada yang bertanya mengapa aku tidak memilih menceraikannya dan membiarkan Hinata memilih jalan hidupnya sendiri, maka aku akan menjawab jika aku juga memerlukan sosok seperti Hinata dalam hidupku. Hey, aku tidak munafik. Aku juga perlu seorang istri yang mampu mengurusku, anak-anakku dan juga rumahku. Itu yang ada di pikiranku pada awalnya.

Seiring berjalannya waktu, hingga tepat di malam sebelum hari pernikahanku aku melihatnya menangis karena sebuah kesalah pahaman kecil. Saat melihat mata indah itu mengeluarkan air mata, dadaku terasa sesak dan tidak nyaman. Aku ingin mengejarnya saat itu, namun logikaku mengambil alih. Jika aku mengejarnya, mungkin Hinata tidak akan punya waktu untuk menenangkan pikirannya sendiri. Dan aku memilih diam.

Secret Feeling (Lengkap)Where stories live. Discover now