Enam Belas

12.6K 1K 154
                                    

Sekarang sudah memasuki akhir desember. Tepatnya sekarang sudah tanggal dua puluh tujuh desember, ulang tahun Hinata. Sasuke memilih pulang pada waktu yang tepat. Sudah dua hari Sasuke hanya berdiam diri di rumah menemani Hinata dan menjalankan kewajibannya sebagai suami yang sempat tertunda.

Sasuke yang sama sekali tidak bisa melakukan pekerjaan rumah memaksa untuk membantu Hinata, mulai dari hal kecil seperti membereskan tempat tidur, hingga membuat dapur menjadi seperti habis dilanda peperangan hebat hanya karena mencoba memasak sesuatu untuk istri dan calon anak-anaknya.

Pagi ini Hinata berencana untuk pergi ke kuil sekaligus mengunjungi makam ibunya dan Neji. Ia ingin berdoa dan memberitau ibunya dan Neji tentang kehamilannya yang sudah memasuki bulan ke empat.

Dengan perutnya yang sudah cukup besar, Hinata masih bisa bergerak dengan gesit. Mulai dari membersihkan beberapa bagian rumah, memasak untuknya dan Sasuke, bahkan mencuci bajunya sendiri. Terkadang Sasuke yang melihat hal itu bergidik ngeri, bagaimana bisa Hinata bergerak kesana-kemari dengan membawa dua bayi dalam perutnya tanpa terlihat berat seperti itu?

Baru kali ini Sasuke melihat wanita hamil yang begitu aktif. Apakah Hinata tertular kebiasaan Naruto? Bagaimana jika anak-anaknya nanti malah mewarisi sifat Naruto? Sasuke tidak bisa membayangkan bagaimana jika hal itu terjadi. Tidak ada sejarahnya seorang Uchiha memiliki mulut berisik dan ceroboh seperti Naruto.

Kecuali Obito, maaf melupakanmu.

Selesai menyantap sarapan paginya, Hinata kembali bergerak untuk membersihkan meja makan dan mencuci piring. Belum sempat Hinata berdiri, tangan Sasuke menahan pergerakannya.

"Duduklah. Biar aku yang melakukannya."

Sasuke berdiri dan mulai melakukan pekerjaan Hinata. Meskipun hanya memiliki satu lengan, Sasuke masih mampu jika hanya mencuci piring dan peralatan masak. Jangan meremehkan Uchiha, ingat?

Hinata menatap punggung Sasuke yang masih sibuk melakukan kegiatan mencuci piring. Tidak pernah Hinata bayangkan, bahkan dalam fantasi terliarnya melihat seorang Uchiha Sasuke rela mencuci piring demi dirinya. Bukankah Sasuke sangat manis?

"Sasuke-kun, setelah ini maukah kau menemaniku pergi ke kuil?" Hinata bertanya dengan suara yang menurut Sasuke seperti memohon, tapi tidak ingin ditolak.

"Hn." Sasuke merespon seadanya. Jika hanya pergi ke kuil, bukan masalah untuk Sasuke. Mungkin ada sesuatu yang akan ia doakan, begitu pikir Sasuke.

"Ah, aku akan bersiap." Hinata berjalan perlahan ke arah kamar mereka untuk berganti pakaian dengan sesuatu yang lebih pantas.

.
.
.

Sasuke dan Hinata berjalan dengan tangan yang bertautan. Tepatnya tangan Sasuke yang menggenggam lembut tangan Hinata, seperti tidak ingin melepaskan Hinata barang sebentar saja.

Saat melewati area yang cukup ramai, Hinata menunduk. Beberapa orang masih mencemoohnya mengenai gossip yang tidak benar. Hinata berusaha mengabaikan, namun bisikan-bisikan mereka terlalu keras. Satu tangannya yang bebas dari genggaman lembut Sasuke mengusap perutnya dengan lembut, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Kita harus kuat, nak. Apa yang mereka katakan itu tidak benar." Batinnya.

Langkah mereka terhenti karena sesorang menghadang mereka, lebih tepatnya Hinata. Senyuman remeh langsung diberikannya pada Hinata.

"Wah ... Wah .... Lihatlah ini, saat suaminya pergi ia bersama dengan lelaki lain, saat suaminya kembali ia membuang lelaki yang menemaninya kemarin. Apa kau tidak punya malu, Hime-sama?" Nada mengejek begitu jelas terdengar dari suaranya.

Secret Feeling (Lengkap)Where stories live. Discover now