Dua Puluh

12.8K 1.1K 40
                                    

Semakin jauh kau pergi, semakin kau akan merindukan kenyamanan rumah. Itulah yang Sasuke rasakan saat ini. Meskipun sesekali ia pulang, namun perasaan rindu ini tetaplah datang tanpa peringatan.

Sebentar lagi anak ketiganya akan lahir dan ia sudah berjanji akan pulang. Sekitar dua minggu lagi mungkin ia akan pulang, menemani istrinya berjuang mempertaruhkan nyawa demi memberikan kehidupan pada sang buah hati.

Kepulangannya juga sebagai penebusan rasa bersalahnya pada kedua anaknya yang bahkan tidak pernah berinteraksi langsung dengan Sasuke selayaknya ayah dan anak pada umumnya.

Sasuke memilih sebuah desa non-ninja untuk tempatnya singgah hari ini. Ia memilih salah satu kedai untuk mengisi perutnya dengan makan siang. Kedai ini cukup sepi. Hanya ada beberapa orang yang duduk di sana, asik dengan makan siang mereka.

Melihat dari tampilan mereka, orang-orang ini sepertinya juga seorang pengembara. Sasuke memilih salah satu tempat kosong yang berada di samping dua orang pengembara lain yang asik mengobrol di tengah santapan siangnya.

Baru saja Sasuke mendudukkan dirinya di sana, obrolan dua orang pria ini berhasil mencuri perhatian Sasuke yang biasanya tidak peduli dengan sekitarnya.

"Mereka sudah mulai bergerak." Pria yang memilik tubuh tambun dan botak berbicara pada pria yang kurus dan berkumis tebal.

"Benarkah? Jika mereka berhasil membawa dua bocah itu, kekuatan mereka akan menjadi lebih mengerikan." Pria kurus menimpali.

"Ku rasa tidak semudah itu. Ibunya adalah seorang Hyuuga, tidak mudah menculik kedua anaknya." Pria botak itu seolah ragu dengan rencana orang-orang yang dimaksudnya.

"Hyuuga?" Sasuke bertanya, ingin memastikan sesuatu.

"Kau tidak tau? Saat ini Uchiha sudah memiliki dua orang penerus. Mereka digadang-gadang akan mewarisi sharingan dari ayahnya. Kau bisa bayangkan akan sekuat apa mereka jika bergabung. Beberapa orang bandit sudah bergerak menuju Konoha untuk menculik kedua anak itu. Mereka berniat menjadikan mereka sebagai senjata hidup." Pria kurus menjelaskan dengan gamblang pada Sasuke.

Mendengar penjelasan itu membuat Sasuke naik pitam. Berani-beraninya orang-orang itu mengganggu keluarganya. Kedua anaknya akan dijadikan senjata hidup? Jangan harap! Selama Sasuke masih bernapas, ia tidak akan membiarkan hal buruk menimpa keluarganya.

Cukup satu kali tragedi berdarah menimpa klan Uchiha, saat itu Sasuke tidak bisa melakukan apapun untuk melindungi keluarganya. Kali ini Sasuke tidak akan membiarkan hal itu terulang, apapun akan ia lakukan untuk melindungi keluarganya, orang-orang yang dicintainya.

Tanpa sepatah katapun lagi, Sasuke melesat dengan begitu cepat menuju Konoha. Prioritasnya saat ini adalah keselamatan anggota kekuarganya.

'Hinata, tunggu aku. Berjanjilah kalian akan baik-baik saja.'

.
.
.

Seperti kebiasaannya setiap malam, Hinata selalu menemani kedua anaknya hingga tertidur lelap baru ia akan kembali ke kamarnya dan Sasuke. Namun, entah mengapa malam ini perasaannya kurang baik. Ia memilih untuk menetap di kamar kedua anaknya.

Matanya tidak bisa terpejam. Perasaannya cukup gelisah, seperti akan terjadi sesuatu. Padahal malam sudah sangat larut. Kedua anaknya sudah tertidur pulas. Suasana malam juga sedikit mencekam, tidak seperti biasanya.

Saat ia ingin merebahkan tubuhnya, Hinata merasakan ada beberapa cakra asing yang mendekat ke arah mansion. Satu ... Dua ... Tidak, ada sepuluh orang. Dengan sedikit gugup Hinata mengaktifkan byakugannya. Sudah cukup lama Hinata tidak dalam kondisi seperti ini, membuatnya sedikit canggung. Kontrol cakranya juga tidak terlalu baik karena ia sedang hamil.

Secret Feeling (Lengkap)Where stories live. Discover now