24. 🍒

15.1K 1.4K 175
                                    

Pagi yang cerah mengiringi hari ini, sinar mentari dengan hangat dan penuh kelembutan menelusupkan biasnya melalui celah celah jendela besar dengan kaca tebal itu dan menerpa segala apa yang bisa ia jangkau di dalam rumah.

Namun suasana pagi itu tampaknya sama sekali tidak berpengaruh apapun bagi setiap presensi yang ada di dalam kediaman megah milik keluarga Lisa. Bahkan keheningan tercipta di dalam sebuah ruangan besar bernuansa putih itu, lengkap dengan semua anggota keluarga Lisa dan Jungkook tentu saja.

Ayah Lisa mendudukkan diri dengan tegap lengkap dengan raut wajah yang sama sekali tak dapat di artikan. Sedangkan ibu Lisa hanya diam di sebelah ayah Lisa. Sesekali tangannya terulur dan mengusap lembut punggung suaminya itu seolah tengah memberi ketenangan.

Sedangkan tepat di depan sang ayah dan ibu, Lisa mendudukkan dirinya dengan kedua tangan yang saling bertaut. Kepala gadis itu menunduk dalam. Wajahnya masih terlihat acak acakan dan belum tersentuh air sama sekali. Ia tak sempat. Dan hal berbeda tampak dari seorang Jeon Jungkook. Pria itu bahkan mendudukkan dirinya dengan tegap. Sorot matanya yang tegas sama sekali tidak memancarkan ketakutan atau kekhawatiran apapun. Ia siap. Sangat siap.

Larut dalam keheningan yang melanda, terdengar sebuah helaan nafas secara tiba tiba. Namun meskipun agaknya Lisa mengerti jika helaan nafas itu berasal dari sang ayah, gadis itu sama sekali tak berani untuk mengangkat kepalanya.

"Lisa.." ucapan ayah Lisa terjeda. Lisa hanya menunduk dalam tanpa berani mendongakkan kepalanya. Sedangkan sang ayah kembali menghela nafas sebelum beliau melanjutkan ucapannya. "Mengapa kau keluar dari kamar pria ini?"

Bagai di hantam sebuah batu besar, rongga dada Lisa terasa sesak seketika. Nafasnya tercekat dengan bibir kelu yang seolah tak bisa mengeluarkan kata kata. Jari jemari gadis itu kembali bertaut, bermain dengan gelisah.
"Maaf Daddy.." ucapnya lirih.

Suasana kembali hening. Tak ada yang berbicara di sana. Jungkook yang duduk di sisi Lisa tanpa ragu mengulurkan tangannya dan meraih tangan sang gadis. Menggenggamnya erat berusaha memberikan sedikit ketenangan.

Semua pemandangan itu di tangkap jelas oleh kedua mata ayah Lisa. Namun tak ada yang beliau lakukan selain hanya diam dan memperhatikan. Memperhatikan bagaimana Jungkook menggenggam lembut jari jemari Lisa dan akhirnya di balas genggaman erat oleh Lisa.

Bayangan satu jam lalu kembali berputar di kepala ayah Lisa. Saat itu hari masih sangat pagi dengan kabut tebal berselimut di luar sana. Namun entah mengapa ia justru bangun dari tidurnya dan berniat keluar rumah untuk menghirup segarnya udara pagi ini. Namun bukannya mendapati udara segar, justru pria paruh baya itu mendapati sang putri tengah mengendap endap keluar dari kamar Jungkook dengan penampilan acak acakan.

Jujur saja, sebenarnya ayah Lisa sangat marah mengetahui hal itu. Apalagi yang terjadi di sana jika mereka tak menghabiskan malam bersama? Ingin rasanya ayah Lisa menghajar pria yang di bawa putrinya itu, namun tidak. Itu justru suatu kesalahan. Karena faktanya justru putrinya lah yang menyelinap ke dalam kamar Jungkook. Bukan sebaliknya.

Sebagai seorang ayah, Marco mati matian menahan segala emosi yang membuncah di dalam dadanya. Ia paham bagaimana sifat Lisa. Putrinya itu sangat keras kepala. Harusnya ia berfikir lebih jauh sebelum berusaha menjauhkan sang putri dengan pujaan hatinya. Ya Tuhan, ia telah menjadi sosok ayah yang egois.

Dan kini, melihat kedua insan itu saling berggenggaman dengan erat, membuat ayah Lisa kembali menghela nafas panjang. Baiklah, ia harus bisa bijaksana sekarang.

"Lee Jungkook.." suara berat dan tegas menguar dari belah bibir ayah Lisa. Membuat Jungkook mendongak dan menatap raut wajah tegas ayah Lisa. Pandangan Jungkook sendu, namun sangat ketara raut tegas pula terukir di dalam sana.

Chef, I Love You! || Lizkook [END - DI NOVELKAN] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang