PROLOG

22.2K 1.3K 174
                                    

SELAMAT DATANG DI KEHIDUPAN ATLANTIK BRIANYAKSA.
Kehidupan seorang lelaki rapuh yang hanya di iringi air mata!


Tepat tanggal 14 Februari, hari berbagi cinta. Hari yang sama dengan hari ulang tahun seorang anak yang sedang terduduk lesu di samping sebuah makam.

"Selamat ulang tahun buat aku, selamat ulang tahun juga Atlanta." Mata anak itu meredup bersama air mata yang mulai luruh dari kelopak matanya. Dirinya terduduk di atas tanah. Menatap sedih kepada kue ulang tahun yang dia pegang. Ada dua angka di atasnya, menjadikan angka sebelas.

Anak itu meniup lilinya sendiri lalu mencolek sebagian kue yang dia bawa dari rumah. Perlahan dia mengusap batu nisan bertulis 'ATLANTA BRIANYAKSA' dengan rasa yang begitu memilukan.

"Dulu kamu bilang kita kembar, kita bakal tumbuh bareng, kita bakal jalani hari-hari bareng. Kita bakal lulus bareng. Kamu bilang kita berbagi rahim yang sama. Kita berbagi segalanya. Kita berbagi nafas, nadi. Kamu bilang separuh nafas aku ada di kamu, terus sekarang aku masih nafas kenapa kamu enggak? Kenapa kamu tinggalin aku sendiri? Atlanta, aku sendirian. Kamu ninggalin aku?!" tanyanya dengan air mata yang tak bisa dibendung lagi.

Atlantik meninggalkan seikat bunga yang dia beli seusai jam sekolah tadi sebagai kado hari ulang tahunnya dan kembarannya. Anak laki-laki itu kemudian beralih menuju makam di sampingnya. tempat peristirahatan terakhir ibunya.

"Mamaaa." Atlantik merebahkan tubuhnya di samping makam ibunya. Memeluknya dari samping, seakan dia sedang memeluk ibunya. "Mama, Atlantik kangen," ujarnya manja. Tak pernah terbayang dia akan kehilangan sebesar ini dalam hidupnya. Keluarga yang dulu terasa begitu hangat kini hanya kenangan dalam angan yang terbaur dalam air mata milik Atlantik Brianyaksa.

Mengusap air matanya Atlantik berjalan kearah makam samping kiri Atlanta. Di sana ada nama adik perempuannya yang terukir di batu nisan.

"Katanya sayang abang, kenapa ikut ninggalin abang? Abang sendiri loh. Sedih gak ada kalian lagi." Air mata yang sempat diseka tadi luruh lagi mengingat kini sekarang orang-orang tersayangnya tidak akan kembali memeluknya.

"Atlantik anak nakal, ya? Jadi di hukum sama Allah. Iya, ya?" tanyanya menyalahkan dirinya sendiri. Entah mengapa rasa kehilangan yang sudah hampir dua tahun itu masih sangat membekas dihatinya, membuat dunianya terasa kelam dan tak ada cahaya setitik pun untuk kembali bahagia seperti masa kecilnya. Apalagi papanya yang sekarang sudah mempunyai keluarga baru dan tak perduli pada Atlantik lagi.

Atlantik mengecup sekilas batu nisan yang bertulis nama adiknya lalu memotong kue yang dia bawa. Belum sempat kue itu masuk ke mulutnya, air mata anak itu kembali turun. Rasa sakit itu kembali menghujam hati Atlantik yang tak kuasa ditinggal oleh orang-orang tersayang. Atlantik menengok kearah kanan tempat peristirahatan terakhir milik kembarannya lalu berganti ke sepotong kue yang dia genggam. dimakan pun rasanya tak akan tertelan.

Menaruh kue itu kembali ke tempatnya Atlantik dikejutkan saat ada yang menepuk pundaknya.

"Hei," sapanya ramah. Hal pertama yang Atlantik tangkap adalah senyuman hangat anak itu yang disuguhkan untuknya.

Atlantik mengusap kembali air matanya. Menatap anak perempuan yang masih setia menunduk dan memperlihatkan senyumannya.

"Sendirian, ya?" tanyanya. Atlantik hanya mengangguk mengiyakan.

"Lagi ulang tahun?" tanyanya lagi.

"Iya," jawab Atlantik seadanya.

"Ulang tahun kok nangis?" tanyanya lagi. Sedari tadi anak perempuan itu terus memperhatikan gerak-gerik Atlantik sampai akhirnya dia berani untuk menghampiri.

"Sedih," jawab Atlantik sambil menunduk.

Anak perempuan itu tak lagi bertanya namun melihat kesekelilingnya. Otaknya cukup mengerti apa yang dialami lelaki seumurannya itu. Gadis itu ikut duduk di tanah bersama Atlantik yang masih menunduk sedih.

"Lagi ulang tahun kan?" tanyanya dengan senyum yang mengembang. Atlantik hanya menganggguk lagi.

"Ini hadiah buat kamu dari aku. Selamat ulang tahun, selamat hari valentine juga." Anak perempuan itu memberikan sebuah coklat berbentuk hati ke Atlantik.

Atlantik hanya tersenyum menerimanya. Cukup senang meski tak mengurangi rasa sakit yang dia rasakan. "Makasih," ujarnya tulus.

Anak perempuan itu mengagguk dan tersenyum padanya. "Boleh bagi kuenya?" tanya anak perempuan itu dengan wajah menggemaskan.

Atlantik mengangguk lalu mengambil sepotong kue yang sudah dia potong tadi. Atlantik memberikan suapan pertamanya untuk gadis seumurannya yang bahkan dia tak tau siapa namanya.

Senyum miris terlukis jelas di wajah Atlantik. setelah dua kali merayakan ulang tahun sendiri ditemani batu nisan dari keluarganya akhirnya kali ini ada orang yang menemaninya memakan kue bersama di hari ulang tahunnya, dan hari berbagi cinta.

Gadis itu tersenyum dan mengangguk lalu memakan sepotong kue lagi sambil nyengir. "Jangan nangis lagi, kata papi laki-laki itu kuat, gak boleh cengeng, nanti dipakein gamis sama papi," ujar anak perempuan itu dengan semangat.

Atlantik hanya tersenyum. Memang bicara saja akan semudah itu, namun menjalaninya yang amat sulit. Diberi pemikiran yang sehat saja Atlantik sudah sangat bersyukur. Untungnya dia tidak gila.

Anak itu mengulurkan tangannya ke arah Atlantik. dengan ragu Atlantik menyambut uluran tangannya. "Jangan sedih." Gadis itu menghapus bekas air mata yang ada di pipi Atlantik dengan tersenyum lembut.

"Sekarang aku sama kamu," ujarnya lagi sambil menatap Atlantik dengan senyum manisnya.

_TBC_
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA..
BIAR AKU SEMANGAT NULISNYA..
KOMEN KALAU MAU LANJUT LANJUT

BYE BYE❤❤

Cold AtlantikTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon