Ch. 06 🔮 Close

16.8K 2.4K 214
                                    



✧ . ' ❀ , , . ✧ °

ᵐ ᵃ ᵍ ᶦ ᶜ ᵃ ˡ ˡ ᵒ ᵛ ᵉ
ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ sɪx

" . * ° . ✱ .




Draco dan Potter berjalan kembali menuju aula utama dengan santai. Sebenarnya Draco merasa enggan untuk berkumpul bersama semua penghuni Hogwarts. Dia selalu duduk di ujung meja, dekat dengan pintu aula. Datang paling awal dan pergi di saat yang tepat agar tidak menarik perhatian. Dan jika bisa, dia akan melewati jam makan di aula. Coklat dan camilan manis yang dikirim ibunya sudah cukup untuk mengisi perut dan memenuhi kebutuhan nutrisinya. Lalu bagaimana dengan Potter? Draco tahu Bocah yang Hidup Kembali Dua Kali itu juga tidak menyukai perhatian yang diberikan dunia padanya. Draco bisa melihat gerakan-gerakan yang menandakan ketidaknyamanan yang dilakukan Potter ketika orang-orang mengerumuninya.

Langit senja menghiasi kastil Hogwarts yang diselimuti udara musim dingin. Di sebelah Draco, Potter mendekap erat dirinya sendiri dengan kedua tangannya, mencondongkan tubuhnya ke arah Draco.

"Potter, apa kamu benar-benar tidak tahu kegunaan benda ini?" Draco merenggut tongkat sihir Potter dari genggamannya dan mengarahkannya pada sang remaja Gryffindor yang terkejut. "Fervensium."

"Oh." Wajah Potter memerah.

Mereka berhenti beberapa meter dari pintu aula utama.

"Aku merasa enggan masuk ke dalam." Draco memberitahu Potter dengan nada lesu.

"Yah, aku juga." Potter meringkuk, menenggelamkan wajahnya di antara lilitan syal Draco di lehernya. Potter nampak manis saat melakukan hal itu.

Tunggu. Tidak. Tidak manis. Maksud Draco mengganggu. Ya, gerakan yang mengganggu pemandangan! Benar-benar mengganggu!

"Aku punya ide yang lebih baik. Ayo." Draco berputar arah menuju sisi barat Hogwarts.

"Apa? Kita mau ke mana, Malfoy?" Potter bertanya, berjalan mengikuti Draco.

Saat berjalan menuju asrama mereka, Draco dibingungkan oleh pikirannya sendiri. Demi Merlin, apa yang sedang dia lakukan, bertingkah bersahabat pada Harry Potter? Mantan saingannya! Remaja yang selalu mengganggunya! Bocah Gryffindor yang selalu menghantui pikirannya! Merlin, Draco pasti sangat kesepian sampai-sampai dia berbicara dengan Potter sekarang!

"Masuk, Potter." Draco membuka pintu kamarnya untuk memberi jalan masuk Potter yang sedang berdiri kebingungan di hadapannya.

Dengan ragu Potter melangkah masuk. Draco melemparkan tasnya ke atas meja belajar. Kemudian dia membuka jubahnya lalu membuka kopernya dan mengeluarkan sebuah kotak kayu seukuran buku Pemeliharaan Hewan-Hewan Sihir. Draco melompat ke kasur yang tak berpenghuni, dekat meja belajar dan pintu kamar. Draco kemudian meletakkan kotak kayu itu di atas kasur, di hadapannya sebelum dia duduk bersila.

"Duduklah, Potter." Dengan dagunya Draco menunjuk ke arah di depannya.

Potter memutari kasur lalu duduk di depan Draco dan kotak kayu.

"Apa itu?" Potter melirik kotak kayu yang tergeletak di antara mereka.

Draco hanya memberinya senyuman sombong dan membuka kotak itu.

Oh ya, remaja Slytherin berambut pirang ini menikmati ekspresi terkejut di wajah Potter. Mulut menganga lebar, bola mata terbelalak seperti hendak keluar dari tempatnya.

"Ambil sendiri, Potter." Draco mengeluarkan sebungkus coklat truffle dari kotak kayu itu. Dia menikmati camilan kesukaannya itu sambil memperhatikan Potter yang sedang menilik isi kotak kayu Draco.

"Ayo, ambil saja yang kau suka. Kau belum makan malam, kan? Di dalam kotak itu ada..." Draco meletakkan sebungkus truffle-nya dan mengeluarkan seluruh isi kotak kayu itu.

Tiga kotak camilan yang tersusun secara vertikal di dalam kotak kayu dikeluarkan oleh Draco satu per satu. Ada sekotak Turkish Delight, sekotak biskuit S'more, dan sekotak Cheesecake Bites.

Potter melirik Draco yang sedang menatapnya. Akhirnya, Potter yang sudah tidak dapat menahan air liurnya menetes mengambil sekotak Turkish Delight. Kotak camilan lainnya Draco kembalikan ke dalam kotak kayu.

"Mmm Malfoy, ini enak sekali!" Potter mengunyah dengan rakusnya. Draco tergelak kecil.

"Ini, cobalah." Draco menawarkan truffle-nya kepada Potter.

"Oh Merlin, enaknya." Potter memakan sepotong truffle seraya menatap Draco dengan matanya yang berkaca-kaca, begitu tersentuhnya oleh kelezatan di mulutnya. "Itu kotak ajaib, kan? Karena kotak itu terlalu kecil untuk semua kotak-kotak camilan ini."

"Iya, benar." Draco tidak akan memberitahunya bahwa kotak itu memiliki pasangan dan berada di dapur kediaman Malfoy. Keduanya saling berhubungan. Sejak awal tahun ajaran ini Draco meminta Tippy, peri rumah pribadinya, untuk menyediakan berbagai makanan di dalam kotak kayu tersebut.

"Merlin, keren sekali! Pantas saja kamu sering hilang dari aula utama saat jam makan! Kalau aku punya satu, aku tidak akan keluar dari kamar kecuali untuk masuk kelas! Aku akan merasa cukup puas hanya dengan kotak ini menemaniku di kamar." Potter menelan sepotong camilan sambil menatap lekat kotak kayu Draco.

"Apa kau selalu memperhatikanku di aula utama, Potter?" Draco terkejut dengan pengakuan secara tak langsung Potter. Potter sendiri nampak terkejut menyadari dirinya kelepasan bicara.

"Ngomong-ngomong dari mana kamu mendapatkan kotak itu? Aku tidak tahu kalau Diagon Alley menjualnya." Potter menundukkan kepalanya, menatap penuh minat kepada sekotak Turkish Delight di pangkuannya. Draco menduga pasti wajah Potter memerah.

"Kotak ini tidak dijual. Ini adalah warisan keluarga Malfoy," Draco menjelaskan dengan singkat, "Oh dan Potter, beritahu orang lain tentang kotak ini maka kau tinggal sejarah."

Kedua remaja itu memakan isi kotak-kotak camilan dengan ketenangan hari Selasa, di kamar Draco.

Potter menempelkan hidungnya ke syal Draco yang masih terlilit di leher hangatnya dan menghirup napas. Perilaku polos itu menggelitik sesuatu di dalam diri Draco.

Dengan perut kenyang Draco mengembalikan kotak kayunya ke dalam koper. Sampah bungkusan camilan dilenyapkan oleh Potter dengan mantra Evanesco.

"Um, terima kasih, Malfoy, untuk...makan malamnya." Mereka berdua tertawa kecil. "Kalau begitu, aku akan kembali ke kamarku." Potter bangkit dari kasur dan meraih gagang pintu.

"Kau tahu," Draco berjalan mendekati Potter, membuat sang Gryffindor menghentikan aksinya. "Aku tidak pernah benar-benar membencimu, Potter."

"Aku tidak pernah benar-benar membencimu juga, Malfoy." Mata hijau Potter bertemu dengan mata keperakan Draco yang hangat.

Syalnya benar-benar serasi dengan mata hijau yang indah itu, pikir Draco.

Sekali lagi Draco sendirian di kamarnya. Potter telah kembali ke kamarnya sendiri bersama syal kesayangan Draco. Remaja berambut pirang itu tidak memintanya kembali.



✧, ♡ . ' ° 𝐌𝐀𝐆𝐈𝐂𝐀𝐋 𝐋𝐎𝐕𝐄 .° ' ,♡ .
⠈⠂⠄⠄⠂⠁⠁⠂⠄⠄⠂⠁⠁⠂⠄⠄⠂⠁⠁⠂⠄⠄⠂⠁

𝕸𝐀𝐆𝐈𝐂𝐀𝐋 𝕷𝐎𝐕𝐄 [ᴅʀᴀʀʀʏ]Where stories live. Discover now