Ch. 20 🔮 Overpower

14.1K 1.9K 109
                                    



               ✧           .      '          ❀          ,              ,        .    ✧                °

                     ᵐ ᵃ ᵍ ᶦ ᶜ ᵃ ˡ     ˡ ᵒ ᵛ ᵉ
                       ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ ᴛᴡᴇɴᴛʏ

 "              .     *           °        .         ✱       .     



Sabtu pagi Draco melupakan Hogsmeade. Tidak masalah, karena dia berencana untuk berlatih mantra Patronus. Lagi pula dia masih tidak diperbolehkan keluar Hogwarts.

Hari ini dia harus sudah menguasai mantra Patronus! Atau besok paling lambat. Dia punya banyak kenangan indah masa kecil. Seperti ketika kedua orang tuanya membacakan cerita pengantar tidur saat dia masih balita. Atau ketika dia mendapatkan kuali ramuan pertamanya sebagai hadiah ulang tahun ketujuh dari ayahnya. Atau ketika dia mendapatkan sapu terbang pertamanya dan ayahnya membangun lapangan Quidditch untuknya di belakang kediaman Malfoy.

Selesai sarapan di aula utama, Draco berjalan menuju hutan. Pagi itu sangat dingin. Draco meraih ke lehernya untuk menguatkan belitan syalnya di lehernya namun jari-jari dinginnya hanya menyentuh kerah kaos hitamnya. Bibirnya tersenyum simpul dan menurunkan tangannya. Catatan untuk diri sendiri; dia harus membeli syal baru.

"Bagus. Tidak ada Thestral atau Unicorn." Draco mengeluarkan tongkat sihirnya dari bawah lengan baju panjangnya. Memusatkan pikiran pada kenangan bahagianya, Draco mulai berlatih mantra Patronus. Dia tidak akan berhenti sampai berhasil membentuk wujud samar Patronus-nya. Walaupun dia berharap semoga dia bisa menciptakan wujud utuh Patronus. Walalupun dia ragu apakah dia cukup kuat untuk bisa memunculkan Patronus berwujud.

Di antara dua sesi latihan, Draco istirahat sejenak dan menjelajahi hutan untuk mempelajari tumbuhan yang ada. Sampai saat ini, dia sudah menemukan lima puluh dua jenis tanaman dan beberapa hal lainnya yang bisa digunakan sebagai bahan membuat ramuan. Hutan Terlarang ditumbuhi tanaman yang berlimpah. Itulah sebabnya Draco sangat menyukai hutan tersebut. Dia penasaran berapa banyak jenis tanaman yang bisa dia temukan jika dia menjelajahi hutan itu sampai ke area inti hutan.

Draco menengadahkan kepalanya ke atas untuk melihat langit yang berawan. Sepertinya sudah hampir sore. Dia tidak bisa melihat matahari, tapi Draco kenal betul daerah hutan tempatnya berlatih saat itu. Dari tarian dedaunan di antara hembusan angin dan suasana sekitar, Draco bisa memastikan bahwa sekarang sudah lewat tengah hari. Mungkin sekitar jam empat sore?

Draco memutuskan sesi latihan yang gagal total hari itu sudah cukup. Dia berjalan kembali menuju kastil melalui lapangan rumput hijau untuk menenangkan diri. Ketika dia melangkah di atas rerumputan yang lembab, Draco merasakan suatu hembusan di belakangnya dan bulu kuduknya berdiri. Draco menoleh ke belakang, cukup cepat untuk bisa melihat Potter bergegas memasuki hutan. Penasaran, Draco memutuskan untuk membuntutinya.

Draco memperkirakan tujuan Potter tidaklah jauh dari area sekitar peristirahatan Thestral. Draco belum pernah menjelajahi bagian itu sebelumnya karena area itu cukup gelap dan liar. Pepohonan dan semak belukar tumbuh tak beraturan di mana-mana. Tongkat sihir dalam genggaman, Draco berjalan memasuki hutan. Dia tidak bisa menemukan remaja Gryffindor di mana pun. Dia membuka mulut untuk memanggilnya. Namun begitu mulutnya terbuka, dia menghirup aroma musim semi dan hujan.

"Apa ini?" Draco memeriksa sekelilingnya. Di antara pengapnya udara, udara segar berhembus dari arah timur. Penasaran, Draco berjalan ke arah itu, menuju hutan bagian dalam. Lalu dia melihat Potter, berdiri di depan sebuah pohon, kepalanya menempel di batang yang besar. Draco melangkah mendekat.

𝕸𝐀𝐆𝐈𝐂𝐀𝐋 𝕷𝐎𝐕𝐄 [ᴅʀᴀʀʀʏ]Where stories live. Discover now