Ch. 18 🔮 Potter Robes

14.4K 2.1K 311
                                    



               ✧           .      '          ❀          ,              ,        .    ✧                °

                     ᵐ ᵃ ᵍ ᶦ ᶜ ᵃ ˡ     ˡ ᵒ ᵛ ᵉ
                     ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ ᴇɪɢʜᴛᴇᴇɴ

 "              .     *           °        .         ✱       .     




Draco bosan. Benar-benar bosan! Tidak ada sesuatu yang bisa dia kerjakan. Dia sudah selesai membaca buku-buku ramuan dan Alkimia. Dia mulai merasa lelah terus bersembunyi di kamarnya. Terbang tidak memungkinkan. Dia bukan anggota tim Quidditch lagi, jadi akses ke lemari penyimpanan sapu terbang tidak ada. Apa sebaiknya dia mulai mempelajari berkas-bekas perusahaan ramuan Malfoy? Draco melemparkan mantra Tempus; saatnya makan malam. Draco sedang merasa malas untuk bertemu orang-orang. Sepertinya makan malam dengan sekotak manisan menjadi satu-satunya pilihan. Draco mendesah dan mengambil sekotak Turkish Delight rasa mawar. Oh, Potter pasti akan menyukainya. Remaja berambut gelap itu lebih sering memakan manisan ini daripada camilan lainnya.

Selesai menyantap habis manisannya, Draco dengan enggan mengambil berkas-berkas perusahaan ramuannya dan membacanya selama dua jam. Suara ketukan di pintunya membuyarkan konsentrasinya pada berkas-berkas itu. Dia berdiri dan membuka pintu tapi tidak melihat siapapun.

"Hah?" kemudian Draco merasakan dorongan di badannya. Kemudian pintunya tertutup sendiri. Draco berpikir bahwa mungkin itu adalah perbuatan si hantu Peeves, jadi dia memanggil hantu usil itu. Tapi ketika dia membalikkan badannya, dia tersedak melihat Harry Potter di hadapannya. "Potter!"

Potter memberikan mantra keheningan di pintu kamar Draco. Kemudian remaja Gryffindor itu menghempaskan dirinya ke atas kasur tak bertuan seolah dia pemilik kamar itu. Mulut Draco menganga lebar, dan dengan cepat dia menutup mulutnya.

"Potter, tepatnya apa yang sedang kau lakukan di sini?" Draco memandangi remaja yang sedang menggumpalkan Jubah Menghilang-nya dan memasukkannya ke dalam tasnya. "Dan membawa tasmu. Apakah itu Jubah Menghilang?"

"Er, butuh ketenangan. Dan iya, ini Jubah Menghilang." Potter menatap Draco dan berkedip.

"Bagaimana bisa kamu menda- lupakan. Tentu saja Harry Potter selalu memiliki benda yang tidak biasa. Dan kukira Jubah Menghilang itu hanyalah dongeng semata." Draco menatap malas kepada Potter. "Dan ada apa dengan kamarmu?"

"Er…ada Ginny…" Potter berkedip-kedip dengan cepat.

"Kau ini tidak bisa diharapkan, Potter," canda Draco, mengerti bahwa Potter sedang menghindar dari Weaselette. Lagi. "Tidak bisa menangani seorang perempuan, Potter?" Draco kembali ke berkas-berkasnya di atas meja.

"Bukan begitu! Aku hanya tidak mau…berdebat dengannya. Dia- dia itu adik Ron." Potter menambahkan dengan suara kecil, "Keluarganya sangat baik padaku."

"Itu bukan baik namanya jika mereka menginginkan sesuatu darimu, Potter." Draco melanjutkan bacaannya di lembaran berkas.

"Apa maksudmu? Mereka tidak pernah meminta sesuatu padaku." Potter bangkit dari kasur dan duduk di sisi kasur.

"Mengharapkan kamu dan anak gadis mereka bersanding di pelaminan lebih tampak seperti tuntutan bagiku daripada sekedar permintaan, Potter." Draco memiringkan kepalanya ke arah Potter.

Potter membalas ucapan Draco dengan suara gemerisik perkamen. Draco menoleh ke sebelah kanan dan melihat Potter menyiapkan selembar perkamen dan alat tulis.

"Aku tidak percaya ini! Jangan bilang itu adalah perkamen esai ramuanmu, Potter!" Draco melihat perkamen kosong yang tergeletak di atas kasur dengan tatapan tidak percaya.

𝕸𝐀𝐆𝐈𝐂𝐀𝐋 𝕷𝐎𝐕𝐄 [ᴅʀᴀʀʀʏ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora