Ch. 17 🔮 Intimation

14K 2K 239
                                    



               ✧           .      '          ❀          ,              ,        .    ✧                °

                     ᵐ ᵃ ᵍ ᶦ ᶜ ᵃ ˡ     ˡ ᵒ ᵛ ᵉ
                    ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ sᴇᴠᴇɴᴛᴇᴇɴ

 "              .     *           °        .         ✱       .     




Saat makan malam, Draco mendapat surat balasan dari orang tuanya. Mereka mengabarkannya mengenai para mantan Pelahap Maut yang sudah ditangkap. Draco masih merasa tidak tenang dengan kejadian itu, tapi dia meyakinkan dirinya bahwa kedua orang tuanya akan baik-baik saja karena kini ibunya sudah memegang tongkatnya kembali dan dia sudah memerintahkan para peri rumah mereka untuk menjaga keselamatan kedua orang tuanya.

Draco memalingkan pandangannya dari suratnya dan melihat Potter yang duduk di meja Gryffindor sedang mengatakan sesuatu kepada Granger. Gadis berambut lebat itu memandang Draco dengan tatapan heran.

"Apa yang dikatakan Potter kepadanya?" Draco menatap Potter, mencoba untuk mengadakan kontak mata. Remaja berambut gelap itu akhirnya melirik Draco dan mengangkat sebelah alisnya. Draco terus menatapnya, seolah menuduhnya hanya dengan tatapannya.

Kemudian Draco menahan napasnya.

Dia tidak pernah menyadarinya, sampai saat itu.

Sejak tahun pertama mereka di Gogwarts, selama ini, dia dan Potter selalu duduk dengan posisi saling berhadapan di aula utama. Semua itu benar-benar tanpa disengaja, karena dia tidak pernah menyadarinya dan juga tidak pernah bermaksud begitu. Apakah Potter menyadari hal ini juga?

Kemudian Draco menyadari satu hal lainnya. Selama ini, selama dia berada di Hogwarts, tidak pernah sedetik pun pikirannya jauh dari Harry Potter. Dia selalu membandingkan segalanya dengan Potter. Dia selalu berpikir, 'apa yang akan dilakukan Potter jika,' 'apa yang akan dipikirkan Potter jika Draco melakukan sesuatu?'

Salazar! Harry Potter selalu hadir dalam pikiran Draco –selama tujuh setengah tahun ini.

Tadi malam Draco tidak bisa berbicara dengan Potter untuk menanyakan apa yang sudah remaja Gryffindor itu katakan kepada teman-temannya. Tapi pagi ini, dia harus mencegatnya. Jadi tepat pukul tujuh tiga puluh Draco duduk di ruang santai, menunggu Potter.

Lima belas menit kemudian Potter dan kedua temannya muncul di ruang santai.

"Potter, aku ingin bicara denganmu." Draco berdiri dari kursi.

"Uh…" Potter melirik kedua temannya. "Oke."

"Kita ketemu di aula utama, Harry." Ucap Granger dan dia bersama kekasihnya Weasel pergi meninggalkan ruang santai.

"Jadi, ada apa?" Potter membetulkan posisi kacamatanya.

"Potter, aku tidak mengerti kenapa kamu tidak memperbaiki penglihatanmu. Kacamata itu benar-benar mengganggu!" Draco menatap kacamata bundar Potter dengan benci.

"Apa? Aku bisa memperbaiki penglihatanku?!" Mata Potter terbelalak lebar, mulut menganga.

"Potter, aku tidak tahu bagaimana kamu bisa bertahan hidup sebagai penyihir. Kita hidup di dunia sihir. Jika kamu tidak menyadarinya, sihir bisa memperbaiki banyak hal, termasuk penglihatanmu."

"Er…aku lebih suka seperti ini." Potter memalingkan wajahnya dari Draco.

"Itu pilihan bodohmu." Draco maju mendekati Potter, "Apa yang sudah kau katakan pada teman-temanmu semalam tentang aku?"

𝕸𝐀𝐆𝐈𝐂𝐀𝐋 𝕷𝐎𝐕𝐄 [ᴅʀᴀʀʀʏ]Where stories live. Discover now