Ch. 07 🔮 Diversion

16.4K 2.3K 376
                                    



✧ . ' ❀ , , . ✧ °

ᵐ ᵃ ᵍ ᶦ ᶜ ᵃ ˡ ˡ ᵒ ᵛ ᵉ
ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ sᴇᴠᴇɴ

" . * ° . ✱ .




Pagi itu Draco dibangunkan oleh rasa sakit yang melanda lengan kirinya. Dia duduk kemudian menggulung lengan piyama sutranya, dan melihat kulit tepat di bagian bekas luka tato Pelahap Maut berwarna merah seperti terbakar. Kondisinya lebih parah dari yang kemarin. Bahkan bekas luka di kulitnya itu begitu merahnya seperti hendak terkelupas. Draco berlari menuju kamar mandi dan segera mengaliri lengannya dengan air dingin.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada lenganku?" Siraman air dingin sama sekali tidak meringankan rasa sakitnya.

Satu-satunya cara untuk mengetahui apa yang melandanya adalah dengan mencari buku tentang Unicorn di perpustakaan. Tidak mungkin dia pergi ke klinik sekolah dan membiarkan orang-orang melihat luka tato Pelahap Maut yang menghiasi lengan kirinya. Karena itu Draco mandi secepatnya, berganti baju dan mengambil jubah yang terlipat di kursi. Dia mencari syalnya dan teringat di mana benda itu berada saat ini. Draco tersenyum simpul.

Draco melihat jam sakunya menunjukkan pukul enam pagi. Pelajaran pertama pukul sembilan adalah pelajaran Mantra Sihir. Dia bisa mengunjungi perpustakaan sebelum pelajaran dimulai, tapi Draco tidak mau membuang waktu mencari dan membaca buku-buku tentang Unicorn. Bagaimana jika...

Draco berjalan memasuki aula utama. Saat itu pukul setengah sembilan jadi ruangan sudah mulai sepi. Dia duduk di meja Slytherin, sedekat mungkin dengan meja para pengajar Hogwarts. Dia mengambil sepiring puding coklat sambil melihat sekeliling ruangan. Dia tidak melihat Potter di meja Gryffindor. Draco mengernyitkan dahinya saat dia melihat Granger dan kakak beradik Weasel duduk di sana. Pemandangan yang tidak biasa. Jika dipikir-pikir, Draco jarang melihat Potter bersama teman-temannya itu sejak mereka kembali ke Hogwarts. Dan dia juga jarang melihat Potter makan di aula utama.

Seorang siswa Slytherin tahun ketiga memasuki aula utama dan menghampiri dua temannya yang duduk berseberangan dengan Draco.

"Masih makan juga, kalian berdua? Hey, coba tebak, Filch menemukan Harper di ruang bawah tanah," kata siswa itu.

"Lalu? Dia itu siswa Slytherin. Tentu saja Filch akan menemukannya di ruang bawah tanah!" salah seorang temannya menyahut.

"Bukaaan. Dia menemukan Harper dalam keadaan mematung. Ternyata ada yang sudah memberinya mantra Petrificus Totalus saat dia keluar dari asrama sebelum sarapan tadi!"

"Seriusan! Siapa yang begitu bodohnya memberi kutukan pada Harper? Dia itu kan picik dan semua orang mengetahuinya!" Temannya yang lain bertanya dengan mata terbelalak.

"Harper bilang dia tidak melihat orangnya." Siswa tahun ketiga itu mengangkat bahu. "Tapi kalian tahu bagian anehnya?"

"Apa?" Kedua temannya bertanya.

"Orang yang memantrainya mengambil jubah Harper! Dia sampai pucat seputih kain karena kedinginan! Kalian tahu sendiri kan, sedingin apa ruang bawah tanah di musim dingin," siswa tahun ketiga memberitahu dan mereka bertiga bergidig.

Dari sudut matanya Draco melihat para pengajar Hogwarts mulai meninggalkan meja makan. Draco berdiri dan berjalan ke depan aula.

"Profesor Hagrid, bisa saya bicara dengan Anda sebentar?" Draco mencegat guru Pemeliharaan Hewan-hewan Sihir yang hendak meninggalkan aula.

𝕸𝐀𝐆𝐈𝐂𝐀𝐋 𝕷𝐎𝐕𝐄 [ᴅʀᴀʀʀʏ]Where stories live. Discover now