Luna meninggalkan mangkuk baksonya ketika mendapat pesan singkat dari Juna, pacarnya. Dengan semangat, ia meninggalkan teman-temannya yang malah menyorakinya di belakang. Kakinya mempercepat langkah, sesekali mengangguk ketika melewati koridor yang berisi senior-seniornya. Apa yang mau dibicarakan Juna sampai-sampai Luna sendiri yang harus menghampiri laki-laki itu di dekat toilet lantai satu?
Ketika ia sampai di sana, Juna tampak menegakkan punggungnya yang tadi bersandar di tembok. Matanya tampak tidak begitu fokus ketika Luna mendekat sambil memamerkan senyum lebar.
"Kita break dulu, ya?"
Apa?
Siapapun, tolong koreksi kata-kata Juna atau bersihkan telinga Luna, karena otaknya sama sekali tidak dapat menerjemahkan apa yang ia dengar.
"Putus?!"
Juna menghela napas jengah, lalu meniup ujung-ujung rambutnya. "Gue bilang-"
Luna menggeleng pelan. "Lo ngajak break, terus nanti mutusin gue, kan? Cuman lagi ngulur waktu aja, iya, kan?"
Juna memiringkan kepalanya, lalu mengedikkan bahu. Ia mengusap wajahnya kasar, lalu menatap Luna lagi. "Terserahlah."
Hening. Keheningan itu membiarkan Luna mengais-ais pecahan-pecahan hatinya. Seumur hidup, ini kali pertama ia diputuskan oleh seseorang. Seseorang yang jelas-jelas sudah dia pastikan untuk bertahan lebih lama dibandingkan dengan mantan-mantannya dulu.
"Yaudah!"
Luna menghentakkan kaki. Ia beranjak pergi ketika tangan Juna menahannya. Diam-diam Luna tersenyum. Paling cuma bercanda, batinnya. Dengan wajah ditekuk, Luna menoleh.
"Apa lagi?" tanyanya dingin.
"Lo tau nggak tadi lo hampir aja masuk ke toilet cowok kalo nggak gue tahan?"
YOU ARE READING
The Ex [Completed]
Teen Fiction"Masih doyan flashback? Norak. Kenangan itu adanya di belakang. Kalau kangen, lirik aja lewat spion. Nggak usah repot-repot nengok apalagi puter balik. Itu bahaya buat diri lo sendiri," kata Bang Raka. Start : Januari 2015 End : 17 Juli 2017