XXVI

65.4K 9.5K 9.6K
                                    

SESEORANG berlari menelusuri lorong bungker, kepanikan terpatri jelas di wajah. Ia menghirup napas dalam dan mempercepat langkah kaki, jantungnya berdegup kencang saat melihat sosok yang ia cari sedang berdiri di tangga dengan kedua tangan yang mengarah ke atas; berusaha membuka pintu bungker.

Tanpa ragu ia menarik tubuh Taeyong, mendekapnya erat dan membawa si lelaki bermarga Lee ke sudut ruangan. Napasnya terengah karena berlari melintasi koridor, terlebih rasa takut akan kehilangan memenuhi hati serta pikiran.

"Lepaskan aku!" Taeyong memberontak, ia tidak bisa melihat sosok yang baru saja datang dan menahannya, isakan tangis keluar dari belah bibir, "lepaskan aku.. Hiks.. Lepaskan!"

Tidak bisakah Taeyong pergi dari sini? Ia tidak sanggup melihat Jaehyun terikat bersama Omega lain, Taeyong putus asa dan yang ia inginkan adalah menjemput kematiannya sendiri. Taeyong tidak mau hidup tanpa Jaehyun, itu hanya akan membuatnya terasa hampa, seperti seonggok daging tanpa jiwa.

"Dengarkan aku, Lee Taeyong."

Napas Taeyong seketika terhenti, ia mendorong seseorang yang sedang memeluknya, raut wajahnya menampakkan keterkejutan. "J-jaehyun?"

Mata Jaehyun berkaca-kaca, ia kembali mendekati Taeyong dan mengusap lembut pipi lelaki cantik itu. "Maafkan aku," ia menunduk, menempelkan dahi di dahi Taeyong. "Maafkan aku karena meninggalkanmu, instingku mengambil alih, tapi sekarang aku sudah di sini, bersamamu."

Tangis Taeyong pecah, tanpa berpikir panjang ia mengalungkan kedua tangan di leher Jaehyun, memeluk lelaki bermarga Jung itu dengan erat.

"J-jangan katakan padaku bahwa ini adalah mimpi.. Hiks.. Jangan tinggalkan aku.. Kumohon, jangan tinggalkan aku.." nada suara Taeyong berubah parau, ia menyembunyikan wajah di ceruk leher Jaehyun, perlahan tubuhnya terangkat, Jaehyun menggendong Taeyong di depan.

Semuanya begitu rumit, tapi Jaehyun akan mencoba menjelaskannya kepada Taeyong secara perlahan, membuat lelaki cantik itu mengerti.

Jaehyun mengecup pipi serta rahang Taeyong, mendekap si lelaki cantik dengan eratㅡtidak ingin melepaskan. "Maafkan aku, aku berjanji untuk tidak meninggalkanmu lagi, kumohon maafkan aku."

Taeyong kembali terisak, ia mengangguk pelan, rasa sakit di dadanya berkurang karena kehadiran Jaehyun di sisinya. Taeyong tidak tahu apa yang terjadi, tapi bisakah ia berharap? Berharap bila Jaehyun tidak terikat dengan siapapun.

"Seorang Elder tidak memiliki pilihan untuk jati dirinya, ia bertanggung jawab melindungi semua ras tanpa terkecuali," bisik Jaehyun pelan, air mata menuruni pipi, hatinya terasa nyeri karena sudah membuat Taeyong menangis seperti ini. "Tapi, Elder memiliki pilihan untuk menentukan siapa yang akan menjadi takdirnya."

Kepala Taeyong terdongak, ia menatap Jaehyun dengan wajah memerah dan mata yang sembab. "A-apa maksudnya?"

Jaehyun tersenyum, ia menahan tubuh Taeyong menggunakan satu tangan dan tangannya yang lain kini mengusap air mata di pipi si lelaki bermarga Lee. "Aku ingin bersamamu, menjadikanmu sebagai takdirku, Omegaku dan Ibu dari anak-anakku. Hanya kau, Lee Taeyong, aku tidak menginkan Omega lain."

Mendengar itu Taeyong terdiam dengan air mata yang kembali menuruni pipi, ia menangkup pipi Jaehyun, memberikan usapan pelan. Dadanya terasa begitu penuh, senyum kecil terpatri di bibirnya.

"Lee Taeyong, aku mencintaimu." bisik Jaehyun pelan, "aku sangat mencintaimu."

Air mata Taeyong mengalir semakin deras. "Aku juga mencintaimu," ia menempelkan bibirnya di bibir Jaehyun. "Dengan seluruh hidupku."

A L P H A《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang