XXIX

71K 8.4K 2.3K
                                    

KARENA bosan menunggu Jaehyun latihan, Taeyong memutuskan menghabiskan waktu di ruang biliard bersama Doyoung serta Ten. Sudah lima hari berlalu semenjak Jaehyun di sibukkan dengan kegiatan meningkatkan kekuatan, mereka berdua jarang menghabiskan waktu bersama. Terkadang Taeyong merasa bila ia sangat merindukan Jaehyun, namun di satu sisi Taeyong juga harus mengerti bahwa si lelaki bermarga Jung adalah sosok yang paling di butuhkan untuk perang ini.

"Apakah janin di dalam perutmu sudah bisa menendang?" tanya Doyoung penasaran, ia menatap ke arah perut Ten yang masih sangat datar, takjub saat mengetahui bahwa temannya itu hamil.

Dahi Ten berkerut. "Apa kau bodoh? Usia janinnya bahkan belum satu bulan! Mana mungkin ia bisa menendang, kau pikir janinku adalah anak ajaib?"

Mendengar itu Doyoung mengulum bibir, menahan tawa yang mungkin bisa meledak. "Yah, siapa tau?" ia menundukkan tubuh dan memposisikan tangan untuk memberikan tembakkan di atas meja billiard dengan stick-nya, "kau dan Johnny melakukan sex setiap hari, tidak heran bila anak di perutmu lahir sebagai anak ajaib!"

"Aish!" ingin sekali rasanya Ten memukul belakang kepala Doyoung, ia bersidekap dan membuang wajah ke arah lain, di dalam hati bergumam semoga nanti anaknya tidak memiliki sifat menyebalkan seperti Doyoung.

Bola biliard milik Doyoung tidak berhasil masuk ke dalam lubang, ia mendesah kecewa lalu menatap Taeyong yang terdiam mematung di sampingnya. Lelaki bermarga Lee itu terlihat sedang memikirkan sesuatu, sehari tadi Taeyong hanya melamun.

Doyoung tahu bahwa Taeyong mengkhawatirkan Jaehyun yang akan pergi berperang membela ras mereka, kemungkinan selamat sangat kecil, semua Alpha di bungker berusaha mengembalikan keseimbangan dunia. Mereka memiliki mimpi yang sama, tentang Alpha, Beta serta Omega yang mungkin bisa hidup berdampingan seperti dulu lagi, tanpa gangguan manusia yang egois.

"Taeyong, kau baik-baik saja?" Doyoung menepuk pelan bahu Taeyong, membuat lelaki bermarga Lee itu tersentak.

Taeyong menatap Doyoung dan Ten secara bergantian. "Ah.. Apa?"

"Kau baik-baik saja?" kali ini Ten yang bertanya, ia juga menyadari bahwa sejak tadi Taeyong melamun, tidak mempedulikan sekitar.

Taeyong mengerjapkan mata beberapa kali dan mengangguk, ia mengusap bahu hingga leher, menyentuh tatto bunga mawar merah; tanda ikatannya bersama Jaehyun. Dua hari lagi ia harus melepaskan Jaehyun, membiarkan lelaki bermarga Jung itu berada di medan perang, perasaan Taeyong tidak nyaman, ia ingin pergi bersama Jaehyun namun si lelaki tampan pasti melarangnya.

Ten mengulum bibir lalu berjalan mendekat, ia merangkul bahu Taeyong. "Kita menghawatirkan hal yang sama, aku tidak ingin Johnny pergi setelah mengetahui bahwa aku hamil, aku ingin Johnny tetap berada di sisiku. Namun Johnny bersikeras, ia memiliki keinginan yang kuat untuk menyelamatkan dunia ini."

Seharusnya Johnny tetap di bungker, belajar menjadi Ayah yang baik. Namun lelaki bermarga Seo itu tidak mau melihat anaknya tumbuh di bungker yang sempit, tanpa cahaya matahari, oksigen jernih dan hembusan angin yang begitu menyejukan. Johnny ingin calon anaknya memiliki masa depan yang cerah, oleh karena itu ia akan berjuang mati-matian di medan perang.

Taeyong mengangguk pelan. "Aku tahu, hanya saja rasanya sangat tidak nyaman, aku ingin Jaehyun tetap berada di sisiku."

Doyoung menghela napas panjang, ia tidak bisa merasakan apa yang Ten serta Taeyong rasakan karena Doyoung tidak memiliki pasangan hidup. Namun tetap, Doyoung memiliki harapan yang sama, ia ingin kembali ke daratan dan menjalani hari-harinya seperti biasa.

Ketukan di pintu yang terbuka berhasil membuat Taeyong, Doyoung dan Ten menoleh. Aroma musk memenuhi paru-paru Taeyong, ia tersenyum begitu mengetahui bahwa Jaehyun sudah selesai berlatih.

A L P H A《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang