03 DAKA.

635 69 11
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.

Setelah bel pulang berbunyi Kayla segera bergegas meninggalkan kelasnya, tak lupa ia berpamitan kepada Rara. Gadis itu sempat mengajaknya untuk pulang bareng tapi kayla menolaknya, ia tidak mau merepotkan lagian setelah ini ia harus segera pergi ke cafe.

Kayla melirik jam di ponselnya, seperti nya ia akan telat menuju cafe. Mana hari ini yang jaga pak Handoko, pasti setelah ini ia akan kena omel. Berbeda dengan kak Ali, beliau selalu memaklumi kondisi Kayla.

Walaupun kak Ali baik Kayla tidak pernah memanfaatkan keadaan, justru ia terkadang merasa tidak enak hati pada kak Ali.

Saat melangkah tiba-tiba tubuh Kayla terpental, ia meringis kecil. Gini nih kalau buru-buru ada aja tragedi, batin Kayla menggerutu.

"Jalan pake otak! Bodoh!" Cetusnya, sehingga Kayla mendongkrak, lagi-lagi yang menabraknya pria yang waktu itu.

Kayla membalas tatapan songong dari pria itu, "Jalan mah pake mata lah," sahut Kayla pelan namun masih terdengar di telinganya.

Matanya menelisik ke arah Kayla yang masih setia duduk di lantai koridor, "apa Lo liat-liat!" Sungut Kayla kesal, ia paling tidak suka di tatap seperti itu.

Dengan kesal Kayla beranjak dari tempatnya, Namun baru satu langkah ia melangkah tangannya di cekal oleh pria beraura dingin itu. "Lepasin! gue buru-buru. Dan iya tadi gue minta maaf nggak sengaja nabrak Lo," jujur ia merasa tidak enak hati saat berpapasan dengan pria ini, dia seolah-olah memancarkan aura kewaspadaan untuk Kayla. Seperti nya ia harus menghindari berpapasan dengan pria itu sebelum ketenangannya terganggu.

"Maaf?" Pria itu menyeringai, melangkah mendekat membuat Kayla refleks mundur. Kayla merasa terancam.

"Stop! Jangan mendekat, atau-"

"Atau apa? Hmm?" Selanya, menarik rahang Kayla agar menatapnya. Mendapatkan perlakuan itu tubuh Kayla membeku, ia terkejut karena baru kali ini ia berdekatan dengan pria dengan jarak seminim ini.

Pria itu tertawa kecil melihat keringat dingin yang membanjiri pelipis Kayla. Saat melihat pria itu sedikit lengah Kayla langsung menendang bagian penting dalam hidup pria itu, sehingga dia meringis kesakitan dan cengkeraman pun terlepas.

Ia yang merasa terbebas pun segera lari meninggalkan Darrel yang kesakitan di buatnya. "Mampus Lo!" Ucap Kayla diiringi kekehan kecil.

Yeah, pria itu bernama Darrel Xavier Brahmana. Seorang ketua OSIS yang semena-mena, tidak ada jiwa ke osisan yang ada di dalam pria itu. Ia menjabat jadi ketua OSIS demi kebebasannya, baginya jika orang lain yang menjadi OSIS mereka akan menentangnya melakukan ini itu, tapi jika dia sendiri yang menjadi ketua OSIS nya ia bisa melakukan apapun itu.

"Awas aja Lo," geramnya tertahan.

Pukul 02.30 Kayla baru sampai di cafe tempat ia berkerja. Sesuai dugaannya pak Handoko sudah menunggu nya di depan pintu utama Cafe.

Dapat ia lihat aura permusuhan dari pria tua itu. Sejak awal ia masuk kerja di tempat ini memang pria itu sangat tidak menyukainya, Namun karena kak Ali yang berkuasa atas cafe ini, ia tidak berhak memecat Kayla dengan alasan apapun itu.

"Maaf Pak, saya telat. Tadi disekolah ada masalah sedikit," ungkap Kayla ketika sudah berhadapan dengan pria tua itu.

Pria itu menatap tajam Kayla, "makanya kalo masih sekolah nggak usah kerja! Nyusahin orang aja! Punya pekerja kayak kamu tuh nggak ada gunanya! Hambur-hambur uang doang!" Ketusnya, menelisik Kayla dari atas sampai bawah.

"Maaf pak, saya ngaku salah. Jadi izinkan saya mengganti pakaian," ucap Kayla, ia tidak mau ambil pusing dengan pria yang ada di hadapannya ini, ia memang selalu mencari titik kesalahan Kayla agar Ali memecatnya.

Jadi dari pada sama stresnya mending ia mengalah saja. maklum duda, nggak ada istri jadi emosian Mulu.

"Sekali lagi saya liat kamu telat, saya nggak akan segan-segan memecat kamu!" Ancamnya, lalu berlalu meninggalkan Kayla yang hanya menatap pria itu malas.

"Dasar aki-aki," gumam Kayla, ia kembali melangkah memasuki cafe. Di sana kedatangannya sudah di tunggu sama mba Rina dan mba Sari, mereka menyunggingkan senyum nya ke arah Kayla.

"Abis dapat siraman rohani ya, Kay?" Tanyanya sembari terkekeh kecil, Kayla hanya mengangguk sembari tersenyum kecil, "biasalah," balas Kayla.

"Mba juga abis kena semprot sama tuh orang, padahal mba cuman lupa naro celemek. Segala mba di ancam bakal di pecat kalau sekali lagi lupa naro celemek," curhat mba Rina, mba Sari terkekeh mendengar nya. memang diantara ketiganya yang paling receh humornya itu sari, dikit-dikit ketawa.

"Mba tau sendiri dia itu orang nya kayak gimana, sensian. Maklum nggak ada bini jadi gitu," sahut sari disela-sela tertawanya.

Kayla pun ikut menyahuti, "bener banget Mba! Kayaknya kita harus segera cariin dia jodoh deh biar nggak sensian." Ketiganya pun tergelak mendengar ucapan Kayla.

Pukul 21.30 Kayla masih berada di Cafe, mungkin malam ini ia akan pulang sedikit terlambat.

"Mba Sari kalau mau pulang duluan nggak apa-apa, udah malam, kasian si Tasya pasti dia nungguin mba sekarang," ucap Kayla menghentikan aktivitas mba Sari, ia mendongak menatap Kayla.

"Nggak apa-apa, mba bantuin kamu aja. lagian ini tugas kita berdua, nggak adil kalau mba pulang duluan," sahut sari.

Kayla menggeleng kecil, "udah gapapa biar Kayla aja yang lanjutin, lagian tinggal dikit lagi. Mba pulang aja sana udah malam, kasian anak Mba. Tadi mba juga bilang kalau anak Mba lagi sakit."

"Trus kamu gimana?" Tanyanya, jujur ia sedikit khawatir pada anaknya tapi disisi lain ia juga tidak bisa meninggalkan Kayla, takutnya ada sesuatu hal yang tidak di inginkan terjadi.

Kayla tersenyum, "nggak usah pikirin Kayla, lagian masih ada bang Anton ini."

Sari menghela nafas panjang, "yaudah mba pulang duluan ya? Kamu hati-hati," ucap nya sembari mencuci tangannya yang masih licin karena sabun.

Setelah 10 menit dari kepergian mba sari, akhirnya pekerjaan Kayla selesai. Sebelum pulang ia mencuci tangannya yang terasa lengket dan mengambil tasnya. sejujurnya Kayla merasa sedikit takut, bagaimana tidak? Kini Kayla hanya tinggal sendirian, bang Anton sudah pamit dari dua menit yang lalu.

Setelah mengunci rapat cafe, kaki jenjangnya ia langkahkan meninggalkan cafe. Keadaan jalanan saat ini sangat sepi membuat bulu kuduk nya merinding.

"Padahal baru jam 11 kurang, tapi kok orang-orang udah pada Ngandang si? Nggak tau apa kalau gue iseng," gerutu Kayla, mana pesanan gojek nya di batalkan lagi.

Disela-sela ia melangkah, Kayla dapat mendengar suara pukulan yang begitu nyaring di telinga nya. Pikirannya sudah tidak dapat berfikir positif, "wah ada begal kayak nya nih," gumam Kayla, tanpa rasa takut Kayla berjalan mengendap-endap ke sumber suara.

Dibalik semak-semak ia bersembunyi, ingat sebelum membantu orang lain kita harus melihat kondisi terlebih dahulu, kalau tidak, kita juga akan ikut berada dalam bahaya.

Dapat ia lihat dua orang pria tengah bergelut dengan emosi masing-masing, entahlah apa permasalahannya yang terpenting ia harus segera memisahkan keduanya.

Kayla tersenyum setelah menemukan ide yang menurutnya akan sangat membantu. Ia mengutak-atik ponselnya, tidak lama kemudian terdengar suara mobil polisi membuat salah satu dari pria tersebut mengumpat emosi, setelah menendang kasar pria yang kini tidak berdaya karena babak belur, dan berlalu meninggalkan pria yang terkapar tersebut.

Setelah rencana nya berhasil, Kayla segera menghampiri pria tersebut. "WOY bangun WOY! Udah amann!" Ucap Kayla sembari mengguncangkan tubuh pria itu.

"Yah pingsan kayak nya," beo Kayla, ia buka helm yang pria itu gunakan, lagi-lagi Kayla di buat terkejut setelah wajah orang tersebut terlihat oleh mata telanjang nya.

"Dia?"












Publikasi
Rabu, 07-09-2022









DA KA Where stories live. Discover now