05. DAKA.

525 54 11
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.

Sabtu pagi Kayla sudah rapih dengan stelan nya, di sekolah sky high setiap hari Sabtu sampai hari Minggu libur, ralat hari Sabtunya ekskul. Berhubung Kayla belum mengikuti ekskul di sekolah barunya jadi hari ini ia masuk kerja sif pagi.

"Nanti Ayla pulang sore, kita jalan-jalan," mendengar itu Sarah langsung mendongkrak menatap binar putri semata wayangnya.

Memang sudah jadi rutinitas Kayla setiap ia  memiliki waktu luang, Kayla akan mengajak bubu nya jalan-jalan. tidak neko-neko, cukup di ajak berkeliling taman bubu nya udah bahagia.

Kebahagiaan Sarah dan Kayla hanyalah sederhana.

"Serius Lo?" Ungkapnya, sudah hampir satu bulan Kayla tidak pernah lagi mengajak nya jalan-jalan, akhir-akhir ini Kayla sangat sibuk.

Kayla mengangguk mengiyakan, "janji, tapi  nanti sore ya? Paling lambat Ayla pulang jam Tiga, bubu tunggu aja oke?" Sarah mengangguk patuh, ia sudah sangat merindukan suasana taman yang selalu keduanya kunjungi.

"Gue pegang janji Lo ya? Awas aja Lo bohongin gue, gue ngambek sama Lo!" Ancamnya mengundang gelak tawa dari Kayla. "Iya janji, yaudah kalau gitu Ayla pamit, jangan lupa obatnya." Seperti biasa sebelum berangkat kayla menyempatkan diri mencium kedua pipi bubunya.

"Kayla berangkat ya? Wassalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam," balas Sarah, bibirnya membentuk lengkungan indah ia selalu berdoa kepada Allah untuk selalu memberkahi segala langkah putrinya. "Bubu punya Lo Ayla," gumam Sarah.

Namun sepersekian detik bibirnya mengeluarkan rintisan kecil, semakin hari kakinya semakin membengkak, "gue harap, gue bisa bertahan demi Kayla, gue nggak boleh lemah, Kayla masih butuh keberadaan gue."

Disisi lain Kayla tengah sibuk menata meja dan kursi Cafe, pagi ini ia sangat bersemangat karena nanti sore akan pergi bersama bubu nya, sudah lama ia tidak memanjakan bubu nya dengan mengajaknya berkeliling taman. "Tumben muka Lo berseri-seri gitu Kay?"

"Astaghfirullah kak! Lo mah demen banget buat jantung gue disko!" Sungutnya, Ali terkekeh mendengarnya, lalu mendudukkan tubuhnya di kursi yang sudah Kayla tata.

"Gimana sekolah baru Lo? Aman?" Kayla mengangguk mengiyakan, "aman, cuman rada aneh," balas Kayla sembari mengelap meja.

"Aneh? Lo kira itu sekolahan vampir aneh! Kebanyakan nonton GGS Lo!" Sahutnya.

"Pala kau! Udah lah males gue debat sama Lo kak!" ucap Kayla dan melenggang meninggalkan kak Ali, tidak lupa ia membawa peralatan bersih-bersih nya.

"Dasar bocah pea," gumam Ali tergelak kecil.

Tidak terasa menit demi menit telah berlalu, kini Kayla tengah bersiap-siap Merapihkan tasnya. Rasanya Kayla sudah tidak sabar untuk bertemu dengan sang bubu.

Setelah berpamitan, kayla langsung melangkahkan kakinya meninggalkan kawasan Cafe, ia melirik jam tangan yang bertengger manis di lengan kirinya, 02.55 seperti nya ia akan telat sampai di rumah.

Dengan langkah cepat Kayla berjalan mencari angkot namun saat ia hendak menyebrang jalan tiba-tiba ada sebuah kendaraan bermotor melaju dengan cepat menabrak tubuhnya sehingga terpental ke trotoar jalan.

Dapat ia rasakan pelipisnya mengeluarkan darah segar, sebelum ia kehilangan kesadaran hanya satu nama yang terbesit di pikiran nya yaitu; sarah-bubunya pasti tengah menunggu nya pulang.

"Ma-af," lirih Kayla sebelum semuanya terasa gelap.

***

Dengan langkah gontai Sarah melangkah, ia ingin mencari putrinya, Sarah khawatir. bagaimana tidak risau? Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Sedangkan Kayla berjanji akan pulang paling lambat jam tiga. Sarah tau betul siapa itu Kayla, Kayla selalu menepati janjinya apalagi pada sang ibu.

"Lo kemana Kay? Gue khawatir bego," gumam Sarah dengan kesal, bahkan ponsel Kayla pun tidak aktif. Ia sudah menelpon temannya kerjanya dan mereka bilang Kayla sudah pulang dari jam tiga kurang.

Jalanan begitu sepi, namun tidak mampu mengurungkan niat Sarah untuk mencari Kayla, nafas wanita itu tersengal-segal, ia meringis ketika kakinya mengalami kram, "gue mohon jangan sekarang, gue harus cari anak gue," rintihan Sarah, memegangi dadanya yang terasa sesak dan kram di kakinya.

"Lo di mana Kay? Jangan buat gue khawatir sialan!" Umpat Sarah, berpegangan pada rambu lalulintas. Air matanya sudah membasahi kedua pipi Sarah, perasaanya tidak karuan ia merasa saat ini Kayla sedang tidak baik-baik saja.

Sarah lemah jika menyangkut Kayla, jujur ia memang tidak pernah menunjukkan rasa sayang nya pada Kayla tapi percayalah Kayla adalah segalanya bagi Sarah, Kayla lebih berati dari apapun bahkan jika di bandingkan dengan nyawanya, Kayla jauh lebih berati.

Dengan kaki kiri yang diseret, Sarah kembali melangkah. Sarah tidak perduli jika saat ini kaki kirinya tengah keram dan dadanya sesak ia terus melangkah, akan tetapi di sisi yang berlawanan ada seorang pengendara motor ugal-ugalan yang melaju dengan kecepatan tinggi.

Sarah yang sadar akan hal itu mencoba untuk menghindari sang pengendara motor yang seperti nya tidak sadar, akan kehadiran Sarah. Namun usaha Sarah sia-sia, baru saja ia melangkah tiba-tiba tubuhnya sudah terhempas jauh, terseret dan membentur sebuah batu besar yang ada di pinggir trotoar jalan.

Di lain waktu.

Ugh...

Erangan kecil lolos dari bibir mungilnya, siapa lagi kalau bukan Kayla. Ia meringis memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri, setelah kesadaran nya terkumpul Kayla mengedarkan pandangannya, "gue dimana?" Gumam lirih.

Tanpa ia sadari ada seorang pria di sampingnya yang tengah menyodorkan segelas air putih, "minum dulu," ujarnya, sembari membantu Kayla untuk minum.

"Terimakasih," dia hanya membalas dengan anggukan.

"Maaf gu—"

"Sekarang jam berapa?" Sela Kayla, keringat dingin membasahi pelipisnya saat matanya tidak sengaja menatap jendela yang belum tertutup, gelap seperti sudah malam.

"Jam 01.02 dini hari, Lo tidur aja. Gue bakal tunggu Lo di sofa," Ujarnya, Kayla tidak mengindahkan ucapan pria itu, ia langsung mencabut inpusan yang masih terpasang di tangannya, Kayla tidak perduli tangannya mengeluarkan banyak darah, yang terpenting bubu nya menunggunya di rumah.

"Eh? Lo gila!?"

Kayla tidak perduli, ia melangkah keluar dengan darah yang terus menetes ke lantai. Kayla risau ia takut bubunya kenapa-kenapa karena Kayla tau bagaimana sifat bubunya, Sarah itu wanita yang nekat.

Tangan kiri Kayla pun tidak henti-hentinya mengutak-atik ponsel yang ada di genggamnya, sebelum decakan sebal itu keluar di bibirnya, ponsel Kayla mati.

Perasaan Kayla sudah tidak karuan, berkali-kali ia mengusap wajahnya gusar. Saat kakinya hendak menuruni tangga, tiba-tiba ada seorang perempuan yang memanggilnya.

"Kayla?!" Teriaknya. Kayla menoleh, sebelum tubuhnya membeku dan helaan nafas itu berhenti sejenak. "Bubu?" Gumam Kayla saat pandangan berhenti pada sesosok wanita yang sangat ia kenali berlumuran darah dan terbaring lemah di Brankar yang di dorong oleh Bi embul, satu orang dokter dan dua orang perawat.

Tubuh Kayla seketika lemas, sebelum benar-benar limbung Kayla dapat merasakan seseorang menahan berat badannya agar tidak jatuh.

Kayla pingsan.

















Publikasi
Sabtu, 24-09-2022


DA KA Where stories live. Discover now