09. DA KA.

473 58 8
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.

Seusai jam sekolah bubar Kayla langsung pulang ke apartemen milik Darrel, tujuan utamanya hanya ingin membersihkan serpihan piring yang pecah pagi tadi.

Tepat pukul 13.20 Kayla baru sampai di cafe tempat ia mengais rezeki. Mulai hari ini Kayla mungkin akan sedikit kerepotan membagi waktu. selain untuk sekolah dan menjaga bubu nya, sekarang Kayla memiliki tugas baru yaitu menjadi guru pribadi untuk Darrel.

Tentu sangat tidak mudah untuk Kayla, akan tetapi demi Bubu nya, Kayla ikhlas. Semoga saja tuhan memberikan nya tubuh yang kuat sehingga ia tidak mudah tumbang.

Seperti nya keputusan nya saat ini sangat tepat. Kayla memutuskan untuk berhenti di cafe tempat ia berkerja, ia tidak enak hati pada Bang Ali, sudah terlampau banyak ia merepotkan bang Ali.

"Kay, gimana keadaan Bubu?" Kata Ali, mengalihkan pandangan Kayla. Ia tersenyum sembari menghentikan aktivitas cuci piringnya. "Belum sadar Bang, doain aja ya?"

Kayla terdiam sejenak.

"Bang, sebelumnya Kayla minta maaf. Maaf karena Kayla udah banyak merepotkan Abang. Kayla nggak tau lagi harus berterimakasih sama Abang, tapi-"

"Tapi apa Kay?" Sela Ali.

Kayla tersenyum, "mulai besok Kayla izin mengundurkan diri dari cafe Abang. Kayla nggak bisa bagi waktu nya Bang, Kayla minta maaf," lirih Kayla, sebenarnya berat ia mengambil keputusan ini tapi bukan kah ini yang terbaik? Terlebih dengan untuk cafe nya Bang Ali.

Dengan ia mengundurkan diri, bang Ali bisa memperkerjakan orang lain yang lebih bertanggung jawab dari pada dirinya.

"Loh kenapa? Abang nggak masalah kalau kamu nggak bisa bagi waktu nya, kamu tau sendiri kan Abang anggap kamu sebagai adik Abang sendiri. Abang juga nggak maksa kamu buat datang tepat waktu," jelas Ali.

Ia memang tidak mempermasalahkan itu semua akan tetapi Kayla lah yang malu dan tidak enak hati. "Kayla nggak enak hati sama Abang, sama yang lain juga," balas Kayla.

Ali maupun Kayla keduanya terdiam dengan pikirannya masing-masing, "kalau kamu keluar dari sini, kamu mau kerja apa? Sekarang cari kerja susah Kay. Kamu nggak kasian sama bubu kamu?"

Kayla tidak menjawab, sejujurnya ia juga binggung. tetapi jika ia terus-terusan seperti ini, ia merasa tidak enak dengan karyawan bang Ali yang lain, belum lagi ia sering mendengar cibiran katanya bang Ali terlalu memanjakan nya.

Ya walaupun itu memang benar adanya.

"Gini aja, gimana kalau kamu kerja nya pas hari libur saja?" Pinta bang Ali.

"Ta-"

"Abang nggak terima penolakan, Kay." selanya. Ali melakukan ini demi Kayla, ia tidak ingin adik nya itu semakin kesusahan.

Sebelum mendengar kata penolakan dari Kayla, Ali memilih untuk meninggalkan gadis itu, akan tetapi Kayla malah mengejarnya bahkan mencekal lengan Ali agar menghentikan langkah lebarnya.

"Ab-"

"Oke, Kayla setuju. Tapi Bang Ali harus gaji Kayla sesuai dengan jam kerja Kayla, Kayla nggak mau Abang terlalu mengistimewakan Kayla." Pintanya, jika Kayla tidak berbicara seperti ini, Ali akan semakin membuat Kayla tidak enak hati.

Setelah lama terdiam akhirnya Ali mengangguk kepalanya. dari pada Kayla beneran berhenti, mending ia turuti saja permintaan nya. "Ya sudah, Abang ikut kata kamu aja."

Pukul 20.30 Kayla baru sampai di apartemen, keadaan apartemen seperti terakhir kali ia tinggalkan. Seperti nya pria itu belum pulang, bagus deh ia jadi lebih leluasa.

Tanpa membuang waktu, Kayla segera membersihkan badannya yang terasa lengket. Tadi sebelum ia pulang Kayla sempat mampir ke rumah sakit untuk mengecek keadaan bubunya, tapi sampai sekarang tidak ada perubahan dari Sarah, ia masih belum tersadar dari koma.

Sebenarnya pikiran Kayla sudah tidak karuan, akan tetapi ia mencoba untuk selalu berfikir positif. Berfikir bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Gila seger banget," gumam Kayla, mengeringkan rambutnya yang basah. Biasanya jika ia keramas malam-malam Sarah selalu memarahi nya.

Aaa Kayla jadi merindukan ocehan bubu nya.

Ketika Kayla menaruh kembali handuknya. tiba-tiba tatapan nya terpaku pada sebuah rapot berwana hitam, yang jelas bukan miliknya.

Dengan penasaran yang besar Kayla mencoba membuka lembar demi lembar kertas itu, refleks kepalanya menggeleng tidak percaya ternyata Darrel sebodoh itu.

Pria yang selalu di sanjung-sanjung karena ketampanannya, tetapi memiliki otak yang minim. Lihat saja nilai rata-rata di rapotnya 40,3 tapi bagaimana dia bisa naik kelas? Ah iya dia kan anak dari pemilik sekolah, nggak mungkin lah tinggal kelas.

Ceklek..

Suara knop pintu terputar membuat Kayla terperanjat kaget, "heh miskin, sini Lo!" Sentak Darrel lagi-lagi mengejutkan nya.

"Si paling kaya," cibir Kayla terdengar oleh Darrel. Ia tidak perduli, toh memang iya kaya, bukan?

"Tuli Lo?" Ketusnya saat melihat tidak ada pergerakan dari Kayla.

Dengan tangan yang masih memegang rapot, Kayla mendekat. "Lo ganteng-ganteng tapi go*lok ya? Sayang banget cakep-cakep otak nya koplok," cibir Kayla, mulutnya terasa gatal kalau tidak berbicara demikian.

Ia penasaran aja, bisa-bisanya anak dari pengusaha besar memiliki otak yang minim.

"Ngomong apa Lo bagusan? Ha?"

Kayla menyunggingkan senyumnya, bukannya takut ia malah menampilkan wajah songong nya, "kenyataan kan? Cakep-cakep koplok otaknya."

Merasa terhina, Darrel menarik paksa rapot bertuliskan namanya. Ia lempar rapot tersebut sehingga menciptakan bunyi. "Ngehina gue Lo?"

"Nggak, gue cuman ngomong sesuai realita aja. Satu lagi, gue udah buat jadwal Lo belajar. gue nggak mau tau, bisa nggak bisa Lo harus bisa."

"Lo siapa berani-berani ngatur gue?" Ketusnya, "asal Lo tau, gue nggak akan pernah mau di ajar sama Lo!"

Kayla menatap tajam pria yang sudah sah untuk ia tatap, "heh, Lo nggak usah drama deh! Udah bodoh nggak sadar diri, udah mending gue mau luangkan waktu berharga gue buat ngajarin Lo." Kata Kayla dengan nada emosinya.

"Pasti bapak Lo tertekan banget punya anak bodoh dan nggak tau diri kayak Lo, pantes aja dia minta tolong sama gue, anaknya modelan Firaun," gumam Kayla.

Darrel tidak terima Dengan ucapan Kayla, ia cengkraman lengan Kayla kuat, wajahnya sudah merah menahan kesal, "ngomong apa Lo barusan? Hah?"

Kayla menghempas kasar tangan Darrel, dia kira Kayla lemah? Hei bubunya saja mantan anak taekwondo, jadi sudah pasti menurun padanya. "Nggak usah drama, pokoknya gue nggak mau tau bisa nggak bisa Lo harus ikutin peraturan gue. Bukannya Lo ingin segera terbebas dari hubungan konyol ini kan?"

Melihat Darrel terdiam Kayla justru tersenyum, "Lo punya peraturan, begitu juga dengan gue. Gue harap Lo adalah orang yang bisa di ajak kerja sama."















Publikasi
Kamis, 10-11-2022




DA KA Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt