17 DA KA

348 50 6
                                    

Selamat membaca.
.
.
.
.
.

"Abang mau ikut Daddy," ungkap bocah pria berkisar 13 tahunan, ia menatap sayu adik kecilnya.

Sementara gadis kecil itu hanya termenung sayu, tatapannya kosong air matanya terus mengalir. Di usinya yang baru beranjak 6 tahun, tuhan malah memberikan cobaan seberat ini.

Di kursi kayu kakinya mengayun, senyuman gadis itu terbit namun sepersekian detik ia kembali menitikkan air matanya. Jari-jarinya di genggam oleh sang kakak, bahkan tangan kanan Kakak nya mengusap air mata nya yang jatuh.

"Kakak janji, setelah ini kita akan sama-sama lagi," tuturnya menyakinkan, ia menghela nafas gusar, "kita berjuang sama-sama ya, Dek," tuturnya lagi sebelum teriakan seseorang memanggilnya.

"FANO?!"

"Abang pergi dulu ya? Adek baik-baik disini, nanti Abang jemput." Ungkapnya, sebelum pergi ia mencium kening, kedua pipi sang adik serta memeluknya dengan erat.

"Abang," lirih nya melihat sang Abang berlari menghampiri mobil mewah itu. Tangisnya pecah, Ia berlari mengejar abangnya yang hendak memasuki mobil.

"ABANG!" Teriak nya parau, mata nya melihat bagaimana abangnya di paksa masuk ke dalam mobil.

Ia melihat abangnya memberontak tapi pria jahat itu terus memaksa abangnya agar segera masuk ke dalam mobil.

"ABANG!" Teriaknya lagi, tangisnya semakin pecah. Ia terus berlari mengejar mobil yang membawa abangnya.

"Daddy, Fano-"

"Biarkan dia, Fano," ucap sang ayah tanpa mau memperdulikan putri kecilnya, di balik kaca Fano hanya bisa menangis menatap Adik kecilnya berlari mengejarnya. Sakit, hatinya sangat sakit.

"ADEK AWAS!" teriak Fano, sebelum tubuh kecil adiknya terpental ditabrak oleh sebuah mobil pickup.

"AGHHHH!" Teriak Kayla terbangun dari tidurnya, nafasnya memburu lagi-lagi ia memimpikan hal yang sama, siapa mereka? Kenapa mereka selalu datang ke dalam mimpinya?

Darrel yang mendengar teriakan Kayla, langsung berlari menuju kamar kecil milik istrinya itu, ia menghampiri Kayla yang tengah terdiam dengan nafas memburu, "Lo nggak papa Kay?" Gumam nya menyadarkan Kayla.

Kayla hanya menggeleng kecil, tangan kanan nya bergerak memijat pelipisnya yang terasa pusing.

"Minum dulu Kay," ucap Darrel menyodorkan segelas air bening, Kayla pun meminumnya. Perlahan nafasnya mulai membaik, ia pun mengucapkan terimakasih kepada Darrel.

"Kayla, maaf untuk kemarin."

°°°

Pagi ini Kayla sudah berada di sekolah, ia baru saja bertemu dengan kepala sekolah untuk membahas lomba merancang baju yang pak Ganta ajukan Minggu kemarin.

Ia sedikit gelisah, bagaimana tidak? ini kali pertamanya Kayla ikut lomba merancang baju hingga menjadi baju layak pakai. dulu saat di SMA lamanya, Kayla hanya ikut mendesain tanpa harus membuat bajunya.

Apa Kayla bisa? Bahkan ia sendiri tidak tau menahu mengenai jahit menjahit baju.

"Saya yakin kamu bisa, Kayla." Tutur seseorang mengejutkannya.

DA KA Where stories live. Discover now