19. DA KA

179 20 9
                                    

Selamat membaca.
.
.
.
.
.

"Kayla," gumam pelan Darrel, Kayla menoleh bibirnya tersenyum simpul melihat wajah tertekan Darrel. Seperti nya ini kali pertama nya Darrel menginjakkan kakinya di tempat seperti ini.

"Gue juga bilang apa, balik Sono, ngeyel sih. Lo nggak bakal tahan sama tempat beginian," ungkap Kayla terkekeh kecil.

Darrel berdecak mendengar ucapan Kayla, "motong jalan aja Kay," Kayla menggeleng,

"ini jalan satu-satunya, kalau Lo jijik mending balik aja," tutur Kayla lagi.

Darrel memilih untuk diam dan mengikuti langkah Kayla, tangannya menutup hidung mancungnya agar bau busuk sampah tidak terhirup oleh paru-paru bersihnya.

Sesekali pria itu mual, bagaimana bisa Kayla tahan dengan bau dari gundukan sampah ini? Melihat nya saja Darrel sudah bergidik jijik.

Setelah sekitar Dua menit mereka berjalan akhirnya Kayla sampai di rumah nya dulu, rumah yang masih terbuat dari kayu dan masih berlantai tanah.

Senyum Kayla terbit kala melihat kedua adik kecilnya memanggil namanya. Ya, sejak satu Minggu yang lalu Kayla menyuruh adik-adiknya untuk tinggal di rumah nya dari pada rumahnya kosong teruskan?

"Liat, Aka bawain kalian makanan," tutur Kayla berjongkok menatap wajah imut milik Naya, bocah enam tahun itu tersenyum memeluk tubuh Kayla dengan erat. "Aya kangen Aka," ucapnya.

Kayla pun membawa tubuh kecil Naya ke dalam gendongannya, ia memberikan paper bag pada Darrel, "bawain," tutur Kayla.

Keduanya pun berjalan memasuki rumah Kayla, gadis itu menghela nafas panjang. Ia sangat merindukan suasana rumah ini yang setiap hari nya di isi oleh Omelan bubu nya.

"Lo tunggu di sini, gue mau ke belakang," ungkap Kayla tanpa melepaskan gendongannya, sementara Darrel hanya bisa berdiam, otaknya masih blank melihat ini semua.

Tanpa di suruh kaki Darrel melangkah masuk dalam rumah kayu itu, tidak banyak barang di dalamnya, hanya ada meja makan dari kayu serta televisi kecil.

Mata pria itu tidak sengaja bertumpu pada sebuah foto, yang berada di sebuah lemari kecil diantara para piala yang berjejer. Terlihat dua orang wanita berbeda umur tengah tersenyum bahagia, tangan Darrel meraih bingkai foto tersebut, disana ia melihat bagaimana tatapan tulus Kayla terhadap ibunya, "gue nggak bisa Bayangin seberapa marahnya Lo kalau Lo tau gue yang nabrak ibu Lo Kay," gumam Darrel lirih menatap foto Sarah yang tengah duduk di kursi roda.

Ctss....

"AGHH..."

BRUGH...

bersaman dengan teriakan itu, tubuh Darrel terpental dari motornya, ia meringis sambil memegangi bokongnya yang terasa ngilu, "Bangs*t," umpatnya.

"Tolo-ng," Darrel terperanjat kala mendengar suara lirih seorang wanita, ia langsung beranjak dari tempat duduknya mencari sumber suara itu.

"Gara-gara Lo Bangs*t gue kayak gini!" Umpat Darrel, menatap marah seorang wanita yang tidak berdaya, tubuh nya kurus wajah wanita itu terlihat sangat pucat.

Dia Sarah, ibunya Kayla. Ya, dia korban yang di tabrak oleh Darrel, "Tolo-ng," gumam wanita itu, meringis memegangi perutnya.

Dengan teganya Darrel malah terkekeh, ia berjongkok untuk menyatakan tubuhnya dengan Sarah, mata pria itu berkaca-kaca, namun tersirat amarah yang begitu besar, "hidup Lo itu cuman beban! Wanita kayak Lo mending mati aja! Kalian itu wanita brengsek!"

"Wanita nggak tau diri!"

Darrel menjambak rambut Sarah dengan penuh kebencian, "Lo tau? Wanita kayak Lo nggak pantes hidup di dunia ini. Kalian semua wanita sialan! Brengsek! Bajingan!" Maki Darrel, ia melepaskan jambakannya dengan kasar sehingga tubuh Sarah tersungkur ke depan.

"Ka-mu akan menyesal," ucap Sarah lirih dengan tatapan yang menusuk. tidak lama kemudian mulutnya memuntahkan cairan berwarna merah, sebelum wanita itu tidak sadarkan diri, Darrel melihat ia tersenyum tipis sembari menyebut satu nama 'Ayla'

"Rel, Darrel!?"

Teriakan Kayla menyadarkan Darrel dari lamunannya, tanpa menunggu lama Darrel langsung menaruh foto tersebut dan berjalan menghampiri Kayla.

Di luar sana ia melihat bagaimana bahagianya Kayla berbincang dan menyuapi anak-anak itu, sebelumnya Darrel tidak pernah melihat wajah gembira Kayla seperti ini.

Dengan langkah yang pasti Darrel menghampiri mereka yang duduk di sebuah meja kayu yang lebar, entahlah itu meja atau kursi Darrel juga tidak paham baru kali ini ia melihat ada benda seperti itu.

"Sini Rel!" Panggil Kayla.

Darrel pun ikut duduk di papan kayu itu, dia hanya terdiam melihat interaksi Kayla dengan anak-anak kecil, entahlah ia juga tidak tau asal muasal anak-anak itu.

"Ini Naya, dia paling kecil diantara yang lain. Gue sama Ria nemuin dia pas dia berumur 3 bulan, masih kecil banget sekarang dia udah sebesar ini."

Tangan Kayla menunjuk ke arah bocah kecil, yang tengah menyantap makanan yang Kayla bawa tadi, "ini Rio, dia adik kandungnya Ria. Mereka sama-sama dibuang ketika mereka berumur 4 dan 9 tahun. Alasan mereka meninggalkan ria dan Rio karena perpecahan. Ayah dan ibu nya Rio sudah berpisah dan mereka berdua enggan mengasuh keduanya."

"Kalau ini Rina, umurnya 13 tahun. ibunya sudah meninggal dan ia memilih kabur karena tidak tahan dengan perlakuan kasar ayahnya."

Kayla tersenyum melihat Daffa, bocah berumur 11 tahun itu, "ini yang terakhir, namanya Daffa. Ria nemuin Daffa lagi nangis di pinggir jalan. Dia anak yang di aniaya oleh pamannya, sementara ibu dan ayahnya meninggal karena kecelakaan dan harta yang ayahnya punya di renggut oleh paman dan tantenya."

"Tuhan mempertemukan kita, untuk menjadi sebuah keluarga." Tutur Kayla tulus.

Kayla menoleh sekilas ke arah Darrel sembari tersenyum, "Lo tau rel? Hidup Lo itu termasuk paling beruntung diantara anak-anak ini. Lo punya papah yang sayang banget sama Lo, tapi sampai saat ini udah berapa banyak kebahagiaan yang Lo kasih ke papah Lo?" Tanya Kayla membuatnya membeku, dia tidak bisa menjawab ya karena selama ini Darrel tidak pernah memberikan apapun itu Papah nya, kerjaan nya selama ini cuman nyusahin Papah nya, sudah hampir puluhan kali ia tertangkap oleh polisi karena balapan liar.

"Rel, gue bilang gini bukan buat mojokin Lo, gue cuman pengen Lo belajar buat bersyukur. Apa yang Lo punya sekarang pertahankan dan apa yang udah hilang biarkan, hidup Lo nggak akan bisa bahagia kalau Lo selalu menggali masa lalu Lo Rel."

"Gue emang nggak tau banyak tentang kehidupan atau masalah Lo selama ini, tapi gue mohon demi papah Lo, demi orang yang berjasa di hidup Lo."

Kayla menjeda ucapannya. Ia tersenyum menatap Darrel, "Lo mau kan berubah? Lo mau kan belajar ikhlas? Lo mau kan belajar untuk bersyukur?"

Ia tidak menjawab, pikirannya berkecamuk Darrel yakin pada dirinya sendiri bahwa dia bisa menjadi lebih baik tapi untuk menjadi seseorang yang ikhlas seperti nya Darrel ragu. "Gue nggak yakin bisa punya hati ikhlas Kaya Lo Kay," ucap Darrel.

"Kan ada Aka, Aka Aya pinter loh, kita aja belajarnya sama Aka," tutur Daffa menyahuti, Kayla terkekeh mendengar nya.

"Gue bantu, gimana?" Darrel tersenyum dan mengangguk setuju.














Publikasi
Minggu 02-04-2023






You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 20 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DA KA Where stories live. Discover now