04. DAKA.

528 70 7
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.

"Ayla, coba Lo Liat tuh orang. Kali aja udah sadar," titah Sarah, membuat Kayla menghela nafas panjang. Dengan malas ia melangkah meninggalkan dapur.

Ceklek..

Pintu kamar terbuka lebar Namun tidak ada tanda-tanda bahwa ada seseorang di dalamnya, seperti nya ia sudah pulang, batin Kayla.

Untuk memastikan nya Kayla melangkah menuju halaman rumah, dan benar saja motor pria itu sudah hilang. Itu artinya dia benar-benar pulang. "Dasar nggak punya sopan santun udah di tolongin malah pergi gitu aja," gumam Kayla kesal, apa susahnya si bilang makasih?

Ya sudah lah, dari pada memikirkan hal itu mending Kayla sarapan bersama bubu nya.

Sesampainya di dapur, Sarah menatapnya seolah-olah bertanya, 'bagaimana?'

"dia udah pulang," ucapnya membuat Sarah mengangguk paham.

"Yaudah cepet sarapan, ntar Lo kesiangan lagi," Kayla mengangguk, ia mendudukkan tubuhnya, di hadapan Sarah.

Setelah selesai sesi sarapan, Kayla langsung menyiapkan obat yang harus di minum oleh ibu nya. "Nanti siang jangan lupa di minum obat nya, bubu kan udah janji sama Ayla buat sembuh," tutur Kayla, memerhatikan gerak gerik dari ibunya.

"Gue bosen minum obat Mulu, paham nggak sih Lo?" Ucap nya malas. Tapi disisi lain ia juga harus sembuh, ia tidak mau terus-terusan menyusahkan putrinya.

Kayla mengangguk paham, ia genggam tangan Sarah yang dingin, Kayla tatap lekat wajah cantik sang Bubu, "Ayla paham, tapi kan ini semua demi kesehatan bubu, tapi Ayla janji. Kayla akan berusaha secepatnya kumpulin uang buat Transplantasi ginjal bubu, supaya bubu nggak tergantung sama obat-obatan terus." Ucap Kayla sungguhan, cita-citanya sekarang hanya untuk kesembuhan bubu nya saja, selebihnya ia tidak perduli.

"Gue nggak perlu itu semua, yang gue perlu cuman keberadaan Lo. Gue nggak perduli sama penyakit gue, selagi Lo ada di samping gue, gue akan baik-baik aja," balas Sarah, tanpa sadar air matanya menetes. Sarah tau, bahwa dirinya bukan seorang ibu yang baik. tetapi ia berjanji untuk selalu menjaga Kayla, ia tidak akan membiarkan orang lain menyakiti putrinya itu.

Mendengar itu Kayla langsung memeluk bubunya, air mata keduanya tumpah. "Ayla janji, Ayla akan selalu ada di samping Bubu, Sampai kapan pun. Bubu harus percaya itu, karena bagi Ayla keadaan bubu lebih berati dari apapun."

"Bubu juga harus percaya. Bahwa bubu akan sembuh secepatnya, pegang janji Ayla ya?" Sarah mengangguk, ia melepaskan pelukannya, tangan kanannya ia gunakan untuk mengusap air mata yang ada di pipi Kayla.  "Gue percaya. Yaudah cepet beres-beres, gue nggak mau Lo telat ke sekolah," ucapnya membuat Kayla mengangguk.

"Itu di kulkas ada jambu, bawa aja buat Lo nyemil di jalan."

Kayla menatap bubu nya memicing, "nyolong lagi?" Tanyanya, Sarah tertawa kecil mendengarnya. "Hehe, abisnya gue bosen di rumah Mulu, makanya gue jalan-jalan ke belakang rumah, nggak sengaja liat jambu si rukayah gede-gede, ya gue ambil aja dua." Kayla berdecak sebal mendengar nya.

"Nanti kalau bubu Jatuh gimana?" Kesal Kayla, bagaimana tidak kesal? Bubu nya itu belum sembuh total, tapi hampir setiap hari manjat pohon jambu di belakang rumahnya.

"Aman itu mah, Lo nggak tau aja gue gimana? Nggak mungkin jatuh lah! Gue kan ahlinya dalam soal panjat memanjat," balasnya, Kayla hanya bisa menghela nafas panjang, Sarah itu keras kepala percuma dibilangin, tidak akan mempan.

Setelah perdebatan itu Kayla mengambil jambu yang ibu nya berikan, ia menyalami tangan bubunya tak lupa ia tinggalkan kecupan di kedua pipi sang bubu, "yaudah Ayla berangkat, ingat obatnya di minum. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Kayla berangkat ke sekolah menggunakan angkot, jujur Kayla ingin sekali mempunyai motor tapi ada hal yang harus ia terdahulu kan, yaitu biaya tranplantasi ginjal sang bubu.

Kayla tidak akan menghambur-hamburkan uang demi hal yang tidak terlalu penting.

Setelah 30 menit berlalu, akhirnya Kayla sudah sampai di depan sekolahnya. Sebelum turun dari angkot Kayla tidak lupa membayar biaya transportasi yang ia gunakan itu.

"Kayla!?" Teriakan itu mampu mengalihkan pandangannya, ia tersenyum kepada teman barunya siapa lagi kalau bukan Rara.

Kaki jenjangnya melangkah menghampiri Rara, yang seperti nya tengah menunggu kedatangannya. "Gue kira Lo nggak sekolah," ucapnya.

"Ya kali, baru beberapa hari sekolah di sini, masa gue bolos? Kan nggak mungkin," Balas nya, Rara terkekeh kecil.

"Yaudah ke kelas yuk? Dikit lagi bel masuk," ajak Kayla sembari menggandeng tangan kecil Rara. Keduanya pun berjalan beriringan sembari berceloteh kecil.

Kayla itu tipe manusia yang mudah berbaur, ia bisa menempatkan dirinya sesuai situasi hingga membuat banyak orang menyukainya.

Selama ini Kayla tidak pernah marah, menurutnya tidak ada yang membuat nya emosi terkecuali menyangkut ibundanya. Kayla akan murka ketika ada orang yang mencela Sarah apalagi sampai membuat ibunya terluka.

"Si bos nggak sekolah?" Tanya nya, mengalihkan pandangan ketiga sahabatnya siapa lagi kalau bukan;

1. Rayan Arfan Nirza. pria berperawakan tinggi, memiliki lesung Pipit di pipi kanannya, ia juga memiliki senyuman yang sangat manis. Btw Rayan ini paling gemes diantara keempat sahabatnya.

2. Angkasa Pramana. Ia tidak kalah tampan nya dari Rayan, namun sayangnya angkasa ini memiliki sifat yang sangat dingin, tapi bukan kulkas. Walaupun begitu tidak mengurangi kadar ketampanan dari seorang angkasa.

3. Arhan putra Pratama. Si playboy kelas kakap, diantara keempat sahabatnya, Arhan ini yang humornya sangat receh, tiada hari tanpa tertawa.

4. Alga al-fairus. si paling bener diantara yang lain, jebolan pesantren 1 tahun yang lalu, seharunya sekarang ia masih berada di pesantren Namun karena ia sudah tidak sanggup menanggung beban hapalan, akhirnya ia memilih untuk kabur serta mengancam kedua orang tuanya jika masih kekeh ingin memasukannya kembali ke pondok, Alga akan minggat dari rumahnya.

Ternyata ancaman itu berhasil, bunda dan ayahnya pun menyerah. akhirnya ia di masukan ke sekolah sky high dan bertemu dengan keempat teman gilanya, bagaimana tidak di sebut gila? Jika hobby mereka berbuat masalah.

Brak!

"Minggir!" Sentak nya sehingga Rayan dan Arhan beranjak dari sofa, ia tidak mau kena amuk singa yang tengah kelaparan.

Nah ini yang terakhir. Dia adalah Darrel Areza Pratama, putra satu-satunya dari pasangan Pratama dan Sintia. Sang ketua OSIS sarap, karena tidak ada OSIS yang berperilaku seperti Darrel, semena-mena, membully dan menjatuhkan mental seseorang.

Darrel memang memiliki paras yang sangat tampan akan tetapi sifatnya sangat buruk, ia selalu bermain fisik kepada siapapun tanpa mengenal bulu. Intinya jika manusia itu mengusik kehidupan nya maka ia akan lebih mengusik kehidupan manusia itu kalau bisa sampai dia mati bunuh diri.

Darrel tidak memiliki rasa takut akan terkecuali oleh Papahnya. Pratama seorang Papah yang tegas, sekeras kepala seorang Darrel, ia akan tetap tunduk di hadapan sang Papah.










Publikasi
Sabtu, 10-09-2022

DA KA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang