10. DA KA.

528 51 8
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.

Ting!!

Suara bel pulang berbunyi, suasana kelas yang tadinya sepi kini berubah menjadi ricuh.

Begitu pula dengan kelas 12 MIPA 1

Siswa atau siswi dengan semangat merapihkan alat tulisnya dan memasukan ke dalam tas, jam pulang adalah jam yang paling ditunggu-tunggu oleh para pelajar.

"Kay anterin gue ke Gramedia yuk? Gue lagi ngancem satu novel yang lagi viral itu," ajak Rara.

"Lo nggak lagi sibuk kan?"

Kayla menoleh, "boleh deh, tapi jangan lama-lama. Gue mau ke RS soalnya," jawab Kayla, mendengar itu senyum Rara terbit. Biasanya Kayla selalu menolak ajakannya, berbagai alasan ia berikan agar Rara tidak memaksanya.

"Yaudah ayo gas!" Seru Rara, menarik tangan Kayla keluar kelas.

Seperti pada umumnya, sepanjang koridor keduanya bercerita hal random sesekali tertawa sebagai reaksinya.

"Hah? Seriusan?" Pekik Rara di angguki oleh Kayla. "Lo bawa uang 10 ribu aja udah buat Lo kenyang, Ra." Jelas Kayla menceritakan bagaimana SMA nya dulu.

"Gue kayaknya wajib mampir ke sekolah lama Lo deh," tutur Rara, bisa-bisanya bawa uang 10 ribu bisa kebeli makanan sama minuman. Dulu saat ia SMP saja bawa uang 50 ribu kadang-kadang tidak cukup.

Tanpa di sadari keduanya sudah sampai di parkiran, Rara langsung mempersilahkan Kayla untuk masuk. Mobil Rara pun melaju meninggalkan pekarangan sekolah.

Sesampainya di toko buku, Kayla maupun Rara langsung melangkah masuk.

Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Rara mendapatkan bubu yang ia maksud. Bahkan Kayla juga ikut membeli sebuah novel yang menyita perhatian.

"Makan dulu ya Kay?" Pinta Rara memelas.

Kayla mendesah lelah, "tadi kan janjinya ke toko buku doang," tutur Kayla.

Rara cengengesan, "Yaelah Kay jarang-jarang ini, ayok lah cacing dalam perut gue meronta-ronta minta di isi." Kalau sudah gini Kayla bisa apa? Kalau pun ia menolak pasti Rara akan terus memaksanya. Jadi dari pada lama mending ia menyetujui nya saja.

Ayok."

Rara menarik Kayla menuju cafe favorit nya, jaraknya tidak jauh dari Gramedia.

Kayla tuh malas berpergian seperti ini, ia malas berada di tempat umum. Karena sejatinya Kayla suka tempat-tempat yang sepi, tentram dan damai. Seperti taman contohnya.

Menurut Kayla tempatnya seperti tidak membuatnya senang, justru membuatnya tertekan. suara orang berlalu lalang membuat kepalanya berdenyut nyeri.

Keduanya memilih untuk duduk di meja yang paling ujung dekat kaca sehingga bisa melihat pemandangan luar secara langsung dengan pembatas kaca bening.

"Lo mau pesen apa?" Tanya Rara. Kayla terdiam berfikir sejenak. "Samain aja," balasnya.

Rara mengangguk, ketika Rara menyebutkan satu persatu pesanannya pandangan Kayla tidak sengaja bertemu dengan orang yang selalu ingin ia jauhi, siapa lagi kalau bukan Darrel.

DA KA Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon