13. DA KA

409 44 6
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.

Gara-gara kejadian malam tadi membuat mata Kayla terasa sepat, semalaman ia bergadang gara-gara Darrel yang terus mengigau dengan badan yang panas.

Untungnya suhu tubuhnya sekarang mulai stabil, jadi ia tidak perlu khawatir meninggalkan Darrel, 'eh. Sebentar khawatir? Benarkan ia khawatir? Nggak nggak, ia tidak mungkin khawatir. Kayla hanya kasian, iya kasian.' batinnya.

"Bangun woy, demen banget Lo tidur di kamar gue," kata Kayla mengguncang pelan tubuh Darrel.

Eughh..

"Bangun Cok! Gue mau beresin kamar," katanya lagi.

"Gue ngantuk sialan!" Sentak Darrel menenggelamkan wajahnya di bantal. "Gue nggak perduli, bangun nggak? Lo jangan menghambat waktu gue," sebalnya.

Darrel berdecak, matanya menyorot tajam, "Lo nggak liat kalau gue lagi sakit?"

Plak!

"Sakit gigi Lo tonggos!" Sungut Kayla, seharusnya dia berterima kasih padanya karena sudah mau bergadang demi mengompresnya sehingga suhu tubuhnya membaik.

Kayla tarik tangan pria itu, "Lo pindah ke kamar Lo aja, gue mau beres-beres," kekeh Kayla, ia paling tidak bisa bepergian dengan meninggalkan kamar yang masih berantakan, rasanya seperti ada yang mengganjal.

"Gue pengennya di sini," balas Darrel acuh. Kenapa dia menjadi sangat menyebalkan? "Keluar nggak? Atau nggak gue bak—"

"Bakal apa? Hah?" Sela Darrel menaik turun kan kedua alisnya. "Lo pindah atau gue aduin sama Papah Lo?" Ancam Kayla membuat pria itu lantas beranjak dari tempat tidurnya.

Ia paling tidak bisa jika berurusan dengan Papah nya. "Urusan kita belum selesai," kata Darrel melenggang dengan wajah kesalnya.

Kayla terkekeh kecil, ia tidak menyangka ternyata seorang Darrel yang selalu di puja-puja anak Papah.

Setelah kepergian Darrel, Kayla langsung membereskan kamarnya. Hari ini ia tidak boleh telat, ia tidak mau membuat Bang Ali kecewa dengannya.

Saat melihat kamarnya sudah rapih, ia pun sudah mengganti baju. Kayla langsung langkahkan kakinya keluar, ia hanya membawa ransel kecilnya yang berisi ponsel, dompet dan juga seragam kerjanya.

Disisi lain. Seseorang tengah termenung dengan seulas senyuman tipisnya, dia Darrel.

Kejadian semalam membuat otaknya terus berputar positif. pelukan Kayla seolah menjaganya, menenangkan dan mengisi hati nya yang sudah lama kosong.

Selama ini Darrel hanya tinggal bersama Papah nya, namun semenjak ia menginjak bangku SMA Darrel memilih untuk membeli apartemen dengan alasan ingin mandiri. Awalnya Papah nya tidak setuju, karena ia tau bagaimana sifat putranya itu, yang ia takutkan jika Darrel tinggal sendiri kelakuan anak itu akan semakin menjadi-jadi.

Akan tetapi dengan bujukan mautnya akhirnya Pratama luluh, ia pun mengijinkan tentunya dengan syarat tertentu.

Darrel memang memiliki watak yang keras, pembangkang dan emosian. Namun semua itu ia lakukan hanya untuk menutupi hati yang kosong, ia tidak mau terlihat lemah di hadapan orang lain.

DA KA Where stories live. Discover now