12. DA KA

468 48 2
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.

Kamu tidak perlu menjadi permata untuk bisa menjadi berharga.

Tidak perlu menjadi bulan untuk terlihat indah di mata banyak orang.

Tidak perlu juga menjadi senja untuk di dambakan kehadiran nya.

Apapun kamu, dan bagaimana pun kamu. Kamu akan tetap menjadi kebanggaan bubu, kamu akan tetap menjadi bulan nya bubu, kamu akan tetap menjadi permata di hati bubu.

Jadi bubu minta, jaga apa yang ada di dalam diri kamu, Cintai diri kamu. Seperti hal nya kamu menjaga dan mencintai bubu.

Kayla terkekeh kecil saat teringat ucapan bubunya, ucapan yang membuat Kayla bangga terhadap dirinya sendiri.

Tangannya menari dengan sangat lincah di kertas kosong, dengan senyuman yang merekah. setiap kali ia menggambar sosok bubu nya membuat senyum Kayla tidak pernah luntur.

Mengingat betapa bijak bubunya, tutur katanya, tingkah bahkan kebiasaannya yang selalu ingin Kayla lihat.

Ayla
Bogor, 12-11-2020


Setelah merasa tulisannya selesai Kayla menutup kembali buku diary nya. Bukan hanya suka membaca, Kayla juga suka menulis. Ia akan menulis segala hal yang telah terjadi di kehidupan nya.

Bahkan segala hal tentang dirinya, tertuang di dalam buku tersebut.

"Fuyh..." Ia menghela nafas panjang. Malam ini langit terlihat sangat mendung tidak secerah kemarin.

Bahkan hembusan angin sangat terasa ke pori-pori kulitnya. Biasanya saat hendak hujan seperti ini Kayla dan bubunya sudah siap siaga menaruh beberapa panci di beberapa sudut rumahnya yang bocor. Tapi untuk saat ini Keduanya dipisahkan oleh jarak.

"Turun juga," gumam Kayla ketika merasa wajahnya di terpa air hujan.

Lagi dan lagi ia menghela nafas panjang, tubuhnya pun ia gerakan untuk masuk ke dalam, Kayla tau seperti nya hujan yang turun, akan sangat lebat di iringi angin dengan petir.

Jgrrr!

Jeritan alam sedikit mengejutkan Kayla, bersama dengan padamnya listrik. "Mati listrik kan," gumamnya.

Dengan langkah kecil Kayla berjalan mencari keberadaan meja untuk mencari lilin.

Namun disela-sela ia melangkah terdengar suara benda terjatuh di Iringi teriakan ketakutan, "apan tuh?" Kata Kayla, ia takut ada maling. Tapi mana mungkin maling nyasar ke apartemen seketat ini?

"WOY maling yak Lo?" Teriak Kayla melangkah mendekati sumber suara. Semakin mendekat Kayla semakin yakin kalau suara itu berasal dari kamar Darrel.

Dengan tangan yang lincah Kayla mencoba mencari lilin dan korek di laci, setelah menemukan nya Kayla langsung menghidupkan lilin tersebut Kayla takut apa yang dipikirkan nya benar adanya.

Dengan penerang minim Kayla berjalan mendekati sumber suara, pintu kamar Darrel pun tidak terkunci jadi mempermudah nya untuk masuk.

Ceklek...

Pintu terbuka, mengejutkan Kayla ketika mata bulatnya menatap sekeliling kamar Darrel yang seperti kapal pecah, Berantakan. "LO NGAPAIN anjir!?" Pekik Kayla menahan tawa saat matanya menangkap sesuatu makhluk yang tengah meringkuk di kolong meja belajar. Ya siapa lagi kalau bukan Darrel.

"Hahaha ngakak gue!" Tawa Kayla pecah, saat melihat wajah Darrel yang merah ketakutan. Sumpah kasian tapi ngakak, batin Kayla.

Darrel tidak perduli, matanya terpejam kedua tangannya ia gunakan untuk menutup kedua telinganya,  tubuhnya pun bergetar hebat. Ia tidak tau lagi bagaimana cara menghilangkan rasa trauma ini, yang jelas ia sangat tersiksa. "Keluar Lo!" Titah Kayla, saat ini wajahnya terlihat sangat serius, tidak ada lagi raut wajah bercandanya.

Darrel menggeleng, keringat dingin bercucuran membasahi pelipisnya. "NGGAK! JANGAN PUKUL EL!" Teriaknya, kening Kayla mengerut sebenarnya ada apa dengan pria itu? Dia memiliki trauma? Batin Kayla.

BRAK!

"AGHHH!" jerit Darrel bersaman dengan jendela kamar yang terbanting keras oleh angin.

Kayla menghela nafas panjang, lilin yang ia bawa sudah padam tertiup angin. Ia langkahkan kakinya untuk menutup jendela tidak lupa untuk menguncinya, seperti nya malam ini akan terasa sangat mengerikan, Kayla jadi khawatir dengan bubunya di rumah sakit.

"Tolong..." Lirih Darrel terisak, disaat-saat seperti ini Darrel merasa dadanya terasa sesak, ia kesulitan untuk menghirup oksigen.

"Lepas!" Teriak Darrel ketika ada lengan seseorang menyentuhnya, ia semakin ketakutan. "Ini gue Kayla, Lo nggak perlu takut," katanya.

Darrel masih enggan untuk keluar dari kolong meja, ada keraguan di dalam hatinya ia takut kalau dia berbohong, ia takut kalau dia bukan Kayla tapi orang itu.

Kayla berdecak sebal, samar-samar ia melihat gelengan kecil. "Mau keluar atau gue tinggal?" Ancam Kayla.

Tidak seling lama, Darrel pun keluar dari persembunyiannya. Tubuh Kayla langsung di tubruk oleh tubuh gemetar Darrel. "Gue mohon bawa gue pergi dari tempat ini," pinta Darrel lirih.

Kayla mengangguk, untuk kali ini ia membiarkan pria itu memeluknya. Kayla merangkul tubuh Darrel untuk keluar. ia akan membawa pria itu beristirahat di kamar kecilnya. Setidaknya suara bising dari luar tidak terlalu terdengar jika di kamarnya.

Ceklek..

Pintu kamar terbuka.

"Lo tidur disini, gue bakal tunggu Lo sampai lampunya hidup," kata Kayla, Darrel menggeleng kecil, mengeratkan pelukannya. Nafas pria itu juga mulai teratur tidak seperti tadi.

"Gue sesek anjir," kesal Kayla mencoba melepaskan pelukan itu. Jujur Darrel adalah pria pertama yang bisa memeluknya.

Darrel tidak mengindahkan ucapan Kayla, lagi-lagi membuat perempuan itu geram "Lo bisa tidur nggak? Gue pegel anjir."

"Gue tidur kalau Lo tidur Juga," balas dia.

Plak!

"Ogah gue tidur sama Lo! Nanti Lo grepe-grepe gue," ketus Kayla.

Darrel mengendus kesal, "nggak doyan gue sama cewek kasar kayak Lo!" Sahutnya.

Bukannya kesal Kayla justru tersenyum. Bagus dong kalau Darrel tidak tertarik padanya, dengan itu Kayla bisa lebih leluasa buat melakukan apapun tanpa takut.

Keduanya terdiam dengan pikirannya masing-masing, "Ck. Gue nggak bisa tidur, kamar Lo sempit, banyak nyamuk Juga."

Kayla mendesah kesal, "bacot anjir! Udah mending gue mau berbagi tempat sama Lo.  lagian jadi cowok nggak gentleman, hujan kayak gini doang, ngereong," sahut Kayla.

"Gue gini karena ada sebabnya bodoh!" Cetus Darrel membuat Kayla Tersadar ternyata Darrel tidak sedingin yang ia bayangkan justru mulut pria ini sangat lemes. "Heh yang bodoh itu Lo! Rumus mean aja Lo nggak ngerti!" Balasnya.

Semoga dengan turunnya hujan ini  menjadi awal dari kedekatan kedua suami istri ini. Ya semoga...












Publikasi

Minggu, 27-11-2022



DA KA Where stories live. Discover now